Perubahan Iklim Perparah Krisis Pangan di Malawi
Sebagai negara yang sangat bergantung pada pertanian, Malawi telah mengalami dampak perubahan iklim yang begitu parah. Kekeringan dan gagal panen telah menyebabkan krisis pangan yang meluas dan mengancam kehidupan jutaan orang di negara tersebut.
Menurunnya Produktivitas Pertanian di Malawi
Pertanian menyumbang 42% PDB dan 81% pendapatan ekspor Malawi. Namun, meningkatnya utang dan menurunnya kinerja perekonomian telah menyebabkan penurunan produktivitas pertanian dan, akibatnya, memperparah kondisi penghidupan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan di negara tersebut.
Kondisi ini semakin diperparah oleh peristiwa cuaca dan iklim. Awal tahun 2024, Malawi dan negara-negara Afrika lainnya menyatakan kondisi darurat bencana akibat El Niño yang mengganggu pola curah hujan dan menyebabkan ketidakteraturan cuaca. Peristiwa ini menyebabkan tanah di negara tersebut berada dalam kondisi kering yang tidak normal, sehingga mengakibatkan gagal panen dan krisis pangan yang berkepanjangan.
Jutaan Orang dalam Krisis Pangan
Dilansir France 24, masyarakat Malawi hanya dapat menikmati mangga selama lebih dari setahun dibandingkan tanaman pokok mereka, jagung. Penilaian awal yang dilakukan pemerintah menunjukkan bahwa sekitar 44% tanaman jagung Malawi terkena dampak langsung kekeringan. Dalam skala luas, kondisi ini berdampak pada 2 juta rumah tangga.
Selain itu, Program Pangan Dunia mencatat bahwa 9 juta orang, hampir separuh penduduk Malawi, mengalami kelaparan dan kerawanan pangan dalam berbagai tingkatan. Kebanyakan dari mereka hanya berjarak satu tingkat dari keadaan darurat. Orang-orang di Malawi kini beralih, dari memproduksi menjadi membeli makanan untuk bertahan hidup, dan ini pun merupakan tantangan yang sangat besar.
“Masyarakat sudah kelaparan. Ini seharusnya menjadi musim berlimpah, namun makanan hampir tak tersisa. Ada bukti bahwa kemampuan masyarakat untuk menghadapi masalah ini telah terkikis seiring berjalannya waktu,” kata Jan Duchoslav dan Joachim De Weerdt, peneliti dari International Food Policy Research Institute.
Menanggapi krisis ini, pemerintah Malawi telah meminta bantuan internasional. Presiden Malawi, Lazarus Chakwera, mengatakan bahwa negaranya membutuhkan bantuan kemanusiaan sebesar lebih dari $200 juta untuk mengimpor makanan dan memerangi kelaparan. Para peneliti juga menyatakan pentingnya impor pangan dan dukungan donor sebagai cara realistis untuk menyelesaikan krisis pangan di Malawi.
Urgensi Kesiapsiagaan Bencana
Sebagai bagian penting dari kesehatan dan pertumbuhan, ketidakmampuan untuk memperoleh makanan, terutama bagi anak-anak, dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih luas, seperti stunting dan kekurangan gizi. Oleh karena itu, memastikan keamanan pangan sangatlah penting. Krisis pangan di Malawi merupakan salah satu contoh nyata betapa timpang dan parahnya dampak perubahan iklim terhadap negara-negara rentan.
Krisis di Malawi juga menekankan pentingnya bantuan sosial dan program bantuan dalam meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim dan berbagai krisis lainnya. Peningkatan kesiapsiagaan dan manajemen bencana harus dilaksanakan oleh pemerintah dan organisasi terkait untuk melindungi masyarakat dari berbagai risiko dan memastikan kelangsungan kesejahteraan mereka.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.