Menaikkan Batas Usia Dewasa di Filipina dan Harapan yang Lebih Lagi

Foto oleh Charlein Gracia di Unsplash
Filipina telah menaikkan batas usia bisa melakukan hubungan seksual secara konsensual dari 12 tahun sampai 16 tahun. Ini merupakan batas terendah di Asia Tenggara, satu dari yang paling rendah di dunia. Warga Filipina, bersama dengan Senator Risa Hontiveros di Kongres dan LSM seperti Plan International dan Save the Children, selama bertahun-tahun telah bersama-sama mengupayakan agar batas usia dewasa ini bisa dinaikkan. President Rodrigo Roa Duterte menandatangani rancangan undang-undang tersebut pada 4 Maret 2022 setelah disahkan oleh Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat pada Desember 2021.
Pentingnya usia minimum untuk hubungan seksual secara konsensual
Usia minimum untuk hubungan seksual secara konsensual adalah usia dimana seseorang dianggap mampu untuk memberikan persetujuan dalam aktivitas seksual. Peraturan ini merupakan upaya preventif dalam melawan kekerasan seksual pada anak dan isu-isu mental serta fisik yang mungkin menyertai aktivitas-aktivitas seksual dini. Isu-isu tersebut meliputi trauma, kehamilan tidak diinginkan, putus sekolah, dan banyak lagi.
Seruan untuk memprioritaskan RUU untuk Mengakhiri Perkosaan Anak ditujukan pada Kongres Filipina di 2021. Penelitian pada 2015 mengenai kekerasan terhadap anak menunjukkan temuan bahwa “satu dari setiap lima anak di Filipina (19,1%) berusia 13-17 tahun dilaporkan mengalami kekerasan seksual.” Menaikkan batas usia dari 12 ke 16 merupakan salah satu upaya preventif yang disarankan oleh PBB.
Bagaimana isi undang-undangnya?
Undang-undang yang baru mendefinisikan perkosaan statutori (perkosaan anak) sebagai aktivitas seksual yang dilakukan dengan seseorang dengan usia di bawah 16 tahun. Akan ada pengecualian jika selisih usianya tidak melebihi 3 tahun dan aktivitas seksual tersebut terbukti konsensual (dengan persetujuan), tanpa kekerasan, dan tanpa eksploitasi. Meskipun demikian, pengecualian tersebut tidak berlaku jika korban berusia di bawah 13 tahun.
Dalam peraturan seperti ini, orang dewasa yang melecehkan anak di bawah umur harus dipenjara. Anak di bawah umur didefinisikan sebagai mereka yang berusia di atas 16 tahun tetapi masih di bawah 18 tahun. Hukuman yang lebih besar akan diberikan kepada mereka yang melecehkan anggota keluarganya berapapun usianya.
Peraturan ini juga mengamanatkan pada Departemen Pendidikan untuk memasukkan topik perlindungan dan hak-hak anak ke dalam kurikulum.
Langkah selanjutnya bagi Filipina
Menaikkan usia persetujuan seks merupakan pencapaian penting bagi Filipina setelah Undang-undang Pelarangan Pernikahan Anak yang disahkan pada Januari tahun ini. Undang-undang ini melarang pernikahan jika satu atau kedua pasangannya berusia di bawah 18 tahun, baik dalam konteks agama maupun budaya. Hampir sama dengan Undang-undang untuk Mengakhiri Perkosaan Anak, undang-undang ini bertujuan untuk melindungi anak-anak, khususnya anak-anak perempuan, dari konsekuensi pernikahan dini.
Sementara itu, permohonan untuk men-dekriminalisasi Perzinaan dan Pergundikan, legalisasi RUU Perceraian, dan RUU Kesetaraan Orientasi Seksual dan Ekspresi Identitas Gender masih berlangsung. Disahkannya Undang-undang untuk Mengakhiri Perkosaan Anak setelah puluhan tahun diperjuangkan membuka kesempatan-kesempatan yang lebih luas bagi disahkannya berbagai peraturan yang melindungi perempuan, anak-anak, dan kelompok rentan lainnya di Filipina.
Penerjemah: Iffah Hannah
Versi asli artikel ini diterbitkan dalam bahasa Inggris di platform media digital Green Network Asia – Internasional.
Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.