Pentingnya Ruang Terbuka Hijau Perkotaan yang Aksesibel dan Inklusif untuk Semua

Foto:Yihui Chan di Unsplash.
Hari ini, lebih dari separuh populasi dunia tinggal di perkotaan. Jumlahnya kemungkinan akan terus meningkat, dengan tambahan 2,5 miliar orang yang akan tinggal di wilayah perkotaan pada tahun 2050. Di tengah suhu global yang terus meningkat, kita bisa membayangkan betapa pengapnya suasana perkotaan. Terkait hal ini, ruang terbuka hijau di perkotaan dapat menawarkan solusi untuk kehidupan perkotaan yang lebih baik.
Lantas, bagaimana memastikan ruang terbuka hijau (RTH) dapat bermanfaat bagi penduduk perkotaan dari semua lapisan masyarakat?
RTH untuk Lingkungan Perkotaan
RTH perkotaan pada umumnya berupa ruang terbuka—biasanya taman—yang mendekatkan alam dengan penduduk kota. Area ini biasanya ditanami pepohonan dan bunga, dan terkadang memiliki danau atau sungai. Singkatnya, RTH menyediakan elemen-elemen alam di tengah perkotaan yang sebagian besar terbuat dari baja dan beton.
Selain meneduhkan, mengapa RTH di perkotaan penting?
Saat bumi semakin panas, area perkotaan cenderung membuat gerah karena hiruk pikuk aktivitas manusia. Kehadiran taman, ibarat balsem, dapat memberikan efek sejuk bagi area perkotaan. Taman kota menawarkan jeda dari panas dengan naungan pepohonan, udara yang lebih segar, dan air. Bagi orang-orang yang kurang akses ke AC atau sistem pendingin, taman kota menjadi sangat penting.
Lebih lanjut, penelitian menunjukkan bahwa RTH perkotaan dapat membantu mengurangi dampak negatif panas terhadap kesehatan. Wilayah dengan lebih banyak RTH memiliki tingkat kematian dan masalah kesehatan terkait panas yang lebih rendah, terutama di kalangan kelompok rentan. RTH perkotaan juga membantu pengelolaan air dan mengurangi banjir serta polusi. Sementara tanaman dapat meningkatkan kesehatan tanah, membuka kemungkinan pertanian perkotaan.
RTH untuk Masyarakat
Selain menyediakan jasa ekosistem dan nilai estetika, RTH juga bermanfaat bagi penduduk perkotaan dalam berbagai bentuk. Salah satunya, berada di sekitar RTH sangat baik untuk kesehatan fisik dan mental. Pemandangan dan suara alam di taman kota dapat menyegarkan pikiran yang lelah dan meningkatkan konsentrasi. Secara keseluruhan, penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan paparan terhadap lingkungan alami dan tingkat kebahagiaan serta kesehatan yang lebih tinggi.
Secara fungsional, RTH perkotaan yang dirancang dengan baik juga dapat mendorong koneksi sosial dan perekonomian lokal. Lansia, misalnya, dapat memanfaatkan taman kota untuk berolahraga dan bersosialisasi. Taman kota juga dapat mendorong aktivitas fisik di luar ruangan dan memperkuat ikatan sosial di antara anak-anak, keluarga, siswa tingkat lanjut, dan pekerja. Selain itu, UMKM juga memiliki peluang untuk berkembang di area ini.
Bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok marginal lainnya, RTH perkotaan dapat memenuhi kebutuhan yang seringkali terabaikan. Misalnya, infrastruktur hijau ini dapat dimanfaatkan untuk pertanian perkotaan, menyediakan makanan bagi mereka yang membutuhkan. Lahan basah perkotaan, seperti taman sungai, dapat menyediakan akses air bersih untuk keperluan rumah tangga.
Taman kota juga dapat berfungsi sebagai ruang rekreasi dan relaksasi yang penting bagi kesehatan dan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah. Bagi perempuan dan kelompok rentan, ruang-ruang ini dapat menjadi tempat yang aman dan inklusif di luar rumah mereka untuk berkumpul dan bersosialisasi.
Akses yang Adil terhadap Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
Sayangnya, tidak semua penduduk perkotaan memiliki akses yang sama terhadap RTH. Taman kota sebagian besar berada di “kawasan elite”, sehingga masyarakat berpenghasilan rendah dan marginal seringkali tidak dapat mengakses manfaatnya. Ketimpangan ini dapat berasal dari berbagai faktor, termasuk buruknya perencanaan kota, kurangnya ruang untuk pembangunan, dan terbatasnya sumber daya dalam masa kepemimpinan yang terbatas. Ketimpangan ini juga dapat berakar dari sejarah politik, seperti apartheid di Afrika Selatan.
RTH perkotaan yang inklusif dan aksesibel masih menjadi tantangan di kota-kota di seluruh dunia. Seringkali, RTH tidak dianggap prioritas. Padahal, infrastruktur hijau, pengelolaan air, dan pengelolaan sampah merupakan isu-isu yang saling terkait dan lazim di wilayah perkotaan, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Namun, secara umum, pemerintah kota cenderung mengabaikan masyarakat berpenghasilan rendah dan marginal di wilayah perkotaan. Kurangnya perhatian dan pelibatan ini membuat hampir mustahil untuk memahami kebutuhan mereka dan memenuhinya dengan tepat. Fungsi utama RTH perkotaan yang mereka butuhkan mungkin berbeda dengan yang ada di kawasan elite, sehingga perencanaan unilateral dari atas ke bawah cenderung gagal.
Oleh karena itu, menciptakan RTH perkotaan yang inklusif dan aksesibel membutuhkan keterlibatan masyarakat yang seharusnya dilayani. Proyek-proyek partisipatif atau berbasis masyarakat untuk taman kota dapat menjadi salah satu solusi untuk menciptakan kehidupan perkotaan yang lebih baik bagi semua. Bagaimanapun, kolaborasi adalah kunci, dan kemitraan yang bermakna antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil sangatlah penting.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.