Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Gelembung Hijau Olimpiade Tokyo 2020 (2): Kritik Keberlanjutan dan COVID-19

Di luar gelembung, terdapat 4.058 kasus baru COVID-19 dalam kota pada 31 Juli 2021. Ini adalah angka tertinggi yang mereka hadapi selama perpanjangan status darurat.
Oleh Nazalea Kusuma
10 Agustus 2021

New National Stadium Tokyo | Foto: Arne Müseler

Olimpiade Tokyo 2020 yang baru saja berakhir disebut-sebut sebagai Olimpiade yang paling memenuhi sesuai dengan prinsip keberlanjutan sejauh ini. Hal itu tercapai di dalam gelembung yang aman dan ramah lingkungan.

Tokyo berpegang pada sebuah konsep keberlanjutan ketika merancang perhelatan olahraga ini. Rancangan ini mewujud dalam beberapa model inovasi yang solutif dan bagus untuk menghadapi tantangan-tantangan global terkait isu keberlanjutan secara global. (Tautan untuk bagian 1)

Walaupun batasan untuk penonton domestik dan asing memang akan menurunkan emisi karbon dari kadar biasanya, menerbangkan ribuan atlet beserta para pelatih mereka dari berbagai belahan dunia tentu tetap saja menghasilkan emisi karbon dalam jumlah besar.

Masako Konishi, anggota komite keberlanjutan Olimpiade Tokyo 2020 sekaligus pimpinan pemimpin proyek iklim dan energi World Wildlife Fund Japan, memberi tahu NPR bahwa penyelenggara Olimpiade telah mengumpulkan 150% kredit karbon yang dibutuhkan untuk meniadakan menghilangkan emisi gas rumah kaca dari acara ini, menjadikannya karbon negatif.

Meskipun demikian, kritik terhadap klaim keberlanjutan oleh Olimpiade Tokyo 2020 telah bermunculan. Ada yang menyebutnya sebagai “greenwashing“, mengatakan bahwa upaya-upaya yang dilakukan di Olimpiade Tokyo 2020 palsu belaka. Sebuah studi dari pakar yang dibuat oleh University of Lausanne menyatakan bahwa Olimpiade Tokyo 2020 menduduki peringkat ketiga sebagai Olimpiade paling tidak berkelanjutan sejak 1992.

Studi tersebut memberikan rekomendasi tentang bagaimana Olimpiade seharusnya berlangsung dalam konteks keberlanjutan. Rekomendasi ini membutuhkan perubahan nyata dari komite Olimpiade, seperti mengurangi ukuran pagelaran acara, mengadakan giliran pelaksanaan oleh tuan rumah di kota yang sama, dan menerapkan standar keberlanjutan yang mandiri.

‘Gelembung’ Olimpiade Tokyo 2020 adalah sebuah pemukiman untuk para atlet, pelatih, dan orang-orang yang terlibat dalam pertandingan. Dalam gelembung itu, 80% penghuninya telah mendapat vaksin COVID-19, pemeriksaan juga dilakukan secara teratur dan wajib, pergerakan mereka dibatasi, dan protokol kesehatan wajib dipatuhi. Aljazeera melaporkan bahwa penyelenggara telah menarik perizinan bagi orang-orang yang berkaitan dengan pertandingan untuk keluar dari Olympic Village demi berjalan-jalan.

Di luar gelembung, terdapat 4.058 kasus baru COVID-19 dalam kota pada 31 Juli 2021. Ini adalah angka tertinggi yang mereka hadapi selama perpanjangan status darurat. Tanpa lockdown atau pembatasan jam malam yang ketat, pemerintah Jepang mengharapkan kerja sama dari semua lapisan masyarakat.

Walau demikian, jalanan Tokyo mulai terlihat lebih hidup dibandingkan dengan awal masa darurat tahun lalu. Banyak warga Tokyo yang mengutarakan bahwa selain kejenuhan akibat lockdown, melihat antusiasme pemerintah terhadap Olimpiade membuat mereka merasa bahwa keluar rumah bukan lagi masalah besar.

Olimpiade Tokyo 2020 memang tidak sesempurna atau seberpengaruh yang diharapkan oleh dunia, namun inisiatif ini tetaplah menjadi awal baru yang baik bagi perhelatan serupa. Olimpiade Tokyo 2020 menawarkan titik berangkat untuk menilai kembali dan meningkatkan tanggung jawab dalam perhelatan sembari merayakan arti menjadi penduduk Bumi.

-Selesai-

Editor: Marlis Afridah

Penerjemah: Inez Kriya

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Nazalea Kusuma
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    SEAblings dan Gerakan Solidaritas Akar Rumput di Tengah Berbagai Krisis
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Langkah Mundur India dalam Kebijakan Emisi Sulfur Dioksida
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pentingnya Ruang Terbuka Hijau Perkotaan yang Aksesibel dan Inklusif untuk Semua
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok

Continue Reading

Sebelumnya: Gelembung Hijau Olimpiade Tokyo 2020 (1): Desain Berkelanjutan
Berikutnya: “Maginhawa Community Pantry” Filipina: Harapan Ketahanan Sosial di Tengah Pandemi

Lihat Konten GNA Lainnya

sekawanan bison sedang memamah di atas padang rumput yang tertutup salju Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi

Oleh Kresentia Madina
17 Oktober 2025
meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025
orang-orang menunggang kuda menyusuri aliran sungai Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan

Oleh Dinda Rahmania
15 Oktober 2025
dua buah kakao berwarna kuning di batang pohon Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao

Oleh Abul Muamar
14 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia