Mendorong Peran Pengasuhan yang Setara dan Pentingnya Dukungan Kebijakan
Sebagai manusia, kita bertanggung jawab untuk saling peduli tanpa memandang perbedaan. Namun, dalam sejarah peradaban manusia, perempuanlah yang menanggung sebagian besar beban pengasuhan dalam rumah tangga, dan seringkali tanpa bantuan atau upah yang layak. Lantas, bagaimana kita dapat mendukung sistem pengasuhan yang adil dalam kehidupan kita sehari-hari? Organisasi keadilan sosial Equimundo mengkaji peran laki-laki dan perempuan dalam peran pengasuhan serta hambatan terkait partisipasi yang setara.
Benturan Tradisi
Selama bertahun-tahun, tugas-tugas domestik seperti “bersih-bersih”, memasak, dan mengasuh anak serta anggota keluarga yang lebih tua secara tradisi dipandang sebagai tanggung jawab perempuan. Perempuan sering kali menanggung beban ganda ketika mereka juga bekerja/berkarier di luar. Selain itu, pekerjaan pengasuhan yang berbayar sebagian besar dilakukan oleh perempuan dan dipandang rendah secara ekonomi.
Equimundo membuat laporan State of the World’s Fathers 2023 melalui survei online yang mencakup hampir 12.000 orang dari 17 negara. Laporan tersebut mengeksplorasi persepsi masyarakat mengenai pengasuhan—siapa yang melakukan pengasuhan, bagaimana kita mengasuh, dan untuk siapa. Laporan tersebut ingin menegaskan bahwa kepedulian adalah hal yang penting dalam kehidupan kita; oleh karena itu, laki-laki, perempuan, dan semua gender bertanggung jawab atas peran pengasuhan.
Pentingnya Cuti Pengasuhan Berbayar
Secara umum, laporan tersebut mengemukakan bahwa pentingnya tugas pengasuhan semakin diakui. Berdasarkan survei yang dilakukan, laki-laki dilaporkan merasa sama-sama bertanggung jawab dan melakukan lebih banyak tugas pengasuhan dibandingkan sebelumnya. Namun, perempuan masih melakukan lebih banyak jam kerja pengasuhan dibandingkan laki-laki, meskipun kesenjangannya kecil dalam beberapa tugas. Misalnya, perempuan rata-rata menghabiskan 3,3 jam untuk pengasuhan emosional anak, sementara laki-laki menghabiskan 2,7 jam untuk tugas yang sama.
Meskipun terdapat kemajuan, jalan yang harus ditempuh untuk mencapai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam peran pengasuhan masih panjang. Kurangnya kebijakan, peraturan, dan dukungan disebut-sebut sebagai salah satu alasan utama mengapa kesenjangan masih ada. Secara umum, lebih dari 50% laki-laki dan perempuan yang berpartisipasi dalam survei laporan ini menyatakan bahwa aktivisme politik untuk kebijakan cuti pengasuhan sangat penting bagi mereka.
Para orang tua secara khusus menyoroti manfaat cuti pengasuhan berbayar, dimana 87% ibu dan 85% ayah menganggap hal itu bermanfaat bagi keluarga mereka. Namun, hampir separuh responden mengatakan bahwa kurangnya remunerasi adalah alasan mereka sering tidak mengambil seluruh cuti yang tersedia. Hal ini terutama berlaku bagi laki-laki, yang masih mempunyai penghasilan lebih besar dibandingkan perempuan. Keluarga sering kali tidak sanggup menanggung kehilangan pendapatan jika cuti tidak dibayarkan secara penuh.
Hambatan penting lainnya dalam mengambil cuti adalah rasa takut kehilangan pekerjaan (40%), atasan yang tidak suportif (36%), atau takut dinilai buruk oleh teman atau kolega karena mengambil cuti (18%).
Mendukung Partisipasi yang Setara dalam Pengasuhan
Saat ini, kita hidup di tengah berbagai krisis. Kita berutang satu sama lain untuk menjaga keluarga, teman, dan orang lain lebih dari sebelumnya. Oleh karena itu, memusatkan tugas pengasuhan dalam kehidupan kita memerlukan partisipasi semua orang, termasuk laki-laki, perempuan, dan semua gender. Pemerintah dan perusahaan juga mesti mengadvokasi kebijakan yang mendorong dan mendukung partisipasi yang setara dalam peran pengasuhan.
Laporan tersebut diakhiri dengan serangkaian rekomendasi untuk mencapai partisipasi yang setara dalam pengasuhan, yang dapat diringkas menjadi enam poin:
- Membuat sistem pengasuhan pusat dalam kebijakan dan lembaga publik.
- Mendukung budaya peduli di semua tempat kerja.
- Merevolusi cara anak laki-laki diajarkan tentang kepedulian.
- Berinvestasi dalam layanan pengasuhan dan mengukur kesetaraan akses terhadap cakupan layanan di seluruh tingkat pendapatan berdasarkan gender dan usia.
- Menormalkan cuti orang tua (parental leave) yang setara dan tidak dapat dialihkan bagi pengasuh di tingkat kebijakan nasional.
- Membuat media arus utama yang menggambarkan laki-laki dan anak laki-laki sebagai pengasuh yang penuh perhatian dan kompeten serta menjadikan tugas pengasuhan sebagai sesuatu yang universal.
Baca laporan selengkapnya di sini.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.