Pentingnya Data Rantai Nilai Plastik yang Lebih Baik untuk Kurangi Polusi Plastik

Foto: Freepik.
Plastik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan banyak orang. Sayangnya, ketergantungan pada plastik tidak didukung dengan sistem pengelolaan sampah yang baik. Untuk itu, memahami alur siklus hidup plastik sangat penting dalam mitigasi polusi plastik. Laporan yang diluncurkan oleh Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) mengkaji ketersediaan data mengenai rantai nilai plastik di negara-negara ASEAN.
Masalah Polusi Plastik yang Mendesak
Konsumsi plastik meningkat empat kali lipat selama 30 tahun terakhir. Data Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengungkapkan produksi plastik global mencapai 460 juta ton pada tahun 2019. Pada tahun yang sama, dunia menghasilkan 353 juta ton sampah plastik. Dari jumlah tersebut, hanya 9% yang didaur ulang, sedangkan sisanya masih dibuang ke tempat pembuangan sampah dan tidak dikelola dengan baik. Selain itu, 6,1 juta ton sampah plastik bocor ke lautan dan perairan lainnya.
Mitigasi polusi plastik telah menjadi kebutuhan mendesak, terutama di tengah krisis iklim. Untuk mencapai tujuan itu, negara-negara memerlukan pemahaman tentang rantai nilai plastik untuk merumuskan kebijakan dengan lebih baik dan menerapkan solusi untuk mengakhiri akumulasi sampah plastik.
Diterbitkan oleh Pusat Pengetahuan Regional untuk Sampah Plastik Laut ERIA, laporan bertajuk “Membangun Data tentang Rantai Nilai Plastik di Negara-negara Anggota ASEAN” mengkaji kapasitas pengumpulan data, ketersediaan data, dan perbaikan yang diperlukan untuk memahami data tentang plastik dengan lebih baik. Laporan tersebut disusun melalui tinjauan literatur mengenai plastik di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam
Data Rantai Nilai Plastik
Rantai nilai plastik mengacu pada seluruh tahapan siklus hidup plastik. Laporan tersebut membagi rantai nilai plastik menjadi tiga subkategori: produksi dan penggunaan; pengumpulan dan pengelolaan sampah; dan kebocoran ke lingkungan. Hal ini juga melibatkan berbagai industri di luar industri plastik, seperti konstruksi, tekstil, pertanian, elektronik, dan bahan kimia. Mengumpulkan dan mengasimilasi data pada setiap subkategori menjadi tantangan karena banyaknya pemangku kepentingan.
Laporan tersebut secara umum menemukan bahwa lima Negara Anggota ASEAN masih kekurangan data mengenai plastik dan kapasitas untuk mengumpulkannya. Di setiap subkategori, ketersediaan data berbeda-beda di setiap negara. Data mengenai produksi plastik tersedia di Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Di Filipina, data yang ada merupakan campuran antara produksi dan konsumsi. Sementara itu, Indonesia memiliki data pengumpulan dan pengelolaan sampah serta daur ulang dan pengolahan sampah. Informasi mengenai karakteristik sampah, konsumsi, dan kebocoran plastik sebagian besar masih belum tersedia.
Pengumpulan Data tentang Plastik yang Lebih Baik
Secara global, banyak negara telah menerapkan upaya untuk mengurangi konsumsi dan polusi plastik, seperti pembatasan penggunaan plastik sekali pakai. Bisnis, organisasi, dan komunitas akar rumput juga telah berupaya untuk mengatasi permasalahan plastik.
Laporan tersebut memberikan kesimpulan berupa rekomendasi lima tahap untuk mengembangkan data plastik dan pembuatan kebijakan berbasis data mengenai plastik. Membangun kapasitas dan data pada setiap subkategori dalam rantai nilai sangatlah penting, di samping menentukan indikator, menilai tujuan kebijakan, dan menghubungkan plastik dengan adaptasi iklim. Upaya untuk mengumpulkan data yang lebih baik dalam rantai nilai plastik diharapkan akan meningkatkan dan memperbaiki inisiatif yang dibuat oleh berbagai pemangku kepentingan di berbagai negara.
Baca laporan selengkapnya di sini.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Asisten Manajer Program di Green Network Asia. Dia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia dengan dua tahun pengalaman profesional dalam editorial, penelitian, dan penciptaan konten kreatif.