Komitmen Dominika Bangun Cagar Alam Paus Sperma Pertama di Dunia
Kehidupan manusia berkaitan erat dengan keanekaragaman hayati dan ekosistem. Masing-masing saling mempengaruhi dan memberi dampak satu sama lain ketika terjadi perubahan. Sebagai contoh, rencana cagar alam paus sperma yang pertama di Dominika akan berdampak pada konservasi, pariwisata, pelayaran, penangkapan ikan, dan emisi karbon.
Paus Sperma di Dominika
Paus sperma (Physeter macrocephalus) adalah spesies paus bergigi terbesar, dengan panjang rata-rata 15 meter. Mereka dapat ditemukan di seluruh dunia. Namun, pantai barat negara kepulauan kecil Dominika adalah tempat mencari makan dan perawatan paus sperma.
Paus sperma membentuk klan, unit keluarga matrilineal yang kuat dengan “dialek” pola klik yang unik. Kebanyakan paus sperma di Dominika adalah bagian dari Klan Karibia Timur dan tidak melakukan perjalanan jauh dari rumah—tidak seperti jenis paus yang lain. Para ahli memperkirakan kurang dari 300 paus sperma hidup di perairan Dominika.
Setelah penurunan drastis sejak sekitar tahun 2008, populasi paus sperma di wilayah ini terus menurun sekitar 3% setiap tahunnya. Aktivitas penangkapan ikan, pelayaran, dan pariwisata merupakan ancaman terbesar bagi mereka.
“Paus-paus sperma terjerat dalam alat penangkapan ikan, menelan sampah plastik yang terbawa ke laut, ditelan oleh kebisingan yang menyebar jauh ke laut tempat mereka berburu cumi-cumi, dan ditabrak oleh kapal-kapal, dan itu ancaman yang sangat besar di Karibia, dimana segala sesuatunya diimpor dan banyak kapal transit antarpulau,” kata Shane Gero, pendiri Proyek Paus Sperma Dominika.
Cagar Alam Paus Sperma
Pada November 2023, pemerintah Dominika mengumumkan rencana untuk membangun cagar alam paus sperma pertama di dunia di lepas pantai barat di Laut Karibia. Cagar alam ini akan membentang seluas 788 kilometer persegi, mencakup 3% zona ekonomi eksklusif (ZEE) Dominika.
Perdana Menteri Dominika Roosevelt Skerrit menganggap paus sperma sebagai warga negara. Katanya, “Nenek moyang mereka kemungkinan besar menghuni Dominika sebelum manusia tiba. Kami ingin memastikan hewan-hewan yang agung dan sangat cerdas ini aman dari bahaya dan terus menjaga perairan dan iklim kita tetap sehat.”
Para ilmuwan dilibatkan dalam rencana pendirian cagar alam ini, dan petugas serta pengamat akan ditempatkan untuk memperkuat peraturan baru. Peraturan baru ini akan mengatur secara ketat—bukan melarang—aktivitas penangkapan ikan, lalu lintas kapal, penetapan koridor, dan aktivitas pariwisata.
Penyerap Karbon, Konservasi Laut, dan Pariwisata Berkelanjutan
Paus sperma berpotensi besar untuk menyerap karbon, khususnya kotorannya. Kotorannya yang kaya nutrisi mendorong perkembangan fitoplankton, yang menangkap karbon dioksida dari air laut.
“Ketika plankton ini mati, ia tenggelam ke dasar lautan hingga laut dalam dengan karbon di dalamnya. Ini kemudian menjadi penyerap karbon. Semakin banyak paus di lautan, semakin besar pula kemampuannya dalam membantu kita melakukan mitigasi perubahan iklim,” kata pendiri Pristine Seas, Enric Sala. Menurut perkiraan Sala, paus sperma Dominika dapat memerangkap 4.200 metrik ton karbon setiap tahunnya.
“Dominika mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia bagaimana menyelaraskan konservasi laut dengan pemanfaatan laut yang bertanggung jawab. Operasi wisata paus yang dirancang dan diatur dengan baik dapat menghasilkan pendapatan ekonomi untuk mengimbangi biaya langsung pengelolaan dan penegakan cagar alam – dan membawa manfaat tambahan bagi penduduk Dominika,” kata Kristin Rechberger, CEO Dynamic Planet dan penasihat rencana cagar alam.
Rechberger menyimpulkan, “Dengan rencana bisnis konservasi yang tepat, perlindungan alam dapat dicapai oleh semua negara, besar dan kecil.”
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.