Pendidikan Seks untuk Biksu dan Biksuni Bhutan
Pengetahuan adalah suatu kebutuhan, dan pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi adalah salah satunya. Sampai baru-baru ini, membicarakan seksualitas dan reproduksi secara terbuka merupakan suatu hal yang dianggap tabu. Bahkan ada pemisahan yang jelas antara seksualitas dan ajaran agama. Hari ini, Bhutan menghapus stigma itu dan menyediakan pendidikan seks yang komprehensif untuk semua, terutama bagi para pemimpin agama.
Perjuangan Bhutan dalam hal pendidikan seksualitas yang komprehensif bagi semua kalangan sudah dimulai sejak lama. Perempuan yang mempelopori gerakan ini tidak lain adalah Yang Mulia Ibu Suri Gyalyum Sangay Choden Wangchuck. Selama lebih dari dua dekade, dia telah bertekad untuk mengadvokasi dan meningkatkan kesadaran tentang masalah ini, termasuk tentang pencegahan HIV/AIDS dan keluarga berencana.
Yang Mulia Ibu Suri Gyalyum Sangay Choden Wangchuck, adalah Duta Persahabatan UNFPA 2020. Melalui kinerjanya, dia beliau menjangkau semua lapisan masyarakat untuk menyebarkan pendidikan seksualitas yang komprehensif, termasuk kelompok agama.
United Nations Population Fund (UNFPA) adalah sebuah badan PBB yang didirikan pada tahun 1969 dengan misi meningkatkan kesehatan reproduksi dan kesehatan ibu secara global. Upaya UNFPA untuk melibatkan para pemimpin agama di Bhutan dimulai pada tahun 2011 dengan Yayasan Biksuni Bhutan. Pada tahun 2014, UNFPA mulai memperluas gerakannya untuk turut melibatkan para biksu.
Biksuni memiliki peran penting dalam menyebarkan pengetahuan kesehatan seksual dan reproduksi kepada masyarakat. Mereka memiliki kepercayaan dan rasa hormat dari masyarakat. Biksuni berperan besar dalam menyampaikan pengetahuan yang diperlukan mengenai pap smear, kebersihan selama menstruasi, alat kontrasepsi, keluarga berencana, dan kekerasan berbasis gender kepada perempuan pedesaan.
Pendidikan seks untuk para biksu telah membantu mengurangi stigma bahwa masalah kesehatan seksual, reproduksi, dan isu perempuan adalah urusan pribadi dan hal yang tabu. Saat ini, tarian topeng keagamaan yang ditampilkan sebagai bagian dari festival tshechu (“hari kesepuluh”) mencakup pesan dan pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi serta kekerasan berbasis gender.
Menurut data UNFPA, kematian ibu di Bhutan telah turun dari 380 menjadi 89 per 100.000 kelahiran (1994 hingga 2017); tingkat penggunaan kontrasepsi meningkat dari 30,7% menjadi 65,6% (2000 hingga 2018); dan lebih dari 95% kelahiran sekarang dilakukan oleh bidan yang terampil, meningkat dari 23% (2000 hingga 2021).
UNFPA telah memberikan pengetahuan kritis tentang kesehatan seksual dan reproduksi serta isu-isu hak dan pencegahan kekerasan berbasis gender kepada lebih dari 1.500 biksuni dari 26 vihara, serta 350 kepala lembaga monastik. Siswa di seluruh Bhutan sekarang juga memiliki akses ke layanan konseling yang disediakan oleh hampir 50 biksu yang dilatih oleh UNFPA.
Pendidikan seksualitas yang komprehensif merupakan kebutuhan dan hak setiap orang. Ini adalah bagian penting dari tujuan global kita untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang baik. Penting bagi semua anggota masyarakat, termasuk kelompok agama, untuk bekerja sama meningkatkan kesadaran dan memberikan akses untuk memfasilitasi kesehatan seksual dan reproduksi bagi semua.
Penerjemah: Aliyah Assegaf
Versi asli tulisan ini dalam bahasa Inggris dapat dibaca di sini.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.