3 Kabar Baik terkait Konservasi Hewan di Berbagai Negara
Kupu-kupu fritillary rawa. | Foto: Akbar Nemati di Unsplash.
Dunia tengah menghadapi berbagai masalah lingkungan akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim. Salah satunya adalah krisis keanekaragaman hayati. Seperti kita tahu, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia saling berkaitan dengan kesehatan Bumi dan spesies lain. Oleh karena itu, para ilmuwan, aktivis, dan banyak pihak lainnya berupaya menghentikan penurunan keanekaragaman hayati.
Berikut tiga perkembangan positif terkait upaya konservasi hewan di berbagai negara:
- Kupu-kupu Marsh Fritillary di South Wales, Britania Raya
Populasi kupu-kupu fritillary rawa (Euphydryas aurinia) di Eropa terus menurun setidaknya dalam 25 tahun terakhir. Penurunan populasi ini berkaitan dengan hilangnya habitatnya, padang rumput berawa dan padang rumput rhôs akibat intensifikasi pertanian.
Pada akhir tahun 2020, Initiative for Nature Conservation Cymru (INCC) menerima izin untuk mengumpulkan 80 kepompong fritillary rawa dari alam untuk dibiakkan dan dipelihara di penangkaran. Ulat tersebut kemudian dilepaskan ke Llantrisant Common. Musim terbang tahun 2022, pada Mei dan Juni, orang-orang menyaksikan kupu-kupu fritillary rawa terbang di atas area tersebut untuk pertama kalinya sejak tahun 1990-an.
Selain staf INCC, relawan dan mahasiswa lokal dari Ysgol Gymraeg Castellau juga berkontribusi dalam proyek ini. Menurut CEO INCC Rob Parry, fase selanjutnya adalah memulihkan lebih banyak habitat alami kupu-kupu.
- Lynx Iberia di Spanyol dan Portugal
Lynx Iberia (Lynx pardinus) adalah kucing liar berukuran sedang dari Semenanjung Iberia di Eropa barat daya. Pada abad ke-20, populasinya anjlok karena dianggap hama dan karenanya banyak diburu. Penurunan tajam populasi kelinci—makanan utama mereka—dan hilangnya habitat juga turut menyebabkan status lynx Iberia terancam punah.
Pada tahun 2024, status konservasi IUCN terhadap lynx Iberia resmi ditingkatkan dari Terancam Punah menjadi Rentan. Populasinya meningkat dari 62 ekor lynx Iberia dewasa pada tahun 2001 menjadi 2.021 ekor pada tahun 2023. Sejak tahun 2010, lebih dari 400 ekor di antaranya telah dilepasliarkan ke habitatnya di Spanyol dan Portugal.
Menurut IUCN, “Upaya konservasi terfokus pada peningkatan kelimpahan mangsanya, kelinci Eropa yang terancam punah (Oryctolagus cuniculus), melindungi dan memulihkan semak belukar dan habitat hutan Mediterania, serta mengurangi kematian akibat aktivitas manusia.”
- Ikan Mas Telanjang di China
Ikan mas telanjang (Gymnocypris przewalskii) adalah spesies ikan tak bersisik yang endemik di Danau Qinghai di China. Beberapa dekade yang lalu, populasi ikan mas telanjang menurun tajam akibat penangkapan berlebihan ketika penduduk Desa Xinquan berjuang dengan hasil panen yang rendah dan kondisi kehidupan yang buruk. Penurunan populasi ini juga berdampak buruk pada ekosistem danau.
Sebagai upaya konservasi, pemerintah setempat kemudian melarang penangkapan ikan mas telanjang di Danau Qinghai dan sungai-sungai di hulunya sejak tahun 2001. Larangan ini berlaku hingga akhir tahun 2030. Hasilnya, larangan tersebut membuat populasi ikan mas telanjang di Danau Qinghai meningkat secara masif. Dari sekitar 2.500 ton pada tahun 2002, Danau Qinghai kini mencadangkan sekitar 120.000 ton ikan mas telanjang pada tahun 2023. Selain itu, perjalanan migrasi ikan mas telanjang menjadi pemandangan yang menarik untuk dilihat, sehingga meningkatkan pariwisata di daerah Gangca.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Join Membership Green Network Asia – Indonesia
Di tengah tantangan global yang semakin kompleks saat ini, membekali diri, tim, dan komunitas dengan wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bukan lagi pilihan — melainkan kebutuhan strategis untuk tetap terdepan dan relevan.
Join SekarangNaz is the Manager of International Digital Publications at Green Network Asia. She is an experienced and passionate writer, editor, proofreader, translator, and creative designer with over a decade of portfolio. Her history of living in multiple areas across Southeast Asia and studying Urban and Regional Planning exposed her to diverse peoples and cultures, enriching her perspectives and sharpening her intersectionality mindset in her storytelling and advocacy on sustainability-related issues and sustainable development.

Wawancara dengan May Tan-Mullins, CEO dan Rektor University of Reading Malaysia
Memperkuat Ketahanan Masyarakat di Tengah Meningkatnya Risiko Bencana
UU KUHAP 2025 dan Jalan Mundur Perlindungan Lingkungan
Wawancara dengan Eu Chin Fen, CEO Frasers Hospitality
Meningkatkan Akses terhadap Fasilitas Olahraga Publik di Tengah Tren Gaya Hidup Sedenter
Langkah Pemerintah Inggris dalam Mengatasi Pengangguran Kaum Muda