Upaya Abu Dhabi Merestorasi Laut dan Pesisir
Manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan merupakan entitas yang selalu terhubung. Jika salah satunya terdampak akan suatu hal, maka yang lain juga akan ikut terdampak, termasuk upaya konservasi. Berada di perbatasan selatan Teluk Arab di Uni Emirat Arab, Abu Dhabi bekerja keras untuk memulihkan ekosistem laut dan pesisir pantainya.
Kondisi Laut dan Pesisir Abu Dhabi
Berdasarkan proyek pemetaan oleh Badan Lingkungan Hidup Abu Dhabi (EAD) yang selesai pada tahun 2020, habitat pesisir dan laut kawasan ini unik dan luas. Habitatnya meliputi dasar yang keras, dasar yang melebur (terkadang dengan makro alga), hamparan tiram, karang, lamun, bakau, dataran pasang surut, rawa asin, pantai berpasir, garis pantai berbatu, dan sabkha pesisir.
Habitat ini terdiri dari berbagai spesies penyu (4), ular laut (3), lumba-lumba (3), lumba-lumba tanpa sirip (1), dan ikan (500). Selain itu, Abu Dhabi juga merupakan rumah bagi populasi dugong (duyung) terbesar kedua di dunia, satu-satunya mamalia laut herbivora, yang jumlahnya sekitar 3.000 ekor. Dugong punah di beberapa tempat dan ditetapkan sebagai satwa berstatus Rentan secara global oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Keadaan sedang tidak baik-baik saja. Perubahan iklim, penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, dan konstruksi pembangunan pesisir untuk perumahan, pariwisata, dan infrastruktur lainnya merupakan ancaman utama bagi wilayah pesisir dan laut Abu Dhabi.
Upaya yang Dilakukan
EAD memimpin upaya restorasi kolaboratif yang diikuti oleh pemerintah, konservasionis, dan masyarakat. Mereka fokus pada menghidupkan kembali wilayah darat dan laut untuk menciptakan habitat yang subur bagi kehidupan laut untuk hidup dan berkembang biak. Targetnya adalah memulihkan 12.000 hektare hutan bakau, terumbu karang, dan padang lamun pada tahun 2030. Hingga akhir tahun 2022, sekitar 7.500 hektare telah dipulihkan.
Upaya ini membuahkan hasil yang positif. Abu Dhabi telah meningkatkan stok ikan dan indeks penangkapan ikan berkelanjutan, dari 8,9% pada 2018 menjadi 62,3% pada 2021. Dalam beberapa tahun terakhir, populasi flamingo dan kura-kura juga menunjukkan peningkatan dan stabilitas yang nyata.
“Proyek restorasi ini sangat besar. Selain kawasan lindung, kami memiliki undang-undang dan peraturan yang melindungi habitat kritis untuk mendukung hewan-hewan ini. Populasi kami telah stabil selama 20 tahun terakhir, dan berdasarkan survei udara yang kami lakukan dua kali setahun, kenyataannya meningkat,” kata Maitha Mohamed Al Hameli, ahli biologi kelautan di EAD kepada CNN.
Langkah Selanjutnya
“Kami telah mengambil tindakan proaktif untuk menyeimbangkan persyaratan pembangunan ekonomi dan sosial, eksploitasi sumber daya berkelanjutan, dan pengembangan inisiatif rehabilitasi dan pemulihan ekosistem dalam kerangka rencana dan strategi Emirates,” kata Paduka Dr. Shaikha Salem Al Dhaheri, Sekretaris Jenderal EAD.
Inisiatif rehabilitasi bakau Abu Dhabi diakui oleh World Economic Forum atas penyerapan karbon biru yang inovatif, menyimpan 0,5 ton karbon per hektare setiap tahunnya. Pada Desember 2022, inisiatif restorasi laut secara keseluruhan di kawasan itu menjadi salah satu dari 10 Unggulan Restorasi Dunia Pertama PBB, yang memenuhi syarat untuk menerima dana, promosi, atau bantuan keahlian teknis dari PBB. Kiranya, apa yang dilakukan Abu Dhabi dapat mendorong pemerintah negara dan organisasi lain untuk mempelajari, mengadaptasi, dan meningkatkan inisiatif untuk mendukung upaya konservasi laut di seluruh dunia.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.