Menengok Penerapan Pariwisata Berkelanjutan di Kepulauan Batanes, Filipina
Pulau Batanes. | Foto: Rene Padillo di Unsplash.
Berwisata adalah cara yang baik untuk bersenang-senang, mengambil jeda, dan menemukan hal-hal baru. Pada saat yang sama, kegiatan wisata juga berdampak pada destinasi yang kita tuju, baik secara ekonomi, lingkungan, dan sosial. Mengingat dampaknya yang sering bersifat negatif, penting untuk memastikan kegiatan wisata tidak merugikan destinasi dan penduduk setempat. Pariwisata di Kepulauan Batanes, Filipina, yang tergabung dengan Jaringan Observatorium Pariwisata Berkelanjutan Internasional UNWTO, merupakan salah satu contoh bagaimana hal itu diterapkan.
Kepulauan Batanes
Kepulauan Batanes adalah provinsi kepulauan yang berada di utara Filipina dan menjadi yang terkecil dalam hal jumlah penduduk dan luas daratan. Wilayah ini memiliki sepuluh pulau, namun hanya tiga pulau terbesar yang berpenghuni: Batan, Itbayat, dan Sabtang. Adapun Batanes adalah rumah bagi masyarakat Ivatan, kelompok masyarakat adat etnolinguistik Austronesia.
Pulau-pulau tersebut juga merupakan rumah bagi keanekaragaman hayati endemik dan tempat perlindungan bagi burung-burung yang bermigrasi. Misalnya, spesies tumbuhan runjung, Podocarpus costalis, hanya berbunga dan berbuah sempurna di Kepulauan Batanes. Sebagai destinasi wisata, Batanes menawarkan pengalaman unik berupa formasi batuan, perbukitan, mercusuar, kuda dan sapi yang berkeliaran bebas, tepi laut yang indah, menjadikannya tempat pelarian yang menenangkan dan damai dari hiruk pikuk kota.
Selain itu, Batanes melestarikan sebagian besar bangunan tradisional lama, seperti Sinadumparan. Sinadumparan merupakan salah satu jenis rumah adat Ivatan yang terbuat dari batu, mortar kapur, dan atap rumput cogon. Kepulauan Batanes memiliki rumah-rumah yang dibangun untuk tahan terhadap topan hebat, hujan monsun, musim panas yang panas dan lembap, dan bahkan gempa bumi—yang dijuluki Rumah Angin.
Bekerja sama dengan pemerintah provinsi dan pemangku kepentingan setempat, Pusat Pemantauan Pariwisata dan Perhotelan Batanes (Batanes Tourism and Hospitality Monitoring Center/BTHMC) memimpin partisipasi Batanes dalam Jaringan Observatorium Pariwisata Berkelanjutan Internasional (International Network of Sustainable Tourism Observatories/INSTO). Sejauh ini, proses partisipatif telah menghasilkan wawasan keberlanjutan utama yang diidentifikasi oleh masyarakat Ivatan. Observatorium tersebut berencana untuk memperluas fokusnya pada bidang lingkungan dan sosial.
Jaringan Observatorium Pariwisata Berkelanjutan Internasional (INSTO) UNWTO
Kepulauan Batanes merupakan yang terbaru di antara 38 observatorium di Jaringan INSTO di seluruh dunia. Di Asia Pasifik, terdapat delapan wilayah di Tiongkok (Yangshuo, Changshu, Kanas, dll.), lima wilayah di Indonesia (Sanur, Toba, Lombok, dll.), dan satu wilayah di Australia (Barat Daya).
Didirikan pada tahun 2004, INSTO adalah sebuah inisiatif di bawah naungan Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO). Inisiatif ini bertujuan untuk mendukung pengelolaan pariwisata berbasis bukti. Singkatnya, observatorium ini memantau dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial dari pariwisata di tingkat destinasi.
Inisiatif ini juga secara aktif melibatkan pemangku kepentingan lokal melalui pendekatan inklusif dan partisipatif; memberdayakan mereka dengan membangun kesadaran, dan membina sistem pendukung fasilitator yang solid, dan membentuk kelompok kerja lokal.
Pada dasarnya, inisiatif ini memanfaatkan penerapan pemantauan, evaluasi, pengembangan kapasitas, dan kolaborasi yang sistematis. Hasilnya akan memberikan pedoman dan informasi penting bagi para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan terkait lainnya untuk mewujudkan pariwisata yang lebih berketahanan dan berkelanjutan yang bermanfaat bagi penduduk lokal, pengunjung, dan juga planet Bumi.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Join Membership Green Network Asia – Indonesia
Di tengah tantangan global yang semakin kompleks saat ini, membekali diri, tim, dan komunitas dengan wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bukan lagi pilihan — melainkan kebutuhan strategis untuk tetap terdepan dan relevan.
Join SekarangNaz is the Manager of International Digital Publications at Green Network Asia. She is an experienced and passionate writer, editor, proofreader, translator, and creative designer with over a decade of portfolio. Her history of living in multiple areas across Southeast Asia and studying Urban and Regional Planning exposed her to diverse peoples and cultures, enriching her perspectives and sharpening her intersectionality mindset in her storytelling and advocacy on sustainability-related issues and sustainable development.

Menilik Simpul Antara ‘Gajah Terakhir’ dan Banjir di Sumatera
Meningkatnya Angka Pengangguran Sarjana dan Sinyal Putus Asa di Pasar Kerja Indonesia
Wawancara dengan May Tan-Mullins, CEO dan Rektor University of Reading Malaysia
Memperkuat Ketahanan Masyarakat di Tengah Meningkatnya Risiko Bencana
UU KUHAP 2025 dan Jalan Mundur Perlindungan Lingkungan
Wawancara dengan Eu Chin Fen, CEO Frasers Hospitality