Mendukung Kewirausahaan Perempuan untuk Ekonomi dan Masyarakat yang Lebih Baik
Foto: Amina Filkins di Pexels.
Perempuan adalah penggerak ekonomi. Namun, partisipasi pekerja perempuan masih jauh di bawah laki-laki, sehingga memperparah kesenjangan gender, kemiskinan, dan bentuk-bentuk ketimpangan lainnya. Dalam konteks ini, mendukung kewirausahaan perempuan dapat membantu menciptakan kesetaraan gender, pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, dan masyarakat yang lebih baik.
Partisipasi Rendah dan Peluang Besar
Masih terdapat kesenjangan yang mencolok antara partisipasi pekerja laki-laki dan perempuan. Data dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menunjukkan bahwa partisipasi pekerja perempuan di bawah 47%, sedangkan laki-laki mencapai 72%. Di beberapa negara, kesenjangan tersebut bahkan dapat mencapai lebih dari 50 poin persentase.
Mendorong peran perempuan dalam kewirausahaan sangat penting untuk mengatasi masalah ini. Laporan Kewirausahaan Perempuan 2023/24 yang diterbitkan oleh Global Entrepreneurship Monitor menemukan bahwa aktivitas startup untuk perempuan mencapai rata-rata 10,4% pada tahun 2021-2023 di antara 30 negara yang berpartisipasi dalam laporan tersebut. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 76% dibandingkan pada rentang tahun 2001-2005 yang angkanya 6,1%.
Lebih lanjut, laporan tersebut mengungkap bahwa aktivitas kewirausahaan lebih tinggi di kalangan perempuan di negara-negara berpendapatan rendah. Hambatan terkait norma budaya yang membatasi peluang perempuan untuk berkembang di dunia kerja turut berkontribusi terhadap kenyataan ini, di samping minimnya peluang kerja. Faktor lainnya adalah bahwa memulai bisnis juga memberi perempuan lebih banyak otonomi dan fleksibilitas dalam menyeimbangkan pekerjaan dan kerja-kerja perawatan.
Intinya, kewirausahaan membuka lebih banyak peluang bagi perempuan untuk mencapai kemandirian finansial, mendorong kepemimpinan, menciptakan lapangan kerja, dan menantang norma gender yang tidak adil yang menghambat kemajuan menuju keadilan sosial.
Tantangan Sistemik dan Mengakar
Meskipun mengalami pertumbuhan, perempuan masih berjuang untuk memulai, mengembangkan, dan mempertahankan bisnis mereka. Sebuah observasi oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa perempuan sering kali tidak memiliki pendidikan, keterampilan kejuruan dan teknis, serta pengalaman kerja untuk mengembangkan bisnis mereka dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh kesenjangan peluang serta faktor-faktor pribadi, budaya, dan struktural lainnya.
Akses terhadap keuangan juga disebut sebagai salah satu hambatan utama pertumbuhan bisnis. Pada tahun 2021, laporan Bank Dunia menyatakan bahwa sekitar 740 juta perempuan tidak memiliki rekening bank, sehingga mereka tidak dapat melakukan transaksi atau mengambil pinjaman dengan aman. Akibatnya, mereka sering kali mengandalkan tabungan dan pinjaman mikro untuk membiayai bisnis mereka, yang umumnya tidak berkelanjutan dalam jangka panjang.
Dalam skala yang lebih luas, inisiatif kebijakan seputar kewirausahaan perempuan masih rapuh dan belum secara strategis mengatasi masalah mendesak yang disebutkan di atas. OECD menggambarkan kebijakan tersebut sebagai kebijakan yang sering kali “berbatas waktu, berskala kecil, jarang, berorientasi pada gejala,” yang dapat menyebabkan implementasi yang tidak memadai dan hasil yang tidak efektif.
Mendukung Kewirausahaan Perempuan
Dunia terus mengalami kemajuan dalam mendukung dan memberdayakan perempuan. Namun, seiring perkembangan dunia yang semakin kompleks, memastikan bahwa perempuan dapat memperoleh akses dan kesempatan yang sama untuk menciptakan kehidupan yang baik bagi diri mereka sendiri dan komunitas mereka adalah hal yang semakin penting. Mendukung kewirausahaan perempuan, beserta peran mereka dalam aspek lain seperti politik dan penelitian, sangatlah penting.
Oleh karena itu, pemerintah harus memperkuat kerangka kebijakan tentang kewirausahaan perempuan dan memperluas cakupannya untuk merespons berbagai kebutuhan dan kondisi. Sementara itu, lembaga jasa keuangan dapat memberikan dukungan dengan mengembangkan alternatif mekanisme pinjaman dan instrumen keuangan lainnya dengan persyaratan yang tidak terlalu ketat untuk memperluas akses keuangan bagi perempuan. Melaksanakan peningkatan kapasitas, program inkubasi startup, program peningkatan keterampilan digital, serta meningkatkan kesadaran tentang literasi keuangan juga tidak kalah pentingnya.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Join Membership Green Network Asia – Indonesia
Di tengah tantangan global yang semakin kompleks saat ini, membekali diri, tim, dan komunitas dengan wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bukan lagi pilihan — melainkan kebutuhan strategis untuk tetap terdepan dan relevan.
Madina is the Assistant Manager of Stakeholder Engagement at Green Network Asia. She holds a bachelor’s degree in English Studies from Universitas Indonesia. As part of the GNA In-House Team, she supports the organization's multi-stakeholder engagement across international organizations, governments, businesses, civil society, and grassroots communities through digital publications, events, capacity building, and research.

Menilik Aturan Baru tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Melihat Kembali Pangan Lokal untuk Pola Makan Sehat yang Terjangkau
Hilangnya Gletser di Seluruh Dunia dengan Laju yang Kian Mengkhawatirkan
Ekspansi Pertambangan di Kawasan Hutan dan Menakar Efektivitas Pemberlakuan Denda
Memahami Dampak Kenaikan Suhu terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
Sinar Mas Land dan Waste4Change Hadirkan Rumah Pemulihan Material (RPM), Dorong Pengelolaan Sampah Bertanggung Jawab di Tangerang