Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • ESG
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Menengok Program Makanan Sekolah dari WFP untuk Anak-Anak di Kamboja

Program makanan sekolah dari World Food Programme (WFP) bertujuan untuk mengatasi masalah pendidikan, nutrisi, dan ketimpangan gender di Kamboja.
Oleh Kresentia Madina
17 Oktober 2023
seorang anak perempuan sedang menyantap makanan sekolah

Seorang siswa di Kamboja menyantap sarapan sebelum sekolah dimulai. | Foto: WFP di Twitter.

Bagi anak sekolah, makanan yang cukup dan bernutrisi akan membantu mereka dalam berkonsentrasi dan belajar. Sayangnya, masih banyak anak yang berangkat ke sekolah dengan perut kosong, termasuk di Kamboja. Atas persoalan tersebut, World Food Programme (WFP) telah mengadakan program makanan sekolah bagi anak-anak di Kamboja, bekerja sama dengan pemerintah negara setempat. Berjalan sejak 1999, bagaimana hasil dari program tersebut?

Malnutrisi di Kamboja

Malnutrisi pada anak-anak masih menjadi tantangan di Kamboja. UNICEF menyatakan bahwa 32% anak Kamboja di bawah usia 5 tahun mengalami stunting, dan 10% tidak memiliki berat badan yang sesuai dengan tinggi badan mereka. Kekurangan makanan, nutrisi, air, dan sanitasi yang layak berkontribusi terhadap kondisi ini.

Celakanya, darurat nutrisi di Kamboja berkaitan erat dengan kasus putus sekolah dan ketimpangan gender. Banyak anak yang berangkat ke sekolah dalam keadaan lapar, sehingga mengakibatkan rendahnya konsentrasi dan produktivitas mereka di sekolah. Selain itu, banyak anak, terutama anak perempuan, seringkali terpaksa putus sekolah untuk membantu perekonomian keluarga atau melakukan tugas-tugas rumah tangga.

WFP memandang bahwa untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan program sekolah multi-sektoral. WFP telah aktif di Kamboja sejak tahun 1979, memberikan bantuan dalam keadaan darurat berupa makanan dan nutrisi. Salah satunya dengan menerapkan program makanan sekolah.

Program Makanan Sekolah

Program makanan sekolah di Kamboja dimulai pada tahun 1999. WFP bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kamboja serta Dewan Perlindungan Sosial Nasional Kamboja dalam menyediakan makanan untuk anak-anak pra-sekolah dasar dan sekolah dasar. Selain memenuhi kebutuhan nutrisi mereka, makanan ini juga bertujuan untuk memberikan insentif kepada orang tua agar menyekolahkan anak mereka.

“Makanan meningkatkan kepercayaan mereka terhadap sekolah,” kata Eam Sokhan, kepala Sekolah Dasar Doun Aov di Distrik Angkor Thom, Provinsi Siem Reap. “Mereka menaruh kepercayaan pada kami, dan kami merasa sangat termotivasi.”

Pada tahun 2014, program ini dikembangkan dengan memasukkan bahan-bahan lokal untuk makanan, meningkatkan perekonomian lokal, mendorong kepemilikan masyarakat, dan menciptakan lapangan kerja.

Pada tahun 2022, program ini telah menyediakan makanan hangat setiap pagi kepada 215.300 anak sekolah di Kamboja. Selain itu, 70% sekolah di Kamboja mendapatkan bahan-bahannya dari petani lokal dan petani kecil. Program ini juga memfasilitasi sekolah dengan rehabilitasi infrastruktur sanitasi, dan membekali tenaga pendidikan dan otoritas sekolah dengan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola program.

Pendekatan Multisektoral

Tantangan yang dihadapi Kamboja di bidang pendidikan, nutrisi, dan ketimpangan gender menggambarkan bagaimana isu-isu pembangunan berkelanjutan saling terkait. Program makanan sekolah yang dilakukan oleh WFP dan pemerintah Kamboja menunjukkan betapa pentingnya pendekatan multi-sektoral dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut dengan tidak meninggalkan siapa pun.

“Makanan di sekolah berkontribusi terhadap pengembangan sumber daya manusia di Kamboja, terutama anak-anak dari keluarga termiskin. Memiliki akses pendidikan akan membantu mereka memutus siklus kemiskinan dari generasi ke generasi,” kata Narith Chan, Sekretaris Jenderal Dewan Perlindungan Sosial Nasional Kamboja.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan GNA Indonesia.

Langganan Anda akan memberikan akses ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, memperkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda sekaligus mendukung kapasitas finansial Green Network Asia untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.

Pilih Paket Langganan

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Potret Polusi Plastik di Asia Tenggara dan Asia Timur
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Tantangan dan Peluang AI untuk Masyarakat Adat
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Mengulik Sistem Peringatan Dini Berbasis Ponsel
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Rencana Uni Eropa Sederhanakan Standar Pelaporan Keberlanjutan Perusahaan

Continue Reading

Sebelumnya: Pekan Kebudayaan Nasional 2023: Meningkatkan Gerakan Kebudayaan untuk Merawat Bumi
Berikutnya: Tantangan Pemberantasan Kemiskinan di Indonesia

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

Sekelompok laki-laki muda berfoto bersama seorang ibu di depan sebuah rumah. Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh

Oleh Naufal Akram
25 Agustus 2025
buku terbuka Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan
  • Kolom IS2P
  • Opini
  • Partner
  • Unggulan

Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan

Oleh Yanto Pratiknyo
25 Agustus 2025
kubus kayu warna-warni di atas jungkat-jungkit kayu Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama

Oleh Abul Muamar
22 Agustus 2025
penggiling daging di peternakan Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan

Oleh Brian Cook
22 Agustus 2025
dua orang sedang menandatangani dokumen di atas meja Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030

Oleh Abul Muamar
21 Agustus 2025
sekelompok perempuan dan dua laki-laki berfoto bersama. Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor

Oleh Sahal Mahfudz
21 Agustus 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia