Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Langkah Mundur dalam Mengakhiri Pekerja Anak

Dalam beberapa tahun terakhir, perjuangan untuk mengakhiri pekerja anak mengalami kemunduran. Jumlah pekerja anak di dunia kini meningkat.
Oleh Nazalea Kusuma
14 Juni 2024
seorang anak membawa kantong plastik mengais-ngais di tempat pembuangan sampah akhir

Seorang anak mengais-ngais di tempat pembuangan sampah akhir di Mongolia. | Foto: ILO Asia-Pacific.

Apa yang Anda bayangkan saat bicara tentang anak-anak? Mereka yang berlarian ke sana kemari sambil tertawa riang dan bermain di halaman sekolah saat waktu istirahat? Ya, idealnya memang begitu. Namun kenyataannya, banyak anak yang berjuang melawan kelaparan, kemiskinan, hidup dalam krisis kemanusiaan, hingga menjadi pekerja anak. 

Mengakhiri pekerja anak telah menjadi salah satu tujuan prioritas dalam upaya global untuk melindungi anak-anak dan memenuhi hak-hak mereka. Namun sedihnya, 160 juta anak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, masih menjadi pekerja anak.

Memahami Pekerja Anak

Tidak semua anak yang bekerja serta merta dianggap sebagai pekerja anak. Pekerja anak dapat dilihat dari usia, jenis pekerjaan, jam kerja, dan kondisi yang dijalani. Misalnya, membantu bisnis keluarga atau mendapatkan uang jajan di luar jam sekolah adalah hal baik yang penting bagi tumbuh kembang anak.

Organisasi Buruh Internasional (ILO) mendefinisikan pekerja anak sebagai sesuatu yang “berbahaya dan membahayakan anak-anak secara mental, fisik, sosial, dan/atau moral”. Seorang anak dapat dikatakan sebagai pekerja anak jika menjalani pekerjaan yang mengganggu pendidikan mereka dengan memaksa mereka berhenti bersekolah atau mengurangi jam sekolah dan belajar mereka dengan “pekerjaan yang terlalu lama dan berat”. Hal ini termasuk melakukan pekerjaan rumah tangga yang secara tidak proporsional banyak dialami oleh anak-anak perempuan.

Langkah Mundur

Sejak tahun 2000-an, terdapat kemajuan yang menjanjikan dalam mengakhiri pekerja anak. Namun, kemajuan tersebut terhenti dan bahkan melangkah mundur dalam beberapa tahun terakhir. Menurut laporan ILO yang bertajuk “Pekerja Anak: Estimasi Global 2020: Tren dan Jalan ke Depan”, jumlah pekerja anak bertambah sebanyak delapan juta lebih dibandingkan tahun 2016.

Laporan tersebut juga menyebut bahwa dengan 160 juta anak yang menjadi pekerja anak, sekitar satu dari sepuluh anak di seluruh dunia merupakan korban. Pekerja anak paling banyak ada di Afrika Sub-Sahara, dengan jumlah 86,6 juta pekerja anak, disusul Asia Tengah dan Asia Selatan (26,3 juta) serta Asia Timur dan Asia Tenggara (24 juta).

Dari jumlah tersebut, sebanyak 89 juta adalah anak-anak berusia lima hingga sebelas tahun. Sektor pertanian dan rumah tangga merupakan tempat yang paling banyak melibatkan pekerja anak, seperti dalam pertanian keluarga dan usaha mikro keluarga lainnya.

Di Indonesia sendiri, pekerja anak masih banyak ditemukan di hampir setiap daerah, termasuk di kawasan pariwisata seperti KEK Mandalika. Banyak dari mereka yang menjadi pedagang asongan di sekitar Pantai Mandalika, menawarkan beragam suvenir seperti gelang, dompet khas Lombok, gantungan kunci, dan lainnya.

Di tengah krisis ekonomi, krisis pendidikan, dan ancaman yang terus menerus terhadap kehidupan anak-anak seperti yang terjadi di Gaza, Palestina, semakin banyak anak yang berisiko menjadi pekerja anak. Bahkan, industri yang dianggap ‘hijau’ seperti energi terbarukan pun tidak bersih dari keberadaan pekerja anak dan perbudakan modern.

Mengakhiri Pekerja Anak

Target 8.7 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan mencakup komitmen untuk mengakhiri pekerja anak dalam segala bentuk pada tahun 2025. Penting untuk diingat bahwa penghapusan pekerja anak memerlukan penanganan permasalahan lain dalam pembangunan berkelanjutan. Mengatasi kemiskinan, memperluas perlindungan sosial, dan memastikan pendidikan dasar dan menengah gratis dan berkualitas bagi semua adalah beberapa strategi yang sangat berkaitan dengan upaya penghapusan pekerja anak. 

Pada Pertemuan Regional Asia-Pasifik tentang Pekerja Anak dan Kerja Paksa yang digelar pada Maret 2024, para delegasi yang hadir menekankan perlunya pendekatan terintegrasi dan berbasis hak. Bagaimanapun, keterlibatan antarpemangku kepentingan dan sektor sangat penting dalam upaya global untuk mengakhiri pekerja anak dan menjaga kesejahteraan anak-anak—kini dan esok.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Nazalea Kusuma
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    SEAblings dan Gerakan Solidaritas Akar Rumput di Tengah Berbagai Krisis
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Langkah Mundur India dalam Kebijakan Emisi Sulfur Dioksida
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pentingnya Ruang Terbuka Hijau Perkotaan yang Aksesibel dan Inklusif untuk Semua
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok

Continue Reading

Sebelumnya: Kebijakan Telur Bebas Kandang untuk Produksi Telur yang Lebih Berkelanjutan
Berikutnya: UNESCO Luncurkan Pedoman untuk Hijaukan Pendidikan di Sekolah

Lihat Konten GNA Lainnya

bangunan roboh Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia

Oleh Jalal
17 Oktober 2025
Empat tangan anak-anak yang saling berpegangan Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif

Oleh Andi Batara
17 Oktober 2025
sekawanan bison sedang memamah di atas padang rumput yang tertutup salju Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi

Oleh Kresentia Madina
17 Oktober 2025
meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia