Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Sejauh Mana Implementasi Sistem Peringatan Dini Multi-Bahaya secara Global?

Sistem peringatan dini merupakan instrumen kunci dalam kesiapsiagaan bencana. Sejauh mana penerapannya secara global?
Oleh Kresentia Madina
17 Februari 2025
foto jalan beraspal yang retak

Foto: Shefali Lincoln di Unsplash.

Bencana terus menghadirkan malapetaka dan memakan korban jiwa, dan perubahan iklim telah memperburuk keadaan. Ketahanan dunia sangat bergantung pada manajemen risiko bencana yang tepat. Sistem peringatan dini merupakan instrumen kunci dalam kesiapsiagaan bencana. Lantas, sejauh mana penerapannya secara global?

Peringatan Bencana

Dalam rentang tahun 1970 hingga 2021, Organisasi Meteorologi Dunia mencatat hampir 12.000 bencana akibat cuaca ekstrem, perubahan iklim, dan yang berkaitan dengan air. Bencana-bencana tersebut menyebabkan lebih dari 2 juta kematian dan kerugian materi sebesar USD 4,3 triliun. Sementara itu, bencana berskala besar seperti gempa bumi dan tsunami bisa lebih mematikan dan merusak.

Dalam hal ini, sistem peringatan dini berperan besar dalam mengurangi korban jiwa dan kerugian materi. Sistem peringatan dini adalah sistem terpadu yang terdiri dari pemantauan, perkiraan dan prediksi bahaya, penilaian risiko bencana, serta aktivitas komunikasi dan kesiapsiagaan yang memungkinkan tindakan tepat waktu untuk mengurangi risiko bencana.

Selangkah lebih maju, ada juga sistem peringatan dini multi-bahaya (multi-hazard early warning system/MHEWS), yang dimaksudkan untuk mengatasi berbagai potensi bahaya yang saling terkait yang mungkin terjadi secara bersamaan, berjenjang, atau kumulatif dari waktu ke waktu. Misalnya, letusan gunung berapi yang dapat menimbulkan gempa bumi dan tsunami.

Sistem Peringatan Dini Multi-Bahaya

PBB telah mengadopsi Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015–2030, yang menguraikan target dan prioritas untuk mencegah risiko bencana baru dan mengurangi risiko bencana yang sudah ada. Kerangka kerja ini mengakui urgensi dan manfaat dari sistem peringatan dini multi-bahaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pendekatan risiko bencana, yang salah satu tujuannya adalah “meningkatkan secara signifikan ketersediaan dan akses terhadap sistem peringatan dini multi-bahaya serta informasi dan penilaian risiko bencana kepada masyarakat pada tahun 2030.”

Ada empat komponen sistem peringatan dini multi-bahaya dengan beberapa poin daftar pertanyaan yang harus diperiksa dan dipastikan:

  • Pengetahuan risiko bencana: Apakah bahaya-bahaya kunci dan ancaman-ancaman terkait telah teridentifikasi? Apakah paparan, kerentanan, kapasitas, dan risiko dinilai? Apakah peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan sudah teridentifikasi? Apakah informasi risiko dikonsolidasikan?
  • Deteksi, pemantauan, analisis, dan perkiraan bahaya serta konsekuensi yang mungkin terjadi: Apakah ada sistem pemantauan yang tersedia? Apakah ada layanan prakiraan dan peringatan? Apakah terdapat mekanisme kelembagaan?
  • Sosialisasi dan komunikasi peringatan: Apakah proses organisasi dan pengambilan keputusan sudah tersedia dan berjalan? Apakah sistem dan peralatan komunikasi sudah tersedia dan beroperasi? Apakah peringatan dini berbasis dampak dikomunikasikan secara efektif untuk mendorong tindakan kelompok sasaran?
  • Kemampuan kesiapsiagaan dan tanggap: Apakah langkah-langkah kesiapsiagaan bencana, termasuk rencana tanggap, telah dikembangkan dan dijalankan? Apakah kampanye kesadaran dan pendidikan masyarakat dilakukan? Apakah kesadaran dan respons masyarakat diuji dan dievaluasi?

Implementasinya secara Global

Kerangka MHEWS telah diterapkan oleh negara-negara di seluruh dunia, meskipun dengan tingkat kesigapan dan kelengkapan yang berbeda-beda. Berdasarkan laporan UNDRR mengenai implementasi MHEWS global, terdapat 108 negara yang dilaporkan telah memiliki MHEWS dalam tata kelola mereka pada Maret 2024, 55% lebih tinggi dibandingkan tahun 2015.

Memang ada kemajuan, meskipun lambat. Namun, laporan tersebut mencatat beberapa tantangan dalam implementasi kerangka kerja ini, termasuk kesenjangan dalam pengetahuan risiko bencana, kurangnya sistem operasional dan infrastruktur, dan lemahnya sistem berbagi data. Misalnya saja, hanya 38% negara yang memiliki sistem pemantauan dan prakiraan multi-bahaya.

Tata kelola yang baik merupakan hal mendasar untuk memastikan implementasi yang kuat. Hal ini dapat mendorong peran dan tanggung jawab yang jelas, serta mendukung keberlanjutan dan pendanaan kerangka kerja tersebut. Selain itu, kolaborasi dan pendekatan menyeluruh yang dapat menjangkau setiap lapisan masyarakat juga penting. Seluruh aktor di masyarakat, mulai dari masyarakat lokal hingga dunia usaha, harus dapat berpartisipasi dalam memajukan sistem peringatan dini, terutama dalam menghadapi krisis iklim.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Strategi Regional Afrika untuk Prioritaskan Layanan Rehabilitasi
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menilik Peran Kaum Muda dalam Mendorong Kemajuan Pembangunan Berkelanjutan
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Potret Polusi Plastik di Asia Tenggara dan Asia Timur
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Tantangan dan Peluang AI untuk Masyarakat Adat

Continue Reading

Sebelumnya: Intervensi yang Lebih Kuat untuk Kesehatan Gigi dan Mulut
Berikutnya: Menurunnya Keterampilan Literasi Orang Dewasa di Seluruh Dunia

Lihat Konten GNA Lainnya

kantor pelayanan publik dengan beberapa pengunjung yang mengantri di tempat duduk. GovTech AI dan Transformasi Digital di Sektor Pelayanan Publik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

GovTech AI dan Transformasi Digital di Sektor Pelayanan Publik

Oleh Seftyana Khairunisa
19 September 2025
padang rumput berwarna coklat di bawah langit biru Menilik Risiko Iklim di Australia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menilik Risiko Iklim di Australia

Oleh Kresentia Madina
19 September 2025
Beberapa perempuan Mollo sedang menenun Bagaimana Masyarakat Adat Mollo Hadapi Krisis Iklim dan Dampak Pertambangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Wawancara

Bagaimana Masyarakat Adat Mollo Hadapi Krisis Iklim dan Dampak Pertambangan

Oleh Andi Batara
18 September 2025
Seorang penyandang disabilitas di kursi roda sedang memegang bola basket di lapangan. Olahraga Inklusif sebagai Jalan Pemenuhan Hak dan Pemberdayaan Difabel
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Olahraga Inklusif sebagai Jalan Pemenuhan Hak dan Pemberdayaan Difabel

Oleh Attiatul Noor
18 September 2025
alat-alat makeup di dalam wadah Fast-Beauty dan Dampaknya yang Kompleks
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Fast-Beauty dan Dampaknya yang Kompleks

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
17 September 2025
kawanan gajah berjalan melintasi ladang hijau yang subur Penurunan Populasi Gajah Afrika dan Dampaknya terhadap Ekosistem
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Penurunan Populasi Gajah Afrika dan Dampaknya terhadap Ekosistem

Oleh Kresentia Madina
17 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia