Melihat Lebih Dekat Masalah Hak Asasi Manusia
Sebagai manusia, kita dilahirkan dengan hak-hak yang inheren, mulai dari hak untuk hidup tanpa diskriminasi hingga hak kebebasan berekspresi. Pada 1948, Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) sebagai landasan untuk melindungi hak asasi manusia (HAM). Setelah 75 tahun berjalan, permasalahan HAM apa yang masih perlu kita perhatikan?
Kebebasan dan Persamaan Hak
Kita semua mempunyai hak sipil dan politik. Hak-hak ini menjamin kesetaraan di depan hukum, kebebasan berekspresi, partisipasi dalam urusan publik dan pemilihan umum, serta perlindungan hak-hak minoritas. Namun, sampai sejauh ini, perempuan masih kurang terwakili dalam dunia politik. Selain itu, Masyarakat Adat di berbagai belahan dunia masih belum mendapatkan perlindungan hukum dan pengakuan di hadapan hukum.
Kebebasan dan persamaan hak harus diwujudkan melalui partisipasi kolektif seluruh pemangku kepentingan terkait. Hal ini termasuk dengan melibatkan lebih banyak perempuan dalam posisi pemerintahan dan menjaga kebebasan pers. Ketika masyarakat memiliki hak untuk mengutarakan pendapatnya dan pada saat yang sama juga diberikan perlindungan yang memadai, hal ini akan memperkuat suara yang paling perlu kita dengar dan mendorong perubahan yang diperlukan, terutama bagi perempuan, Masyarakat Adat, dan kelompok rentan lainnya.
Kemiskinan Global
Hak atas pangan, perumahan, pendidikan, sanitasi, dan pekerjaan yang layak semuanya berada di bawah payung hak ekonomi, sosial, dan budaya. Namun, akan sulit untuk mewujudkan seluruh hak-hak tersebut tanpa mengatasi salah satu permasalahan paling mendasar di baliknya: kemiskinan.
Tujuan untuk mengakhiri kemiskinan termasuk dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Namun, hingga pertengahan Agenda 2030, hampir 700 juta orang masih hidup dalam kemiskinan ekstrem. Artinya, menurut standar Bank Dunia, mereka hanya memiliki kurang dari $2,15 per hari untuk bertahan hidup.
Situasinya akan semakin buruk mengingat kemiskinan bersifat multidimensi. Selain kekurangan sumber daya keuangan, kemiskinan juga mencakup kesehatan yang buruk, kurangnya pendidikan, dan standar hidup yang rendah.
Mewujudkan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat memerlukan intervensi skala besar, untuk mengentaskan kemiskinan dan faktor penghambat lainnya. Secara global, harus ada transformasi sistemik untuk memastikan pendekatan yang holistik, inklusif, dan adil dalam mengatasi masalah ini.
Krisis Kemanusiaan
Krisis kemanusiaan semakin sering terjadi dan semakin parah dalam beberapa tahun terakhir. Bencana alam dan konflik telah menyebabkan banyak orang bermigrasi dan menjadi pengungsi. Dalam keadaan yang mengerikan, hak-hak mereka yang terkena dampak krisis kemanusiaan sering kali diabaikan.
Pengungsi seringkali tidak menerima bantuan yang cukup untuk memenuhi hak-hak mereka dan menjamin kelangsungan hidup mereka. Hal ini termasuk layanan kesehatan, makanan, dan sanitasi dasar. Selain itu, kelompok rentan seperti difabel, anak-anak, dan perempuan sering kali tertinggal atau terabaikan dalam kebijakan dan tindakan tanggap kemanusiaan. Hal ini berarti meniadakan prinsip HAM atas standar hidup yang layak.
Para pemimpin dunia mesti menunjukkan komitmen dan tindakan yang kuat untuk mengakhiri krisis kemanusiaan, terutama perang dan konflik. Memperkuat pengurangan risiko bencana dan bantuan kemanusiaan juga penting untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar bagi orang-orang yang terkena dampak krisis.
Hak Asasi Manusia di Tengah Krisis
Pemenuhan hak asasi manusia universal tidak akan mungkin terjadi tanpa mengatasi permasalahan mendasar di baliknya. Terlebih lagi, kita sekarang hidup di tengah-tengah ketidakpastian akibat berbagai krisis. Selain krisis-krisis yang disebutkan di atas, kita masih harus menghadapi krisis iklim.
Oleh karena itu, mengambil pendekatan berbasis hak asasi manusia untuk mengatasi berbagai permasalahan dunia saat ini menjadi sangat penting dibanding sebelum-sebelumnya. Menjamin hak asasi manusia bagi semua akan memungkinkan lebih banyak orang mendorong perubahan yang diperlukan bagi manusia dan planet Bumi.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.