Bangunan Zero Karbon untuk Lingkungan Binaan yang Berkelanjutan
Saat ini, separuh penduduk dunia tinggal di wilayah perkotaan. Pada tahun 2050, populasi perkotaan diperkirakan meningkat sekitar 2,5 miliar jiwa, dan bayangkan berapa banyak bangunan dan infrastruktur baru yang dibutuhkan untuk menampung penduduk sebanyak itu. Di tengah arus urbanisasi dan pemanasan global, pengurangan emisi dari lingkungan binaan menjadi hal yang sangat penting, salah satunya dengan membangun bangunan zero karbon (net-zero). Lantas, bagaimana kita dapat menciptakan lingkungan binaan yang lebih berkelanjutan dan apa saja manfaat dari bangunan zero karbon?
Pentingnya Bangunan Zero Karbon
Bangunan adalah salah satu kebutuhan utama kita. Seiring pesatnya pembangunan dan urbanisasi di seluruh dunia, lingkungan binaan pun terus berkembang. Lingkungan binaan merujuk pada seluruh bangunan dan infrastruktur, seperti rumah, apartemen, jembatan, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya.
Lingkungan binaan menyumbang sekitar 40% emisi karbon terkait energi global. Data mengungkapkan bahwa emisi karbon dari operasional bangunan saja mencapai 10 GtCO2 pada tahun 2021.
Dekarbonisasi sektor lingkungan binaan menjadi salah satu cakupan Terobosan 2030 (2030 Breakthroughs), yang ditetapkan oleh Pemimpin Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB. Tujuan tersebut menyatakan bahwa 100% proyek yang diselesaikan pada tahun 2030 atau setelahnya harus beroperasi tanpa emisi (net zero). Selain itu, target ini mencakup pengurangan lebih dari 40% karbon yang terkandung di dalamnya.
Emisi Embodied & Emisi Operasional
Sekitar 50% material yang diekstraksi masuk ke sektor lingkungan binaan. Bahan konstruksi, seperti beton dan baja, merupakan sumber yang terkandung dalam sebuah bangunan. Jejak karbon yang dihasilkan saat memproduksi bahan-bahan ini tidak dapat diabaikan. Emisi yang terkandung (emisi embodied) terutama berasal dari proses konstruksi awal.
Sementara itu, emisi operasional mungkin lebih familiar. Apalagi, definisi paling sederhana dan paling umum dari bangunan zero karbon adalah bangunan dengan operasi zero karbon, yaitu bangunan yang 100% menggunakan energi terbarukan. Emisi operasional dihasilkan setelah bangunan selesai dibangun. Ini termasuk untuk menyalakan lampu, pemanas, pendingin, dan sistem operasi lainnya di dalam bangunan.
Ketika bangunan lebih hemat energi, emisi embodied akan menyumbang setidaknya setengah dari total emisi yang dihasilkan oleh bangunan baru. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan keseluruhan karbon dalam mengatasi emisi lingkungan binaan. Bangunan zero karbon mesti dapat mengatasi emisi operasional dan emisi embodied.
Tantangan
Secara keseluruhan, pengukuran dan pelaporan emisi bangunan masih minim atau jarang. Meskipun pengumpulan dan pelacakan data yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi energi (karbon operasional) mulai menjadi hal yang umum, namun emisi embodied masih sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
Dalam sebuah laporan, Arup dan Dewan Bisnis Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan (WBCSD) telah mengidentifikasi tantangan sistemik dalam transformasi industri untuk mengurangi emisi di lingkungan binaan. Laporan bertajuk “Net-zero operational carbon buildings: State of the art” menyatakan bahwa:
- Tidak ada definisi yang konsisten dan tegas secara global mengenai bangunan zero karbon.
- Tidak ada standar nasional untuk bangunan yang benar-benar net zero saat ini atau di masa depan.
- Adanya variasi substansial dalam standar net-zero yang ditetapkan oleh sektor swasta.
- Hanya sebagian kecil bangunan yang benar-benar zero karbon yang dapat diabaikan.
Selain itu, bangunan net-zero-ready yang telah mengurangi kebutuhan energinya secara signifikan dan siap beroperasi dengan 100% energi terbarukan masih belum menjadi bangunan operasional zero karbon jika dilihat dari sisi pasokan. Sisi pasokan yang dimaksud adalah kapasitas energi terbarukan di wilayah tersebut.
Menciptakan Lingkungan Binaan yang Berkelanjutan
Data adalah kunci untuk pengambilan keputusan yang terinformasi dan berbasis ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pengukuran dan pelaporan yang akurat dan holistik harus menjadi langkah pertama. Sebagai contoh, pemerintah Singapura mendukung pengumpulan data penggunaan dan pengungkapan kinerja energi di seluruh bangunan melalui Sistem Submisi Energi Bangunan (Building Energy Submission System). Dari sektor swasta, Arup, penyedia jasa teknik dan konstruksi global, berkomitmen untuk menilai data seluruh siklus karbon di semua proyeknya.
Secara umum, perlu ada kebijakan, panduan, dan insentif pasar yang tepat. Laporan bertajuk “Net-zero buildings: Halving construction emissions” menunjukkan bahwa pengurangan separuh emisi dapat dilakukan dengan teknologi yang ada dan perubahan sistemik. Namun, semakin banyak inovasi akan lebih baik.
Permintaan dan tekanan untuk mewujudkan gaya hidup yang lebih berkelanjutan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim. Namun, mengubah sektor lingkungan binaan menjadi lebih berkelanjutan membutuhkan berbagai upaya. Selain membangun bangunan zero karbon, lingkungan binaan yang berkelanjutan juga mesti menyediakan pekerjaan yang layak bagi semua pekerja yang terlibat. Pendekatan kolaboratif, proaktif, adil dan inklusif harus menjadi landasan transformasi ini.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.