Mewujudkan Transportasi Umum yang Inklusif dan Dapat Diakses untuk Semua
Tidak meninggalkan siapa pun (leave no one behind) berarti menyadari dan menerapkan langkah-langkah yang memungkinkan setiap orang memiliki kehidupan yang baik. Sayangnya, para penyandang disabilitas di seluruh dunia masih menghadapi banyak rintangan dalam aktivitas keseharian mereka, termasuk saat hendak bepergian. Hambatan dalam menyediakan transportasi umum yang dapat diakses masih terjadi di mana-mana.
Minimnya akses
Sebagian kita mungkin mudah saat hendak naik bus ke tempat kerja atau berjalan kaki ke toko terdekat. Namun, bagi penyandang disabilitas, aktivitas tersebut jauh lebih sulit tanpa dukungan aksesibilitas yang memadai.
Di Indonesia, misalnya, penyandang disabilitas kesulitan dalam menggunakan transportasi umum, bahkan taksi online. Mereka harus menemukan ojek modifikasi untuk bepergian. Itu pun mereka tetap kesulitan karena jumlah kendaraan seperti itu terbatas. Di Nepal, transportasi umum belum dapat diakses dan aman bagi penyandang disabilitas. Tentunya, ini hanyalah puncak gunung es.
Tindakan kolaboratif dan komprehensif
Mewujudkan angkutan umum yang inklusif bagi penyandang disabilitas memang sulit, tetapi sangat perlu. Penyandang disabilitas berhak mendapatkan akses fasilitas yang memungkinkan mereka bepergian dengan mudah, termasuk informasi jadwal hingga ruang khusus yang aman. Hal ini, tentunya, membutuhkan banyak pendekatan dari berbagai sektor.
Dalam “Masa Depan Disabilitas di Amerika”, peneliti Sarah Roosenblum menyebut bahwa analisis kebijakan seringkali mengabaikan aspek lain dari penyandang disabilitas, seperti bagaimana mereka lebih mengandalkan pejalan kaki dan kendaraan pribadi. Oleh karena itu, pembuat kebijakan harus mengenali hubungan antara transportasi dan inisiatif kebijakan penting lainnya, seperti perencanaan kota dan pemberian layanan kesehatan, untuk mencapai inklusivitas.
Solusi lain juga muncul setelah bertahun-tahun. Di Australia, pengembang web Cassie Hames sedang mengembangkan aplikasi “See Me” yang memungkinkan sesama tunanetra untuk memberi tahu pengemudi bus kapanpun mereka ingin masuk atau keluar. Solusi serupa juga diajukan oleh aplikasi seluler yang berbasis di Denmark bernama Be My Eyes, yang menghubungkan orang-orang tunanetra dengan sukarelawan yang dapat membantu mereka.
Upaya untuk menciptakan tempat yang aman dan dapat diakses bagi semua orang untuk tidaklah mudah. Ini berarti menerima dan mengenali kebutuhan orang yang berbeda dan secara sadar bekerja menuju yang lebih baik. Menciptakan fasilitas dan ruang yang inklusif dan dapat diakses oleh penyandang disabilitas harus dimaknai sebagai upaya berkelanjutan dan prioritas oleh semua.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.