ASEAN dan Inggris Luncurkan Kemitraan untuk Ketahanan Kesehatan

Foto: DilokaStudio di Freepik.
Perubahan iklim telah menimbulkan risiko kesehatan masyarakat karena memicu cuaca ekstrem dan mengubah ekosistem. Risiko tersebut terutama meningkat di wilayah-wilayah yang infrastruktur kesehatannya lemah atau tidak merata. Terkait hal ini, Inggris dan ASEAN meluncurkan kemitraan ketahanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan respons terhadap ancaman kesehatan.
Meningkatnya Risiko Kesehatan
Kedaruratan kesehatan masyarakat mengguncang pilar-pilar paling vital dalam masyarakat kita. Ketika pandemi COVID-19 merebak, kita terpaksa terkurung di rumah, dan dunia pun seolah terhenti. Di kawasan ASEAN, pandemi mengakibatkan lebih dari 35 juta kasus dan 366.000 kematian, menurut data tahun 2023. Pembatasan mobilitas juga menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan: tingkat pertumbuhan ASEAN anjlok hingga -4,0% pada tahun 2020, dan hampir 10 juta orang terjerembab ke dalam kemiskinan ekstrem akibat kehilangan pekerjaan pada tahun 2021.
Dampak pandemi yang masih berlangsung menggarisbawahi perlunya kewaspadaan yang berkesinambungan terhadap ancaman kesehatan serupa, terutama saat krisis iklim semakin parah. Krisis iklim telah memicu gelombang panas, banjir, dan peristiwa cuaca ekstrem lain yang semakin parah, yang berdampak buruk pada kesehatan masyarakat, terutama mereka yang memiliki keterbatasan untuk mengatasinya seperti anak-anak, lansia, dan orang-orang dengan disabilitas.
Selain itu, perubahan ekosistem yang disebabkan oleh perubahan iklim juga menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati, perubahan pola perilaku mereka, dan penurunan kesehatan lingkungan yang pada akhirnya memengaruhi kesehatan manusia juga. Misalnya, peristiwa cuaca yang disebabkan oleh iklim menyebabkan tempat berkembang biak nyamuk semakin luas dan memperburuk penyebaran penyakit yang ditularkan nyamuk seperti malaria dan demam berdarah.
Kemitraan Keamanan Kesehatan ASEAN-Inggris
Risiko berlapis tersebut memerlukan peningkatan keamanan kesehatan. Pada Juli 2025, Inggris dan ASEAN meluncurkan Kemitraan Ketahanan Kesehatan ASEAN-Inggris, sebuah inisiatif lima tahun yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas kawasan dalam menanggapi ancaman kesehatan dan meningkatkan akses ke layanan kesehatan primer. Kemitraan akan berfokus pada tiga bidang utama: One Health, Iklim & Kesehatan, dan Kesiapsiagaan Pandemi.
“Pandemi COVID-19 menunjukkan kepada kita bahwa tidak ada negara yang kebal terhadap ancaman kesehatan global,” kata Sarah Tiffin, Duta Besar Inggris untuk ASEAN. Pendekatan One Health yang dimaksud adalah mengakui keterkaitan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan mereka, dan berupaya meningkatkan kesehatan mereka secara keseluruhan.
Kemitraan kesehatan ini akan menyediakan hibah dan dukungan teknis, serta pengembangan kapasitas dan peluang untuk kolaborasi. Tujuan keseluruhannya adalah untuk meningkatkan ketahanan sistem kesehatan dan kesiapsiagaan pandemi, yang mencakup semua aspek terkait, termasuk Cakupan Kesehatan Semesta, manajemen bencana, dan resistensi antimikroba. Kemitraan ini akan meningkatkan kesehatan di ASEAN, antara lain dengan memperkuat strategi yang ada untuk resistensi antimikroba dan manajemen kesehatan bencana.
Meningkatkan Ketahanan
Mengembangkan kapasitas untuk beradaptasi dan mengurangi risiko kesehatan merupakan bagian utama dari membangun ketahanan. Di tengah krisis yang semakin parah, kolaborasi internasional harus dibina untuk memungkinkan tindakan, kebijakan, dan inovasi yang nyata guna mendukung ketahanan kesehatan lintas batas.
Penting juga untuk dicatat bahwa, dalam hal pendekatan One Health, melindungi kesehatan manusia tidak boleh mengorbankan kesehatan hewan dan lingkungan, karena semuanya saling terkait. Pada akhirnya, pendekatan holistik dan multi-aspek diperlukan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan dalam isu ketahanan kesehatan untuk respons jangka pendek maupun manajemen jangka panjang.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.