Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Laporan Risiko Global 2025 Soroti Dunia yang Semakin Terfragmentasi

Laporan World Economic Forum memberikan wawasan para ahli tentang risiko global saat ini dan prospek masa depan, mulai dari konflik hingga misinformasi.
Oleh Kresentia Madina
30 Januari 2025
potongan puzzle yang tersebar dengan latar biru muda

Foto: Freepik.

Berbagai krisis yang melanda dunia saat ini memaksa kita menghadapi berbagai risiko dan tantangan yang signifikan di hampir setiap aspek kehidupan. Laporan Risiko Global 2025 yang diluncurkan oleh World Economic Forum (WEF) memberikan wawasan para ahli tentang risiko global saat ini dan prospek masa depan, mulai dari eskalasi konflik hingga misinformasi yang merajalela.

Risiko Global 2025

Ada lebih dari 900 ahli di seluruh dunia yang membagikan wawasannya dalam  Laporan Risiko Global 2025, berdasarkan Survei Persepsi Risiko Global 2024-2025 yang diselenggarakan pada September hingga Oktober 2024. Laporan tersebut juga merujuk pada Survei Opini Eksekutif WEF untuk memahami masalah dan prioritas lokal, serta wawasan kualitatif dari 96 ahli dari berbagai latar belakang.

Secara keseluruhan, 23% responden memilih konflik bersenjata berbasis negara sebagai risiko teratas untuk tahun 2025. Risiko ini, yang menduduki peringkat 8 pada tahun sebelumnya, menyoroti dampak perang, konflik, dan pendudukan yang meluas di seluruh dunia, termasuk di Ukraina, Palestina, dan Sudan.

Risiko ini didorong oleh berbagai faktor yang tercantum dalam 10 risiko teratas dalam laporan tersebut. Misalnya, konflik merupakan pendorong utama volatilitas ekonomi global, yang menempatkan konfrontasi geoekonomi di peringkat 3. Sementara itu, daftar tersebut juga menampilkan banyak risiko sosial yang saling terkait, termasuk polarisasi masyarakat (peringkat 5), erosi hak asasi manusia dan kebebasan (peringkat 9), dan ketimpangan (peringkat 10), yang merupakan beberapa faktor yang dapat memperburuk konflik.

Di sisi lain, 14% responden memilih peristiwa cuaca ekstrem sebagai risiko utama lainnya untuk tahun 2025. Di tengah suhu global yang terus meningkat dan kemajuan dekarbonisasi yang masih belum memadai, krisis iklim yang dulunya dianggap jauh telah menjadi kenyataan yang mendesak.

Sinisme tentang Masa Depan

Pandangan ini menunjukkan sinisme yang berkembang tentang masa depan. Sebanyak 31% responden mengantisipasi pergolakan pada tahun 2027, memperkirakan bahwa pergolakan dan peningkatan risiko global akan terjadi. Sementara itu, 5% memperkirakan dunia akan dilanda badai, dengan risiko bencana global yang membayangi. Dua kategori ini menunjukkan peningkatan dari angka tahun sebelumnya.

Pada tahun-tahun mendatang, misinformasi dan disinformasi diperkirakan akan menjadi risiko teratas dalam periode dua tahun. Proliferasi kecerdasan buatan (AI) telah membuat informasi yang benar dan yang salah semakin sulit dibedakan, yang dapat memperburuk polarisasi masyarakat. Pada saat yang sama, para ahli juga menyatakan kekhawatiran atas aktivitas kejahatan dunia maya seperti pencucian uang dan pengawasan yang didorong oleh kemajuan teknologi.

Lebih jauh, resesi geopolitik kemungkinan akan meningkat dalam dua tahun ke depan karena ketidakpastian dan potensi eskalasi konflik. Upaya yang tampaknya kurang memadai dari organisasi internasional dalam respons dan resolusi konflik dapat memicu gerakan sepihak, yang pada akhirnya melemahkan kerja sama global dalam mewujudkan tujuan bersama.

Urgensi untuk Kolaborasi dan Kerja Sama

Laporan Risiko Global 2025 merupakan edisi yang ke-20. Selama 20 tahun, risiko lingkungan secara konsisten menempati posisi teratas dalam prospek risiko 10 tahun. Risiko ini berkisar antara peristiwa cuaca ekstrem, berkurangnya sumber daya alam, hingga polusi.

Kekhawatiran tentang konflik juga telah muncul di benak para pembuat keputusan dalam beberapa tahun terakhir, yang sayangnya menjadi kenyataan. Meningkatnya fragmentasi sosial akibat ketimpangan, kurangnya peluang ekonomi, dan polarisasi masyarakat juga menimbulkan risiko jangka panjang. Sementara itu, risiko ekonomi dan teknologi harus diwaspadai.

Pada akhirnya, negara-negara dan para pemimpin global harus menemukan cara untuk mengatasi risiko yang semakin kompleks pada tahun-tahun mendatang. Memperkuat kebijakan dan infrastruktur domestik di seluruh sektor memang penting, namun laporan tersebut menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk kolaborasi dan kerja sama antarnegara.

“Para pemimpin di seluruh sektor publik dan swasta, masyarakat sipil, organisasi internasional, dan akademisi harus memegang tongkat estafet untuk bekerja secara terbuka dan konstruktif satu sama lain. Dengan memperdalam dialog yang jujur ​​dan bertindak segera untuk mengurangi risiko yang ada di masa mendatang, kita dapat membangun kembali kepercayaan dan bersama-sama menciptakan ekonomi dan masyarakat yang lebih kuat dan tangguh,” tulis Saadia Zahidi, Direktur Pelaksana World Economic Forum.

Laporan lengkapnya dapat dibaca di sini.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Seruan untuk Aksi Iklim yang Lebih Kuat di KTT Iklim 2025
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Bagaimana Laut Kaspia Menyusut Akibat Tekanan Perubahan Iklim
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menghentikan Penurunan Populasi Lebah Dunia
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menilik Risiko Iklim di Australia

Continue Reading

Sebelumnya: Deforestasi dan Ancaman terhadap Eksistensi Budaya Masyarakat Adat
Berikutnya: Perkembangan dan Prospek Energi Surya di Indonesia

Lihat Konten GNA Lainnya

bangunan roboh Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia

Oleh Jalal
17 Oktober 2025
Empat tangan anak-anak yang saling berpegangan Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif

Oleh Andi Batara
17 Oktober 2025
sekawanan bison sedang memamah di atas padang rumput yang tertutup salju Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi

Oleh Kresentia Madina
17 Oktober 2025
meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia