IBCSD Merangkul Sektor Bisnis Melaksanakan Pembangunan Berkelanjutan
Foto: Rawpixel dari Pxhere
Perubahan iklim berdampak dan mempengaruhi kehidupan semua orang. Meskipun merupakan salah satu dari tiga aktor utama -pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil- untuk pembangunan berkelanjutan, akan tetapi tanggung jawab, peran, dan sumber daya sektor bisnis masih sering dipandang sebelah mata dan kurang dimanfaatkan. Agar pembangunan berkelanjutan bisa berhasil, sangat penting melibatkan sektor bisnis bersama pemerintah dan masyarakat sipil. Dalam konteks Indonesia, IBCSD bisa jadi tempat untuk sektor bisnis mulai terlibat.
Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) adalah asosiasi perusahaan dengan komitmen bersama untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Asosiasi ini dipimpin oleh para CEO yang bertujuan mencari keuntungan “profit” dan kesejahteraan “prosperity” melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, keseimbangan ekologi, dan kemajuan sosial. IBCSD diluncurkan pada April 2011 oleh enam perusahaan: Bakrie Telecom, Bank Negara Indonesia, Garuda Indonesia, Holcim Indonesia, Medco Power Indonesia, dan PT Riau Andalan Pulp Paper.
Secara substansi, IBCSD adalah cabang regional dari World Business Council for Sustainable Development (WBCSD). Asosiasi tingkat Indonesia ini adalah hasil kolaborasi antara jaringan global WBCSD dengan kepekaan dan pengalaman lokal Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN). Sementara WBCSD membawa berbagi pengetahuan dan strategi dari seluruh dunia, KADIN menawarkan pemahaman yang lebih spesifik tentang potensi ekonomi lokal di Indonesia.
IBCSD berbasis di Jakarta, dengan Shinta Kamdani sebagai presidennya. Saat ini, asosiasi ini memiliki 44 anggota aktif yang terdiri dari anggota biasa dan anggota “associate”. IBCSD menawarkan banyak layanan kepada anggotanya seputar peran strategisnya dalam mempromosikan keberlanjutan, advokasi kebijakan, penelitian, dan pengembangan program dan proyek. Asosiasi ini juga berfungsi sebagai mitra utama bagi pemerintah dan masyarakat sipil dalam isu-isu keberlanjutan dengan memberikan masukan dan perspektif bisnis untuk kebijakan-kebijakan di Indonesia.
Pada dasarnya, IBCSD bertujuan untuk memberikan kepemimpinan bisnis dalam agenda global menuju pembangunan berkelanjutan. Asosiasi ini menawarkan dukungan bagi dunia bisnis untuk mengembangkan peta jalan menuju keberlanjutan sehingga mereka dapat berinovasi dan tumbuh. Kepemimpinan dan dukungan ini diwujudkan dalam berbagai cara seperti kampanye kesadaran, berbagi praktik-praktik baik, peningkatan kapasitas, pengembangan studi kasus, Diskusi Terfokus Kelompok (FGD), lokakarya, seminar, penelitian kolaboratif, hubungan media, dan banyak program dan acara lainnya.
Proyek terbaru IBCSD adalah GRASP 2030. GRASP adalah singkatan dari Gotong Royong Atasi Susut & Limbah Pangan. Dalam prakarsa ini, sektor bisnis bersama-sama dengan pemangku kepentingan lainnya mengembangkan solusi untuk mengurangi penyusutan dan limbah makanan. Inisiatif ini diluncurkan pada September 2021 melalui acara virtual yang dibuka oleh Dr. Arifin Rudiyanto, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian PPN/BAPPENAS.
Sektor bisnis adalah pemain utama dalam sistem internasional di dunia saat ini. Ukuran dan kapasitas perusahaan multinasional misalnya, bisa lebih besar dari negara. Mereka harus bertanggung jawab atas perannya terhadap perubahan iklim. Saat ini, melibatkan sektor bisnis dalam upaya kolektif menuju keberlanjutan semakin mendesak dibandingkan sebelumnya.
Editor dan Penerjemah: Marlis Afridah
Versi asli artikel ini diterbitkan dalam bahasa Inggris di platform media digital Green Network Asia – Internasional.
Naz is the Manager of International Digital Publications at Green Network Asia. She is an experienced and passionate writer, editor, proofreader, translator, and creative designer with over a decade of portfolio. Her history of living in multiple areas across Southeast Asia and studying Urban and Regional Planning exposed her to diverse peoples and cultures, enriching her perspectives and sharpening her intersectionality mindset in her storytelling and advocacy on sustainability-related issues and sustainable development.

UU KUHAP 2025 dan Jalan Mundur Perlindungan Lingkungan
Wawancara dengan Eu Chin Fen, CEO Frasers Hospitality
Meningkatkan Akses terhadap Fasilitas Olahraga Publik di Tengah Tren Gaya Hidup Sedenter
Langkah Pemerintah Inggris dalam Mengatasi Pengangguran Kaum Muda
Mengarusutamakan Solusi Berbasis Alam untuk Reformasi Manajemen Risiko Bencana
Mengupayakan Sirkularitas Pusat Data melalui Pemulihan Panas Buangan