Persoalan Obesitas Anak: Stigma, Dampak, dan Intervensi
Setidaknya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun akibat obesitas. Lebih dari sekadar masalah penampilan, kelebihan berat badan atau obesitas bisa menjadi akar berbagai masalah kesehatan, termasuk diabetes dan penyakit kardiovaskular. Beberapa tahun terakhir terjadi lonjakan jumlah obesitas pada anak, yang menunjukkan kebutuhan mendesak akan upaya kolektif untuk memerangi penyakit kronis ini.
Kasus umum
Menurut data WHO, lebih dari 340 juta anak dan remaja berusia 5-19 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas pada tahun 2016. Kelebihan berat badan atau obesitas didefinisikan sebagai “akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan”.
Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di kalangan anak-anak dan remaja usia 5-19 meroket dari 4% pada tahun 1975 menjadi lebih dari 18% pada tahun 2016. Gaya hidup dan lingkungan saat ini merupakan faktor yang mendorong kenaikan berat badan, belum lagi kurangnya aktivitas fisik akibat terpapar layar gadget, yang bersifat rekreasi pasif. Anak-anak dengan obesitas memiliki peluang lebih tinggi terkena penyakit di masa dewasa.
Malnutrisi & Penghargaan Diri yang Rendah
Negara-negara di Asia Tenggara mengalami ‘beban ganda’ malnutrisi, dengan beberapa anak menderita kelebihan berat badan, dan lainnya menderita stunting. Paradoksnya, penelitian menemukan bahwa kasus obesitas dapat dikaitkan dengan kekurangan gizi. Seorang anak yang pertumbuhannya terhambat akan memiliki risiko yang lebih signifikan untuk mengalami kelebihan berat badan saat dewasa karena terlalu lama terpapar junk food dan minuman dengan nilai gizi rendah. Kurangnya akses ke makanan yang layak dan bergizi dapat dikaitkan dengan kemiskinan dan kerawanan pangan.
Obesitas pada anak juga menimbulkan dampak psikologis. Karena obesitas umumnya masih disalahpahami sebagai akibat dari pilihan hidup yang buruk dan malas alih-alih puncak dari faktor genetik, lingkungan, dan perilaku, banyak anak dengan obesitas menderita stigma dan intimidasi. Penelitian menemukan bahwa ejekan berbasis berat badan dapat menimbulkan penghargaan diri yang rendah, persepsi negatif tentang penampilan fisik, depresi, dan kecemasan. Hal ini menunjukkan kebutuhan mendesak untuk menghilangkan stigma dan menghapus bias berat di tingkat populasi.
Intervensi terhadap obesitas anak
Obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat; oleh karena itu, tidak ada pihak tunggal yang dapat mengatasi masalah ini sendirian. Sebaliknya, menurunkan tingkat obesitas anak dan meminimalkan dampak kesehatan membutuhkan upaya kolektif dan kolaboratif dari semua orang, mulai dari pemerintah hingga orang tua.
Menerapkan pajak minuman manis bisa menjadi salah satu cara untuk membatasi pola makan yang tidak sehat. Negara-negara di seluruh dunia telah menerapkan beberapa pajak untuk minuman yang dimaniskan dengan gula; Sementara itu, WHO juga telah meluncurkan panduan dalam implementasi kebijakan.
Di sisi lain, mendorong program aktivitas fisik yang terencana dengan baik di sekolah juga berpotensi untuk penanganan obesitas pada anak, meski efektivitasnya masih perlu dipelajari lebih lanjut. Pada akhirnya, penanganan obesitas pada anak membutuhkan rencana dan upaya jangka panjang yang berkelanjutan dari berbagai sektor agar efektif, inklusif, dan berdampak. Memastikan anak-anak menerima lingkungan, dukungan, dan fasilitas yang mereka butuhkan untuk tumbuh dengan pikiran dan tubuh yang sehat berarti kita memastikan jalan bagi generasi mendatang untuk berkembang dengan aman.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.