Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • ESG
  • Muda
  • Dunia
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Kenalan dengan Greenwashing dan Cara Menghindarinya

Greenwashing merupakan sisi buruk di tengah maraknya tren keberlanjutan (sustainability). Lalu, bagaimana cara menghindarinya?
Oleh Nazalea Kusuma
5 Juli 2023
Ilustrasi: Irhan Prabasukma.

Ilustrasi: Irhan Prabasukma.

Perubahan selalu menghadirkan tantangan, termasuk ketika arahnya menuju perbaikan. Di tengah perubahan iklim dan maraknya tren untuk menyelamatkan Bumi, semakin sering kita melihat berbagai produk, layanan, dan gaya hidup yang diberi label “berkelanjutan” dan istilah sejenisnya. Sayangnya, greenwashing muncul di tengah tren ini.

Apa itu Greenwashing?

Greenwashing adalah strategi pemasaran atau komunikasi untuk membuat sesuatu tampak berkelanjutan (sustainable). Umumnya, orang-orang mengklaim produk, layanan, atau program mereka berkelanjutan hanya dari aspek lingkungan saja. Padahal, keberlanjutan bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga mencakup banyak aspek sosial dan ekonomi. Dalam hal ini, klaim palsu tentang tanggung jawab sosial – yang terkadang juga disebut bluewashing – juga termasuk di dalamnya.

Pada dasarnya, greenwashing adalah kebohongan. Praktik ini berdampak negatif terhadap upaya kita dalam mewujudkan keberlanjutan. Sekali orang/konsumen merasa tertipu, mereka akan menjadi lebih skeptis dan tidak percaya pada kampanye dan solusi keberlanjutan, termasuk yang sungguhan. Lebih parah lagi, greenwashing dapat digunakan sebagai topeng bagi para pelaku bisnis untuk melanggengkan praktik bisnis mereka yang merusak.

Riset pasar baru-baru ini menemukan bahwa orang-orang bersedia membayar lebih mahal untuk produk dan layanan yang lebih berkelanjutan. Sayangnya, peningkatan kesadaran masyarakat akan perubahan iklim “dimanfaatkan” oleh bisnis dan pemerintah dengan mengklaim produk, layanan, dan program mereka ramah lingkungan. Kenyataannya, 40% klaim mereka tidak berdasar.

Seperti apa bentuk greenwashing?

Ada beberapa ciri yang mesti kita perhatikan dalam mengenali greenwashing. Berikut beberapa contoh yang paling umum:

  • Memakai kata-kata keberlanjutan seperti “alami”, “ramah lingkungan”, dan “hijau” di dalam produk, layanan, atau program. Klaim-klaim semacam itu adalah greenwashing jika tidak memiliki dasar atau bukti.
  • Menggencarkan promosi produk, praktik, atau inisiatif berkelanjutan untuk mengaburkan fakta aktivitas berbahaya/jahat di baliknya. Misalnya, perusahaan yang menggunakan kemasan daur ulang namun membuang limbah beracunnya ke sungai; menerapkan praktik ramah lingkungan namun membayar pekerja dengan upah rendah; dan mempromosikan sebuah produk berkelanjutan sementara produk lainnya tetap berbahaya tanpa niat untuk berubah.
  • Menggunakan sertifikasi yang bias atau tidak berbasis sains untuk mendukung klaim keberlanjutan. Label dan sertifikat yang tampak resmi tidak selalu sah. Terkadang, perusahaan dan organisasi bahkan menipu untuk mendapatkan sertifikasi keberlanjutan.
  • Mempromosikan keberlanjutan namun tetap mendorong orang menjadi konsumtif. Perlu diingat bahwa hal mendasar untuk mendukung produksi dan konsumsi berkelanjutan adalah dengan mengurangi (reduce). Berhati-hati terhadap saran gaya hidup, program, atau produk yang mendorong konsumen untuk membeli lebih banyak, bahkan jika produk yang mereka tawarkan lebih ramah lingkungan.
  • Menempatkan tanggung jawab terutama pada individu (konsumen dan warga). Kita semua merasakan dampak perubahan iklim, namun porsi tanggung jawab kita tidak sama. Orang yang menggunakan kantong plastik di pasar tradisional tentu berbeda skala dampaknya terhadap lingkungan dibanding perusahaan multinasional yang menghasilkan limbah berbahaya di seluruh dunia.

Langkah yang Diperlukan

Sejauh ini, ada beberapa sertifikasi keberlanjutan untuk berbagai sektor. Namun, itu saja tidak cukup. Diperlukan kerangka sistemik untuk mengatasi greenwashing. Pemerintah punya tanggung jawab untuk membuat undang-undang dan hukum yang kuat untuk mengatasi greenwashing di tingkat industri.

Pada Juni 2023, Dewan Standar Keberlanjutan Internasional (ISSB) menerbitkan dua Standar Pengungkapan Keberlanjutan IFRS (IFRS S1 dan IFRS S2), yang akan berlaku efektif per 1 Januari 2024. IFRS S1 adalah Persyaratan Umum untuk Pengungkapan Informasi Keuangan terkait Keberlanjutan, sedangkan IFRS S2 adalah Pengungkapan Terkait Iklim. Standar ini memang tidak wajib, tetapi pemerintah dapat mewajibkannya ke perusahaan.

Langkah paling sederhana untuk mengatasi greenwashing adalah meningkatkan kesadaran, wawasan, dan pengetahuan. Kebanyakan orang ingin menjadi lebih berkelanjutan tetapi tidak tahu bagaimana melakukannya dengan benar. Pendidikan publik, kampanye, dan obrolan santai dengan rekan-rekan di komunitas Anda juga dapat membantu. 

Pada akhirnya, greenwashing memang merupakan sisi gelap dari tren keberlanjutan. Namun, hal itu tidak boleh menghentikan kita untuk mencari solusi dan mencoba berbuat lebih baik bagi keberlangsungan manusia dan Bumi.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.

Jika Anda melihat konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia

Langganan Anda akan memperkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, sekaligus mendukung kapasitas finansial GNA untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.

Pilih Paket Langganan

Nazalea Kusuma
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pentingnya Ruang Terbuka Hijau Perkotaan yang Aksesibel dan Inklusif untuk Semua
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengatasi Tantangan dalam Implementasi Adaptasi Berbasis Ekosistem (EbA)
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Polusi Cahaya dan Dampaknya terhadap Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya

Continue Reading

Sebelumnya: Meningkatkan Pencegahan, Intervensi, dan Perawatan Demensia di Tengah Lonjakan Kasus
Berikutnya: Kolaborasi UNDP dan Microsoft untuk Tingkatkan Keterampilan Digital Kaum Muda di Asia-Pasifik

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

kubus kayu warna-warni di atas jungkat-jungkit kayu Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama

Oleh Abul Muamar
22 Agustus 2025
penggiling daging di peternakan Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan

Oleh Brian Cook
22 Agustus 2025
dua orang sedang menandatangani dokumen di atas meja Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030

Oleh Abul Muamar
21 Agustus 2025
sekelompok perempuan dan dua laki-laki berfoto bersama. Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor

Oleh Sahal Mahfudz
21 Agustus 2025
Sebuah ilustrasi karya Frendy Marcelino yang menggambarkan tumpukan tote bag dan tumbler tak terpakai yang tumpah keluar dari sebuah tumbler besar. Fenomena Penumpukan Produk Ramah Lingkungan di Indonesia
  • Kolom IS2P
  • Opini
  • Partner
  • Unggulan

Fenomena Penumpukan Produk Ramah Lingkungan di Indonesia

Oleh Nadia Andayani
20 Agustus 2025
orang-orang menonton pertunjukan teater “Robohnya Sekolah Rakyat Kami” Merenungi Suramnya Dunia Pendidikan lewat Teater “Robohnya Sekolah Rakyat Kami”
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Merenungi Suramnya Dunia Pendidikan lewat Teater “Robohnya Sekolah Rakyat Kami”

Oleh Nareswari Reswara Widya
20 Agustus 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia