Sungai Watch Mencapai “Milestone” Instalasi Alat Penghalang Sampah Sungai Ke-100
Beberapa waktu belakangan, sebuah artikel penelitian menunjukkan bahwa 80% dari polusi plastik lautan global dibawa melalui lebih dari 1000 sungai. Pada 20 Agustus 2021, Sungai Watch akhirnya memasang alat penghalang sampah yang ke-100 di Bali, Indonesia.
Sungai Watch adalah sebuah organisasi yang bergerak dalam pembersihan sungai dengan misi menjaga perairan. Organisasi ini merupakan bagian dari Make A Change World, sebuah kanal media dan organisasi lingkungan yang berfokus pada polusi plastik. Make A Change World bermula sebagai Make A Change Bali pada 2009, didirikan oleh para remaja bernama Sam Bencheghib, Gary Bencheghib, dan Kelly Bencheghib.
Mereka menggunakan alat yang disebut TrashBarriers untuk menyusur sungai, mencegah sampah terbawa ke lautan. Ada tiga tipe TrashBarriers yang dapat digunakan dengan materi berbeda dan disesuaikan dengan berbagai ukuran sungai: Mini Floater, Floater, dan Walker. Alat penghalang terbesar sejauh ini berada di sungai Yeh Sungi, sungai paling terpolusi kedua di Bali dengan lebar 37 meter.
Struktur dan pemasangan TrashBarriers yang sangat cermat memungkinkan hewan-hewan yang hidup di air untuk dapat melewatinya dengan aman. Alat-alat itu disusun oleh Sungai Watch sendiri. Hingga hari ini, Sungai Watch terus berupaya membuat model penghalang sampah yang lebih baik dan lebih tahan lama.
Para relawan—disebut River Warriors (Pejuang Sungai)—dan para pekerja secara rutin membersihkan sungai setiap minggu. Mereka mengumpulkan sampah yang tersaring oleh alat penghalang ke Stasiun Riset Sungai Watch untuk dicuci, dipilah, dan diambil datanya. Data-data ini diproses dan dianalisis untuk Laporan Plastik Sungai.
Kelompok pegiat lingkungan ini percaya bahwa data menjadi unsur penting untuk membuka ruang diskusi bersama para pemangku kepentingan. Laporan Plastik Sungai yang pertama memuat data dari 9 pembersihan di 8 lokasi wilayah Bali Selatan sejak Agustus hingga September 2020. Dari 450.000 kg sampah, kantong plastik menempati 18,5% di antaranya.
Sungai Watch memiliki sebuah tim yang tengah mengembangkan solusi yang terjangkau dan dapat diterapkan ulang untuk memperluas gerakannya secara masif. Sementara itu, mereka juga percaya bahwa lokalisasi manajemen sampah adalah salah satu bentuk aksi yang terbaik. Beraban adalah desa pertama yang melaksanakan sistem ini, menangani sampah dari 30 sungai di Tabanan.
Selain aktivitas rutin mereka, Sungai Watch kerap mengadakan pembersihan darurat. Baru-baru ini, tim pekerja dan para relawan membersihkan sebuah pembuangan sampah ilegal. Mereka membersihkan 75 ton sampah plastik dari 22 hektar hutan bakau Juwet Sari pada bulan Juni.
View this post on Instagram
Saat ini, telah terpasang 100 penghalang untuk menjaga 92 sungai di 28 desa di Bali, dengan 3 Stasiun Riset, sebuah tim yang terdiri dari 50 staf, dan ratusan relawan. Sungai Watch kini sedang meneliti dan mengembangkan cara-cara untuk menciptakan nilai baru dari sampah, seperti membuat batu bata dari limbah plastik.
Setelah pencapaian berupa pemasangan alat penghalang yang ke-100, Sungai Watch kini berencana untuk menambah 1.000 sungai lagi dalam perlindungan mereka dan memperluas gerakan mereka hingga ke luar Bali. Mereka juga telah berkomunikasi dengan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi untuk menjajaki potensi ekspansi ke Jawa.
Ikuti perjalanan Sungai Watch dalam melindungi perairan Indonesia melalui Instagram.
Penerjemah: Inez Kriya
Versi asli tulisan ini dalam bahasa Inggris dapat dibaca di sini.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.