Langkah Petani Lokal di Kenya dalam Memulihkan Kondisi Tanah
Tanah yang sehat akan menciptakan lingkungan yang sehat. Sayangnya, kondisi tanah dunia saat ini sudah tidak sehat lagi. Kabar baiknya, masalah ini bukannya tanpa harapan. Di Kenya, petani setempat bergandengan tangan dengan para peneliti untuk memulihkan kesehatan tanah mereka.
Erosi Parit di Pokot Barat
Tanah yang sehat memiliki struktur, nutrisi, dan mikroorganisme yang mendukung kehidupan tumbuhan, hewan, dan manusia. Namun, menurut FAO, 25% lahan di seluruh dunia mengalami degradasi. Erosi tanah adalah salah satu ancaman yang membayangi produktivitas pertanian dan mata pencaharian di seluruh belahan Bumi.
“Degradasi lahan, bersamaan dengan curah hujan yang semakin tidak menentu, membuat pertanian tadah hujan menjadi bermasalah. Tanah yang terdegradasi juga rendah nutrisi. Mereka menumbuhkan tanaman lemah yang lebih rentan terhadap hama dan penyakit,” kata Dr. Beth Medvecky dari Institut Pangan, Pertanian, dan Pembangunan Internasional Universitas Cornell.
Di Kabupaten Pokot Barat, Kenya, erosi tanah semakin membesar menjadi parit-parit, berupa saluran dalam yang terbentuk oleh aliran air. Parit-parit tersebut membentang sejauh 15 kilometer dan berbahaya bagi manusia dan ternak. Selokan itu juga memperjelas kelangkaan air, memisahkan masyarakat, dan memengaruhi produktivitas petani.
Kenya telah menghadapi krisis pangan yang parah dan berdampak pada hampir 4,4 juta orang di seluruh penjuru negara itu. Oleh karenanya, pencegahan dan rehabilitasi selokan semakin mendesak untuk ketahanan pangan dan ketahanan iklim di Kenya.
Transformasi Lanskap Kenya
Pada tahun 2014, Jaringan Riset Petani Lahan Kering/Drylands Farmer Research Network (Drylands FRN) memulai langkah menuju transformasi lanskap Kenya untuk pertanian berkelanjutan dan tangguh. Kelompok tersebut awalnya terdiri dari lima petani kecil yang bekerja sama dengan Kementerian Pertanian Kenya, pemerintah daerah, sekolah lokal, dan Universitas Eldoret.
Partisipasi petani menjadi kunci dari proyek ini. Alih-alih menggunakan pendekatan “top-down” konvensional di mana para peneliti memberi tahu petani apa yang harus dilakukan, Drylands FRN justru mengedepankan kearifan dan wawasan penting petani tentang tanah mereka sendiri. Proyek ini membawa mereka ke pertanian tetangga untuk studi tanah komparatif dan memberikan kesempatan pada petani untuk menguji rencana mereka sendiri.
Gully Rehabilitation Trust diadopsi untuk mengurangi dampak erosi parit. Pendekatan ini melibatkan 385 rumah tangga yang tersebar di lima kelompok konservasi tanah dan air dalam membangun konstruksi bendungan pasir, serta banyak hal lainnya. Pembangunan bendungan pasir dapat memperbaiki kondisi kehidupan dengan meningkatkan irigasi dan menghubungkan kembali lingkungan di Pokot Barat. Dengan cara ini, petani dapat mendukung panen kedua dan pembibitan pohon mereka, sehingga mengatasi kerawanan pangan dan kelangkaan air.
Peluang bagi Masyarakat
Gagasan tentang “memerangi perubahan iklim adalah tanggung jawab kita bersama” telah digaungkan secara besar-besaran selama bertahun-tahun. Namun, gagasan tersebut harus dijalankan dengan memberikan kesempatan kepada semua pemangku kepentingan untuk terlibat langsung dalam kegiatan, termasuk masyarakat lokal.
Tahun ini, Drylands FRN telah melibatkan 385 petani di mana tindakan kolektif mereka berdampak pada lebih dari 3.000 anggota masyarakat. Mengingat Kenya saat ini melakukan upaya untuk menyelamatkan tanah, pertanian, dan lingkungan, apa yang dilakukan Drylands FRN dapat dipandang sebagai contoh bagaimana keterlibatan masyarakat dalam aksi iklim.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.