Tz´ununya´ Collective, Perjuangan Perempuan Adat Suku Maya dalam Melindungi Danau Atitlán
Danau Atitlán di Guatemala. | Foto: Robin Canfield di Unsplash.
Selama ini, masyarakat adat sering berperan sebagai pelindung dan penyelamat lingkungan di tengah ancaman kerusakan yang disebabkan oleh keserakahan kapitalisme dan ketidaktahuan yang disengaja. Pada banyak kasus, gerakan akar rumput masyarakat adat bahkan menjadi satu-satunya yang menentang proyek-proyek berbahaya dari pemerintah dan bisnis besar. Di Guatemala, perempuan adat Suku Maya yang tergabung dalam Tz’ununya’ Collective berjuang melindungi Danau Atitlán yang mengalami degradasi.
Degradasi Danau Atitlán
Terletak di Sololá, Danau Atitlán adalah danau terdalam di Amerika Tengah dan merupakan objek wisata utama.
Bagi masyarakat adat yang tinggal di sekitarnya, Danau Atitlán adalah Qatee’ Ya’, yang berarti ‘danau ibu kami’ dalam bahasa Maya Tz’utujil. Mereka bilang, “Dia adalah nenek moyang dan pemberi kehidupan kami. Dia memberi kami makanan, rezeki, dan bahkan ketenangan. Saat kami merasa tidak enak badan atau sakit, kami pergi ke danau. Itulah sebabnya apa yang terjadi pada ibu kami menyakiti kami. Sungguh menyedihkan melihat perusahaan mencemari danau.”
Pencemaran tersebut berasal dari berbagai sumber, seperti penggunaan bahan kimia dan pupuk yang berlebihan, air limbah, limbah padat, mikroplastik, erosi, dan penggundulan hutan. Pada tahun 2009, perempuan adat setempat memperingatkan otoritas kota dan kesehatan San Pedro La Laguna tentang sianobakteri di dalam air yang dapat mencemari pasokan air di 13 kota di sekitar danau. Saat ini, 70% Danau Atitlán tercemar
Tz’ununya’ Collective
Tz’ununya’ Collective adalah kelompok yang terdiri dari 12 komite perempuan Suku Maya yang mendedikasikan diri pada konservasi Danau Atitlán dan menggencarkan sosialisasi serta pelestarian budaya Tz’utujil. Mereka melakukan apa pun untuk melindungi tanah dan air mereka, mulai dari pembersihan pantai hingga melakukan litigasi.
Pada tahun 2019, sebuah yayasan swasta mengusulkan Mega-Recolector, sebuah proyek untuk memasang pipa sub-akuatik yang akan mengumpulkan air kotor dan mengirimkannya ke rencana pengolahan yang akan menghasilkan metana untuk menggerakkan tiga pembangkit listrik tenaga air. Namun, hal ini berisiko dan hanya akan mengatasi 14% polusi. Lantas, para perempuan adat yang tergabung dalam Tz’ununya’ Collective memulai perjuangan hukum mereka untuk menghentikan proyek tersebut.
Selain litigasi, Tz’ununya’ Collective juga melibatkan masyarakat lokal untuk mengurangi tingkat polusi di Danau Atitlán. Sebagai contoh, mereka telah meninggalkan penggunaan pupuk kimia untuk pertanian. Mereka juga mengusulkan penggunaan biodigester untuk mengolah air limbah rumah tangga.
Selain itu, Tz’ununya’ Collective mengadakan cleanup day setidaknya sebulan sekali. Sekitar seratus perempuan adat menyusuri air dan mengumpulkan sampah yang berserakan di sepanjang pantai. Beberapa petugas pemadam kebakaran juga ikut menyelam untuk mengambil sampah ban dan besi dari dasar danau.
Menagih Tanggung Jawab Pemerintah dan Perusahaan
Pada November 2022, sebagai bentuk protes, Tz’ununya’ Collective membuang sampah yang mereka kumpulkan di depan fasilitas Komite Koordinasi Asosiasi Pertanian, Komersial, Industri, dan Keuangan. Salah seorang anggota mereka mengatakan, “Perusahaan harus menjalankan komitmen terhadap pembuangan akhir limbah mereka. Karena mereka mengubah kami menjadi tempat pembuangan sampah, kami mengorbankan lahan kami untuk dijadikan tempat pembuangan sampah.”
Tentunya, Tz’ununya’ Collective juga lahir dari rasa frustrasi yang disebabkan oleh kelambanan dan ketidakmampuan para pihak yang mestinya bertanggung jawab atas pencemaran yang terjadi. Kelompok tersebut menyatakan bahwa pemerintah dan perusahaan harus akuntabel dan mengambil tanggung jawab atas pencemaran Danau Atitlán.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Join Membership Green Network Asia – Indonesia
Jika Anda menilai konten ini bermanfaat, dukung gerakan Green Network Asia untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia. Dapatkan manfaat khusus untuk pengembangan pribadi dan profesional.
Jadi Member SekarangNaz is the Manager of International Digital Publications at Green Network Asia. She is an experienced and passionate writer, editor, proofreader, translator, and creative designer with over a decade of portfolio. Her history of living in multiple areas across Southeast Asia and studying Urban and Regional Planning exposed her to diverse peoples and cultures, enriching her perspectives and sharpening her intersectionality mindset in her storytelling and advocacy on sustainability-related issues and sustainable development.

Memperkuat Ketahanan Masyarakat di Tengah Meningkatnya Risiko Bencana
Wawancara dengan May Tan-Mullins, CEO dan Rektor Universitas Reading Malaysia
UU KUHAP 2025 dan Jalan Mundur Perlindungan Lingkungan
Wawancara dengan Eu Chin Fen, CEO Frasers Hospitality
Meningkatkan Akses terhadap Fasilitas Olahraga Publik di Tengah Tren Gaya Hidup Sedenter
Langkah Pemerintah Inggris dalam Mengatasi Pengangguran Kaum Muda