Meningkatkan Kebijakan Keluarga untuk Mendukung Kesejahteraan Semua

Foto: Liv Bruce di Unsplash.
Pertumbuhan dan perkembangan seseorang dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk keluarga. Sayangnya, kemiskinan dan ketimpangan masih menjadi hambatan terbesar bagi keluarga dalam menciptakan lingkungan yang mendukung. Hal ini menekankan pentingnya kebijakan keluarga dalam penyediaan jaring pengaman dan menciptakan intervensi untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan setiap orang.
Keluarga sebagai Lembaga Sosial Terkecil
Keluarga adalah lembaga sosial pertama dan terkecil yang kita temui saat kita tumbuh dan belajar mengenal dunia. Sejak masa kanak-kanak, kehadiran orang tua atau pengasuh sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak baik dalam aspek kognitif, emosional, maupun dan fisik. Singkatnya, akses terhadap kebutuhan dasar dan lingkungan yang mendukung merupakan faktor penting untuk memastikan keluarga yang sehat dan sejahtera.
Sayangnya, kemiskinan dan ketimpangan telah dan masih menjadi faktor terbesar yang menghalangi keluarga untuk memiliki sumber daya dan peluang yang cukup untuk meraih kehidupan yang baik. Indikator yang paling menonjol adalah kesenjangan pendapatan, yang memengaruhi kemampuan keluarga untuk mengakses makanan bergizi, pendidikan berkualitas, dan layanan kesehatan.
Lebih jauh, kesenjangan dalam berbagai aspek lain juga menjadi faktor dalam mata pencaharian keluarga. Sebuah laporan dari UNICEF menyatakan bahwa risiko kemiskinan lebih tinggi dalam rumah tangga dengan kepala keluarga perempuan, keluarga migran, dan keluarga yang tinggal di daerah pedesaan atau daerah kumuh perkotaan.Pentingnya Kebijakan Keluarga
Pentingnya Kebijakan Keluarga
Kualitas individu memberikan sangat berdampak terhadap pembangunan ekonomi dan sosial suatu masyarakat. Namun tentunya, diperlukan sistem yang adil dan inklusif untuk mendukung dan mewujudkan hal ini. Sebagai lembaga sosial terkecil, peran keluarga dalam menumbuhkan potensi individu-individu harus didukung pada level sistemik, dengan partisipasi dari pemerintah dan sektor swasta. Dalam hal ini, kebijakan keluarga merupakan instrumen penting.
Kebijakan keluarga merujuk pada seperangkat kebijakan yang ditujukan untuk mempromosikan dan mendukung kesejahteraan anak dan keluarga. Kebijakan ini mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, kesetaraan gender, dan pekerjaan. Dukungan yang dibutuhkan di antaranya dapat berupa bantuan sosial, layanan pengasuhan anak dan pendidikan dini, dan kerangka kerja untuk mengatur cuti yang berkaitan dengan keluarga.
Mantan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pernah menyatakan, “Pada dasarnya, pencapaian tujuan pembangunan bergantung pada seberapa baik keluarga diberdayakan untuk berkontribusi pada pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian, kebijakan yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan keluarga pasti akan menguntungkan pembangunan.”
Namun, menurut laporan tahun 2020 yang diterbitkan oleh Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB (UN DESA), kebijakan keluarga masih minim dalam banyak kebijakan nasional dan strategi SDG. Salah satu contohnya adalah kurangnya layanan pengasuhan anak yang berkualitas dan terjangkau, yang menghambat perkembangan anak. Selain itu, meskipun penerapan kebijakan perlindungan hak maternitas telah membaik dalam beberapa tahun terakhir, survei yang dilakukan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) pada tahun 2021 mengungkapkan bahwa 649 juta perempuan masih belum terlindungi. Sementara itu, sekitar 1,26 miliar pria tinggal di negara-negara yang tak memberikan hak atas cuti ayah.
Menangani Akar Masalah
Mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan adalah proses kompleks yang memerlukan penanganan terhadap akar penyebab dari masalah yang paling mendesak di masyarakat, termasuk kemiskinan dan ketimpangan.
Memperluas dan memperkuat penerapan kebijakan keluarga, baik dalam peraturan nasional maupun kerangka bisnis, merupakan bagian penting dari penanganan masalah pada aspek terkecil, yang dapat menghasilkan dampak positif yang berlipat ganda di masa mendatang.
Editor: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Terima kasih telah membaca!
Berlangganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua konten yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.