Meningkatkan Pencegahan, Intervensi, dan Perawatan Demensia di Tengah Lonjakan Kasus
Semakin bertambah usia, manusia menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Demensia adalah salah satu penyakit yang dapat menyerang manusia lanjut usia (lansia) dan menyulitkan mereka untuk menjalani hidup. Meningkatkan upaya pencegahan, intervensi, dan perawatan demensia sangatlah penting untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan lansia.
Apa itu Demensia
Salah satu hal indah dari menjadi manusia adalah kemampuan kita untuk berpikir dan mengingat. Pikiran dan ingatan adalah fondasi bagi cara kita bekerja, bersosialisasi, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Kesehatan kita perlahan akan menurun seiring bertambahnya usia, namun demensia bukanlah hal normal dari penuaan. Demensia dapat membuat penderitanya menyakiti diri sendiri dan orang lain dan membuat mereka tidak berdaya dalam kehidupan sehari-hari.
Demensia diakibatkan oleh berbagai penyakit dan cedera yang memengaruhi otak dan merusak sel saraf. Menurut WHO, Alzheimer merupakan bentuk paling umum dari demensia, menyumbang 60-70% kasus. Penyakit ini mengarah pada kemunduran fungsi kognitif, termasuk ingatan, kemampuan berpikir, dan perilaku seseorang. Usia, tekanan darah tinggi, dan gaya hidup yang tidak sehat merupakan beberapa faktor penyebab demensia.
Penderita demensia akan kesulitan untuk mengingat sesuatu, memahami percakapan, dan melakukan tugas-tugas dasar. Demensia juga dapat menyebabkan perubahan perilaku dan suasana hati serta penarikan diri penderitanya dari masyarakat. WHO mencatat demensia sebagai penyebab kematian ketujuh dan salah satu penyebab signifikan kecacatan dan ketergantungan lansia secara global.
Lonjakan Kasus
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia mengalami lonjakan kasus demensia. WHO memperkirakan lebih dari 55 juta orang menderita demensia di seluruh dunia, dengan lebih dari 60% tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Selain itu, sebuah penelitian pada tahun 2019 memperkirakan bahwa jumlah penderita demensia akan meningkat tiga kali lipat menjadi 153 juta orang pada tahun 2050, jika merujuk pada pertumbuhan populasi dan penuaan sebagai salah satu penyebabnya. Penelitian yang sedang berlangsung terhadap 818 partisipan di Singapura juga menemukan kondisi otak yang tidak terdiagnosis yang menunjukkan tahap awal demensia pada setengah dari peserta.
Meskipun dapat berdampak ke semua orang, perempuan menjadi kelompok yang paling rentan terhadap demensia baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian menemukan bahwa perempuan cenderung memiliki risiko lebih tinggi terkena demensia. Meski penyebab pastinya masih perlu diteliti lebih lanjut, temuan saat ini menunjukkan bahwa umur perempuan lebih panjang daripada laki-laki. Selain itu, perempuan juga memikul beban yang lebih berat sebagai pengasuh bagi penderita demensia, yang dapat berdampak terhadap kesehatan mental mereka.
Pencegahan, intervensi, dan perawatan demensia
Perlu upaya khusus untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan lansia dan keluarga mereka di tengah peningkatan risiko dan populasi. Upaya yang diperlukan mencakup pencegahan, intervensi, dan perawatan yang lebih baik. Meskipun saat ini belum ada obat untuk demensia, bergerak aktif dan menjalani gaya hidup sehat dapat membantu mencegah dan mengurangi gejala demensia. Intervensi skala besar di sektor kesehatan masyarakat juga penting untuk memberikan pengobatan yang lebih baik bagi penderita demensia.
Sayangnya, selama ini demensia sering diabaikan dalam intervensi kesehatan masyarakat. Meski menyebabkan peningkatan biaya hidup dan hilangnya produktivitas, demensia sebagian besar masih kurang terdiagnosa. Demensia tidak mendapatkan perhatian penuh dari perawatan jangka panjang yang seharusnya. Kurangnya kesadaran dan pemahaman turut berkontribusi pada stigmatisasi penyakit ini, yang membuat orang enggan berobat.
Undang-undang, komitmen, dan standar global yang tepat diperlukan agar penderita demensia dan pengasuhnya dapat menerima layanan kesehatan, keuangan, dan dukungan penting lainnya. Pada 2017, WHO telah meluncurkan Rencana Aksi Global 2017-2025 untuk mendorong respons terhadap demensia. Kementerian kesehatan di seluruh dunia juga berkomitmen untuk menciptakan masyarakat yang inklusif-demensia dalam Pertemuan Menteri Kesehatan G7 Nagasaki baru-baru ini. Pada akhirnya, memastikan hak lansia atas kehidupan yang sehat dan aman merupakan aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan di mana tidak ada seorang pun yang tertinggal.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.