Perihal Ketimpangan Kesempatan dan Bagaimana Mengatasinya
 
                Foto: Freepik.
Dalam hidup ini, kita mungkin mendambakan banyak hal. Masuk sekolah yang bagus, mendapat pekerjaan bergaji tinggi, tinggal di tempat yang bagus, dan banyak hal lainnya. Namun, keadaan di luar kendali kita telah menjadi penghalang untuk mencapai impian-impian itu, seperti kemiskinan, terbatasnya akses terhadap pendidikan berkualitas, dan kurangnya sistem layanan kesehatan yang terjangkau. Hal ini menunjukkan bagaimana ketimpangan kesempatan (inequality of opportunity) masih menjadi permasalahan di seluruh dunia.
Dunia yang Terkotak-kotak
Ada banyak ketimpangan di dunia ini. Yang paling mencolok adalah kesenjangan ekonomi, dimana 700 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem dengan penghasilan $2,15 per hari, sementara 10% kekayaan dunia hanya dimiliki oleh 10% penduduk.
Pada saat yang sama, kita semua pernah mendengar—bahkan sebagian orang meyakini—narasi bahwa kerja keras menentukan kesuksesan dan kekayaan. Namun, “kredo” semacam ini mengabaikan aspek-aspek penting lainnya. Akses terhadap pendidikan berkualitas, layanan kesehatan, dan makanan bergizi sejak lahir hingga dewasa juga dapat meningkatkan peluang seseorang secara signifikan untuk mencapai kesejahteraan dalam hidup. Sayangnya, sebagian besar penduduk dunia masih kekurangan akan hal-hal tersebut.
Sebagai contoh, 30% dari total 250 juta anak di seluruh dunia yang tidak bersekolah berasal dari Afrika Sub-Sahara yang miskin; sementara penelitian yang diterbitkan pada tahun 2018 menyatakan bahwa 8 juta orang meninggal setiap tahunnya di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah karena kualitas layanan kesehatan yang buruk. Ringkasnya, ketidakmampuan mengakses kebutuhan paling mendasar sekalipun untuk bertahan hidup dapat menutup peluang bagi mereka yang ingin meningkatkan kualitas hidup dan mobilitas ekonomi.
Ketimpangan Kesempatan
Dalam laporan mengenai ketimpangan di Asia-Pasifik, UNESCAP mendefinisikan ketimpangan kesempatan sebagai “ketimpangan dalam akses terhadap peluang yang bergantung pada keadaan di luar kendali seseorang.” Ketimpangan ini umumnya berupa tempat kelahiran dan pendidikan orang tua hingga kurangnya akses pekerjaan yang layak, pendidikan, dan sanitasi.
Kerja keras barangkali memang dapat membawa seseorang lebih maju dalam kehidupannya, namun ketimpangan kesempatan tetap menunjukkan bahwa tidak semua orang memulai dari jalur yang sama. Beberapa aspek di luar kendali dapat menjadi faktor yang menentukan kesempatan seseorang dalam hidup.
Ketimpangan kesempatan merupakan masalah serius karena dapat menghambat seseorang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Hal ini juga dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan, baik dalam skala nasional maupun global. Penasihat Senior Bank Dunia Francisco Ferreira mengatakan, “Jika banyak calon ilmuwan, insinyur, dan seniman tidak dapat mengakses pendidikan yang layak atau layanan kesehatan dasar sejak dini karena kondisi kelahiran mereka, hal ini pada akhirnya akan menimbulkan kerugian bagi semua orang dalam hal kehilangan sumber daya manusia dan potensi ekonomi.”
Mengatasi Ketimpangan Kesempatan
Mengurangi ketimpangan sangat penting dalam pembangunan berkelanjutan. Secara khusus, Target 10.3 menyerukan untuk memastikan kesempatan yang sama bagi semua orang dan mengurangi kesenjangan dalam hasil, termasuk menghilangkan undang-undang, kebijakan, dan praktik diskriminatif serta mendorong undang-undang, kebijakan, dan tindakan yang tepat. Pada akhirnya, kita tidak dapat mencapai pembangunan berkelanjutan jika kita menghalangi masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Oleh karena itu, mengatasi ketimpangan kesempatan sangatlah penting. Pemerintah, pembuat kebijakan, peneliti, dan organisasi harus bekerja sama untuk menjembatani kesenjangan data dan menerapkan intervensi sistemik di bidang-bidang penting seperti pendidikan, layanan kesehatan, dan pekerjaan. Mengurangi kesenjangan di semua lapisan masyarakat dapat menjadi cara kita mencapai dunia yang lebih baik di mana tidak ada seorang pun yang tertinggal.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
 
  Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Jadi Member SekarangMadina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

 
                        
 Menjadi Jembatan Keberlanjutan: Strategi Manajer Madya di Tengah Kelembaman dan Desakan Perubahan
                                    Menjadi Jembatan Keberlanjutan: Strategi Manajer Madya di Tengah Kelembaman dan Desakan Perubahan                                 Bagaimana Mineral Kritis Dapat Mendukung Transisi Energi Berkeadilan di Global South
                                    Bagaimana Mineral Kritis Dapat Mendukung Transisi Energi Berkeadilan di Global South                                 Mengulik Isu Penurunan Muka Tanah Pesisir Jawa
                                    Mengulik Isu Penurunan Muka Tanah Pesisir Jawa                                 Kebangkitan Pertanian Permakultur Lokal di India
                                    Kebangkitan Pertanian Permakultur Lokal di India                                 Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi
                                    Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi                                 Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan
                                    Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan