Selandia Baru Luncurkan Peta Interaktif untuk Restorasi Keanekaragaman Hayati
Selandia Baru adalah rumah bagi sekitar 80.000 spesies keanekaragaman hayati endemik. Sayangnya, jumlah spesies asli di negara tersebut secara bertahap menyusut karena tekanan dari spesies invasif, aktivitas manusia, dan perubahan iklim. Selain itu, minimnya data dan informasi juga menghambat proses konservasi. Terkait hal ini, BioHeritage National Science Challenge Selandia Baru meluncurkan peta interaktif untuk memahami kondisi keanekaragaman hayati Selandia Baru dengan lebih baik.
Keanekaragaman Hayati Selandia Baru
Sepertiga spesies keanekaragaman hayati Selandia Baru terdaftar sebagai spesies yang terancam dan berisiko. Misalnya, data dari Departemen Konservasi Selandia Baru menunjukkan bahwa 71 spesies burung terdaftar sebagai spesies terancam, dan 107 spesies dinyatakan berisiko dari 487 taksa yang diperiksa. Ini termasuk burung asli kākāpō (Strigops habroptilus) dan kea (Nestor notabilis). Alih fungsi lahan, tingginya tingkat polusi air, dan spesies predator merupakan beberapa penyebab penurunan keanekaragaman hayati di Selandia Baru.
Menerapkan upaya konservasi praktis memerlukan pemahaman menyeluruh tentang kondisi keanekaragaman hayati. Dalam hal ini, penilaian dan pemutakhiran data menjadi alat yang sangat penting. Sayangnya, masih terdapat kesenjangan data mengenai keanekaragaman hayati Selandia Baru, dengan sekitar sepertiga spesies yang disebutkan masih terdaftar dalam kategori kekurangan data. Peta Restorasi Ekosistem yang diluncurkan oleh Eco-index bertujuan untuk menjembatani kesenjangan tersebut.
Peta Interaktif Eco-Index
Eco-index adalah program penelitian di bawah BioHeritage National Science Challenge Selandia Baru. Program ini bertujuan untuk mengatasi penurunan keanekaragaman hayati di Aotearoa dengan meningkatkan upaya dan koordinasi untuk melindungi, memulihkan, dan menghubungkan ekosistem asli.
Dalam program ini, para peneliti dan ilmuwan mengembangkan peta interaktif dengan masukan dari pemangku kepentingan terkait, termasuk para pemimpin masyarakat adat, perwakilan dewan, dan kelompok advokasi industri. Peta Restorasi Ekosistem berisi informasi mengenai wilayah alami dimana suatu spesies hidup secara alami dan wilayah prioritas restorasi dimana keanekaragaman hayati lokal paling terancam. Tujuannya adalah untuk mencapai cakupan lahan minimal 15% dari setiap ekosistem asli di negara tersebut.
“Dalam ilmu pengetahuan, diketahui bahwa keanekaragaman hayati akan berubah jika kita dapat menjaga setidaknya 15% dari kisaran alami yang diharapkan dari setiap ekosistem asli,” kata Dr Kiri Joy Wallace, salah satu pemimpin Eco-index. “Di beberapa daerah, untuk mencapai 15% diperlukan rekonstruksi ekosistem asli secara menyeluruh melalui upaya restorasi ekologi seperti penanaman pohon dan pemusnahan spesies non-asli. Di wilayah yang sudah memiliki 15% tutupan lahan asli, melindungi ekosistem yang ada adalah kuncinya.”
Menjembatani Kesenjangan Informasi
Peta Restorasi Ekosistem mendukung upaya dan kebijakan nasional Selandia Baru untuk menjaga Keanekaragaman Hayati Asli. Peta Restorasi ini mendorong pemerintah, bisnis, masyarakat adat, dan pemangku kepentingan terkait lainnya untuk lebih memahami kondisi keanekaragaman hayati Selandia Baru dengan memungkinkan mereka berbagi informasi tentang setiap ekosistem di setiap daerah tangkapan air di negara tersebut. Peta ini juga diharapkan dapat menjembatani kesenjangan informasi seputar keanekaragaman hayati di Selandia Baru.
“Di tingkat nasional, terdapat tantangan seputar pengumpulan, akses, dan pembagian data keanekaragaman hayati,” kata Sam Rowland, Manajer Program – Alam, Perubahan Sistem di Jaringan Bisnis Berkelanjutan dan salah satu ketua Eastern Whio Link. “Peta ini merupakan awal yang baik untuk mengatasi permasalahan tersebut, dan kami sangat antusias untuk memanfaatkan informasi ini untuk strategi dan perencanaan keanekaragaman hayati.”
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.