Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Singapura Resmi Tetapkan 16 Spesies Serangga sebagai Sumber Makanan

Singapura resmi menetapkan 16 spesies serangga sebagai sumber protein alternatif berkelanjutan untuk konsumsi manusia.
Oleh Nazalea Kusuma
24 September 2024
sepiring kumbang goreng

Foto: Viktor Hanacek.

Dalam film Snowpiercer, ada adegan dimana sang protagonis dan kelompoknya tahu kalau protein bar yang sedang mereka makan terbuat dari kecoa. Adegan tersebut bermaksud untuk menimbulkan rasa jijik dan marah, tapi tahukah Anda bahwa setidaknya ada 2.205 spesies serangga di seluruh dunia yang dikonsumsi manusia sebagai makanan? Di tengah meningkatnya permintaan pangan sementara sumber daya alam terus menyusut, penelitian gencar memperkenalkan serangga sebagai sumber protein berkelanjutan. Di Singapura, 16 spesies serangga kini resmi ditetapkan sebagai makanan untuk dikonsumsi manusia.

Serangga sebagai Sumber Pangan Berkelanjutan

Di berbagai belahan dunia, ada banyak orang yang memakan serangga, termasuk di Indonesia. Beberapa serangga yang paling umum dikonsumsi adalah belalang, jangkrik, kumbang, ulat, lebah, dan semut. Konsumsi serangga, yang disebut entomofagi, sangat dipengaruhi oleh praktik budaya dan agama serta kondisi geofisika.

Orang-orang yang tinggal di wilayah tropis umumnya mengonsumsi lebih banyak serangga karena jumlah dan aneka spesies serangga yang lebih besar dan ada sepanjang tahun dibandingkan wilayah dengan iklim dingin dan sedang. Orang-orang di daerah tropis juga lebih banyak hidup di alam dibandingkan dengan orang-orang di daerah yang lebih dingin.  

Sebagian besar budaya Barat menganggap memakan serangga sebagai hal primitif, biadab, dan menjijikkan. Sikap ini mengakibatkan keengganan untuk mempelajari dan mendanai penelitian untuk melihat potensi serangga sebagai sumber pangan berkualitas tinggi dan berkelanjutan di tengah pemanasan global, menurunnya keanekaragaman hayati, menipisnya ketersediaan lahan, dan semakin tingginya kerawanan pangan.

“Protein serangga sangat mirip dengan protein hewani karena mengandung semua asam amino, tinggi antioksidan, tinggi mikronutrien, dan merupakan sumber nutrisi yang lebih baik daripada banyak protein nabati,” kata Nick Rousseau, founder UK Edible Insect Association. “Tetapi, serangga juga dapat memakan limbah, memiliki dampak lingkungan yang jauh lebih kecil, tidak menggunakan banyak air atau tanah, dan mereka tidak mengeluarkan gas metana seperti hewan ternak.”

Diperkirakan, gas rumah kaca dari produksi protein serangga 1.800 kali lebih sedikit dibandingkan produksi daging sapi dan 700 kali lebih sedikit dibandingkan produksi daging babi.

16 Spesies Serangga yang Dapat Dimakan di Singapura

Badan Pangan Singapura (SFA) telah memulai pembahasan terbuka mengenai konsumsi serangga pada tahun 2022. Pada Juli 2024, negara tetangga itu resmi menyepakati 16 spesies serangga untuk konsumsi manusia. Dalam pedoman yang ditetapkan, Singapura merinci tahapan kehidupan spesifik yang diizinkan untuk tiap-tiap spesies. Belalang, jangkrik, lebah, ulat sutera, dan ulat bambu adalah beberapa spesies serangga yang disepakati.

Pemerintah Singapura juga akan mengizinkan impor serangga hidup serta produk yang mengandung serangga sebagai bahan makanan, seperti pasta, kerupuk, dan snack bar. Dalam hal ini, SFA telah menyediakan peraturan dan persyaratan yang ketat untuk memastikan keamanan dan keberlanjutan makanan.

Beberapa pelaku industri di sektor makanan dan minuman telah bersiap untuk merambah pasar baru ini dengan mantap. Sebagai contoh, restoran House of Seafood siap menyajikan 30 hidangan serangga dari daftar menu mereka. Altimate Nutrition, sebuah perusahaan produk makanan serangga, menawarkan protein bar berbahan dasar jangkrik.

Kebijakan dan Pendidikan

Sebelum penetapan resmi ini, Altimate Nutrition telah mengadakan workshop dan sosialisasi di hampir seratus sekolah dan melakukan survei setelahnya. Hasilnya, sekitar 80% siswa bersedia mencoba memakan serangga. Memang, segala sesuatu yang baru mungkin menakutkan, termasuk menjadikan serangga sebagai menu sehari-hari. 

Selain penetapan resmi, pengarusutamaan serangga sebagai sumber protein alternatif yang aman dan berkelanjutan memerlukan pendidikan ekstensif dan upaya pemasaran dari pemerintah dan sektor swasta. Sejauh ini, masih harus dilihat apakah serangga dapat berkontribusi terhadap pengurangan gas rumah kaca, sistem pangan yang berkelanjutan, dan ketahanan pangan untuk semua.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Nazalea Kusuma
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    SEAblings dan Gerakan Solidaritas Akar Rumput di Tengah Berbagai Krisis
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Langkah Mundur India dalam Kebijakan Emisi Sulfur Dioksida
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pentingnya Ruang Terbuka Hijau Perkotaan yang Aksesibel dan Inklusif untuk Semua
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok

Continue Reading

Sebelumnya: Indonesian Water Warriors: Mendorong Peran Pemuda dalam Pelestarian Air
Berikutnya: Tantangan yang Mesti Diatasi untuk Wujudkan Kesejahteraan Petani

Lihat Konten GNA Lainnya

meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025
orang-orang menunggang kuda menyusuri aliran sungai Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan

Oleh Dinda Rahmania
15 Oktober 2025
dua buah kakao berwarna kuning di batang pohon Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao

Oleh Abul Muamar
14 Oktober 2025
Beberapa orang berada di dalam air untuk memasang kerangka jaring persegi berwarna hijau, sementara lainnya berdiri di pematang tambak dengan pagar bambu sederhana di bagian belakang. Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
13 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia