Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Gajah Asia Memerlukan Manajemen Konflik Manusia-Satwa Liar

“Mengingat kecenderungan mereka untuk tinggal di luar kawasan lindung, gajah pasti akan berkonflik dengan manusia.”
Oleh Nazalea Kusuma
28 Oktober 2022
Tiga gajah betina di sepanjang Sungai Kinabatangan, Sabah, Malaysia

Foto oleh Rudi Delvaux.

Menjaga keanekaragaman hayati yang kita lindungi adalah usaha yang sangat penting dan tidak pernah berakhir. Hal ini terutama berlaku untuk spesies yang terancam punah seperti gajah Asia. Deforestasi, konflik manusia-satwa liar, pariwisata yang tidak etis, dan banyak faktor lainnya terus mengancam kelangsungan hidup spesies ikonik ini.

Perkembangan Penelitian tentang Gajah Asia

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Jurnal Ekologi Terapan British Ecological Society memuat analisis komprehensif tentang pergerakan dan habitat gajah Asia. Monash University Indonesia, Cardiff University, University of Nottingham Malaysia, WWF-Malaysia, dan lembaga lainnya bekerja sama dalam penelitian ini.

Mereka menganalisis bagaimana 102 gajah Asia di Semenanjung Malaysia dan Kalimantan hidup di 600.000 lokasi GPS, seperti yang tercantum dalam Database Kawasan Lindung Dunia. Setelah kehilangan sekitar setengah dari kawasan hutan aslinya, wilayah ini memiliki gajah Asia yang tinggal di bidang-bidang hutan yang tersisa kurang dari 10%.

Menurut penelitian ini, kawasan lindung sangat penting untuk memberikan keamanan jangka panjang bagi gajah Asia. Namun, itu saja tidak cukup. Sebab, gajah Asia lebih menyukai wilayah yang berjarak tiga kilometer dari perbatasan.

Alex Lechner dari Monash University mengatakan, “Penelitian kami, yang telah disusun sejak lebih dari satu dekade kerja lapangan oleh tiga kelompok penelitian, telah menunjukkan bahwa sebagian besar gajah menghabiskan lebih dari setengah waktunya di luar kawasan lindung, lebih memilih hutan yang sedikit terganggu. dan area pertumbuhan kembali (regrowth).”

Studi ini menawarkan tiga rekomendasi utama bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk memaksimalkan upaya konservasi gajah Asia:

  • Menyertakan kawasan lindung yang luas dengan area inti di mana gajah merasa aman
  • Membaurkan koridor ekologi untuk menghubungkan jaringan kawasan lindung
  • Mitigasi konflik manusia-gajah, terutama di sekitar kawasan lindung, dengan penekanan pada perlindungan keselamatan dan mata pencaharian masyarakat, serta menyosialisasikan toleransi terhadap keberadaan gajah.

Mitigasi Konflik Manusia-Gajah

“Mengingat kecenderungan mereka untuk tinggal di luar kawasan lindung, gajah pasti akan berkonflik dengan manusia. Ini menyoroti pentingnya memasyarakatkan koeksistensi manusia-gajah di sekitar kawasan lindung,” kata Ahimsa Campos-Arceiz dari University of Nottingham Malaysia.

Konflik manusia-satwa liar meliputi manusia, satwa liar, dan lingkungan atau habitatnya. Sugeng Dwi Hastono, yang sering menangani konflik manusia-satwa liar di wilayah Sumatera, mengatakan, “Tujuan utama pengelolaan konflik manusia-satwa adalah untuk menyelamatkan manusia tanpa mengorbankan satwa liar.”

Antonio de la Torre, penulis pertama penelitian tersebut, menyarankan untuk melakukan lebih banyak penelitian tentang konflik manusia-gajah. “Konflik manusia-gajah sekarang menjadi ancaman utama bagi gajah Asia, namun secara mengejutkan kita hanya tahu sedikit tentang efektivitas berbagai strategi mitigasi dan bagaimana menyosialisasikan koeksistensi manusia-gajah jangka panjang dan berkelanjutan,” kata de la Torre.

Dia menambahkan, “Memahami bagaimana kita dapat mengurangi biaya konflik ini untuk manusia dan gajah, dan bagaimana meningkatkan toleransi masyarakat terhadap kehadiran gajah, harus menjadi prioritas penelitian utama di kawasan tersebut.”

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Nazalea Kusuma
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    SEAblings dan Gerakan Solidaritas Akar Rumput di Tengah Berbagai Krisis
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Langkah Mundur India dalam Kebijakan Emisi Sulfur Dioksida
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pentingnya Ruang Terbuka Hijau Perkotaan yang Aksesibel dan Inklusif untuk Semua
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok

Continue Reading

Sebelumnya: Memulihkan Industri Penerbangan yang Ramah Lingkungan
Berikutnya: Langkah Bank Indonesia Dorong Instrumen Keuangan Berkelanjutan

Lihat Konten GNA Lainnya

Fasilitas LNG di dekat laut. Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi

Oleh Andi Batara
29 Oktober 2025
Sebuah nampan berisi ikan yang di sekitarnya terdapat sikat, pisau, dan makanan laut lainnya. Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan

Oleh Attiatul Noor
29 Oktober 2025
Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia