Menengok Namami Gangga, Proyek Peremajaan Sungai Gangga
Sungai mengalir di planet kita layaknya pembuluh darah. Sungai menyediakan air dan merupakan sumber kehidupan dan penghidupan bagi manusia, tumbuhan, dan hewan. Sayangnya, ancaman terhadap sungai di seluruh dunia terus meningkat, sehingga kita juga harus meningkatkan upaya untuk melindunginya. Di India, proyek peremajaan Sungai Gangga bernama Namami Gangga sedang berlangsung.
Peremajaan Sungai Gangga
Sungai Gangga, yang juga disebut Gangga, adalah sungai suci dalam Hinduisme. Hulu sungai ini bermula di Pegunungan Himalaya, mengalir ke selatan dan timur, bermuara di Teluk Benggala, dan membentuk delta terbesar di dunia, yakni Delta Sungai Gangga. Jalur sungai sepanjang 2.525 km dan kawasan sekitarnya yang berupa lembah merupakan rumah bagi sekitar 520 juta orang dan lebih dari 25.000 spesies tumbuhan dan hewan.
Selain air tawar, masyarakat juga memanfaatkan sungai untuk mencari ikan, mandi, dan sebagai irigasi. Secara ekonomi, lembah Sungai Gangga menyumbang 40% PDB India. Namun, sungai ini menghadapi ancaman besar dari perubahan iklim, polutan manusia dan industri, degradasi lahan, dan meningkatnya kebutuhan air pertanian.
Sehubungan dengan proyek besar peremajaan Sungai Gangga, Inger Andersen dari Program Lingkungan PBB (UNEP) percaya bahwa ini adalah “waktu genting untuk mengubah hubungan eksploitatif kita dengan alam”.
Namami Gangga
Diluncurkan pada tahun 2014, Namami Gangga adalah program penting pemerintah dari misi konservasi terpadu. Setelah hampir satu dekade, pemerintah India telah menginvestasikan hingga $4,25 miliar dalam program ini. Tujuan utamanya adalah untuk menekan polusi, mempromosikan pertanian berkelanjutan, dan melestarikan serta meremajakan Sungai Gangga.
Implementasi Namami Gangga dibagi menjadi Level Awal (dampak langsung & terlihat), Jangka Menengah (kerangka waktu lima tahun), dan Jangka Panjang (kerangka waktu sepuluh tahun). Program ini beroperasi pada delapan pilar utama:
- Infrastruktur Pengolahan Limbah – proyek pengelolaan limbah di seluruh negara bagian.
- Pembangunan Tepi Sungai – konstruksi, modernisasi, dan renovasi ghats (jalur gunung).
- Pembersihan Permukaan Sungai – pengumpulan dan pembuangan limbah padat yang mengapung dari sungai dan ghat.
- Keanekaragaman hayati – menghidupkan kembali keanekaragaman hayati endemik dan terancam punah seperti lumba-lumba sungai, penyu cangkang lunak, berang-berang, dan ikan hilsa shad.
- Penghijauan – intervensi kehutanan untuk meningkatkan produktivitas dan keanekaragaman hutan dengan mengadopsi pendekatan multi-cabang di seluruh bentang sungai Gangga yang telah ditentukan sebelumnya.
- Kesadaran Publik – membuat acara, lokakarya, konferensi, aksi unjuk rasa, kampanye, pameran, shram daan (kerja sukarela), dan materi sumber daya lainnya.
- Pemantauan Limbah Industri – pengaturan dan penegakan norma-norma lingkungan yang ditetapkan melalui inspeksi rutin dan mendadak terhadap Industri yang Sangat Mencemari.
- Gangga Gram – pembangunan toilet dan pengembangan program sanitasi pedesaan untuk 1.674 Gram Panchayats (badan pemerintahan desa) di sepanjang tepi Sungai Gangga.
Pencapaian dan Lainnya
Peremajaan ekosistem sungai membutuhkan pendekatan multidisiplin berbasis ilmu pengetahuan dan kolaborasi yang kuat lintas komunitas, sektor, dan pemangku kepentingan. Sejauh ini, Gangga Namami melibatkan 230 organisasi dan memulihkan sekitar 1.500 km dari Sungai Gangga dan 30.000 hektare hutan di sekitarnya. Pada tahun 2030, program tersebut diharapkan dapat memulihkan 134.000 hektare hutan.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.