Meningkatkan Kesadaran Global pada Hari Mangrove Internasional
Foto oleh Timothy K di Unsplash
Pantai yang sempurna pada umumnya digambarkan dengan keberadaan pohon palem. Sementara itu, tanaman yang tidak populer namun penting bagi pantai dan ekosistem pesisir adalah hutan bakau (mangrove). Namun, tidak banyak orang yang menyadari manfaat mangrove, apalagi soal populasi dan upaya restorasinya yang perlahan-lahan berkurang. Dalam merayakan Hari Internasional untuk Konservasi Ekosistem Mangrove pada 26 Juli, UNESCO meluncurkan serangkaian poster pendidikan mengenai mangrove.
Mangrove dan Kesadaran Dunia
Mangrove adalah semak dan pohon yang tumbuh subur di wilayah pesisir, di perbatasan antara daratan dan lautan. Tanaman unik ini dapat bertahan hidup di air asin, dengan akar yang mencengkeram di tanah bawah air walaupun kondisi oksigennya buruk.
Menurut UNESCO, mangrove menutupi 14,8 juta hektar permukaan bumi. Saat ini terdapat 157 situs cagar biosfer di Asia dan Pasifik, terbesar kedua setelah Eropa dan Amerika Utara.
Sayangnya, kita perlahan-lahan kehilangan hutan mangrove. Pada rentang tahun 1980-2005, ada lebih dari 40% populasi mangrove yang lenyap karena pembangunan pesisir, polusi, dan akuakultur. Berangkat dari kondisi tersebut, lewat 125 poster pendidikan, UNESCO ingin masyarakat menyadari pentingnya mangrove dan berkomitmen untuk merestorasinya.
“Inilah semangat dari pameran yang kami rancang untuk National Science Museum of Thailand dan yang kini disebar ke seluruh dunia, karena dengan menunjukkan dan menjelaskan misteri mangrove kita juga akan bisa melestarikannya dengan berkelanjutan,” kata Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO.
Manfaat dan Restorasi Mangrove
Hutan mangrove menyediakan rumah yang sangat baik bagi keanekaragaman hayati pesisir. Banyak bayi ikan hidup di antara akar mangrove sebelum beranjak ke laut yang lebih luas saat mereka dewasa. Akar mangrove juga dapat memerangkap sejumlah besar sedimen, berfungsi sebagai perisai terhadap gelombang laut, dan mencegah erosi tanah. Seperti tanaman lainnya, mangrove juga berperan besar dalam dekarbonisasi, menyimpan 6,4 miliar metrik ton karbon pada tahun 2000.
Karena pentingnya kelestarian laut, upaya restorasi mangrove juga meningkat. UNESCO memasukkan mangrove ke dalam situs restorasi mereka di seluruh dunia. Di Thailand, misalnya, hutan mangrove terdapat di 5 Cagar Biosfer, 1 Geopark Global, dan 5 Situs Warisan Dunia. Komunitas lokal dan peneliti juga memainkan peran penting dalam menyelamatkan mangrove.
Mangrove dan Kelestariannya
Deforestasi hutan mangrove tidak boleh diabaikan. Melalui poster komprehensif pertama tentang mangrove di seluruh dunia, UNESCO berharap dapat meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya menjaga hutan mangrove yang tersisa agar tetap sehat dan berkembang. Karena semua aspek kehidupan di bumi saling berkaitan, memelihara hutan yang sehat dan laut yang sehat akan menjadi satu langkah maju untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi manusia, hewan, dan bumi.
Editor & Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Join Membership Green Network Asia – Indonesia
Di tengah tantangan global yang semakin kompleks saat ini, membekali diri, tim, dan komunitas dengan wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bukan lagi pilihan — melainkan kebutuhan strategis untuk tetap terdepan dan relevan.
Join SekarangMadina is the Assistant Manager for Digital Publications at Green Network Asia. She graduated from Universitas Indonesia with a bachelor's degree in English Literature. She has three years of professional experience working on GNA international digital publications, programs, and partnerships particularly on social and cultural issues.

Menghidupkan Kembali Sungai-Sungai yang Tertimbun dengan Daylighting
Menilik Simpul Antara ‘Gajah Terakhir’ dan Banjir di Sumatera
Meningkatnya Angka Pengangguran Sarjana dan Sinyal Putus Asa di Pasar Kerja Indonesia
Wawancara dengan May Tan-Mullins, CEO dan Rektor University of Reading Malaysia
Memperkuat Ketahanan Masyarakat di Tengah Meningkatnya Risiko Bencana
UU KUHAP 2025 dan Jalan Mundur Perlindungan Lingkungan