Meningkatkan Pembangunan Manusia di Asia-Pasifik melalui Kebijakan
Ketika mendengar kata ‘pembangunan’, sebagian besar orang mungkin akan berpikir tentang gedung pencakar langit, jalan yang penuh dengan mobil, mal, atau cara kita mengirimkan apapun ke rumah kita hari ini. Pendek kata: ekonomi. Beberapa dekade terakhir, terjadi perkembangan ekonomi yang signifikan di Asia-Pasifik. Sayangnya, fokus pada pertumbuhan ekonomi saja cenderung menimbulkan kesenjangan tinggi pada aspek lain, seperti pembangunan manusia. Di tengah kesenjangan yang meningkat, diperlukan perubahan untuk mengarusutamakan pembangunan manusia di Asia-Pasifik.
Pertumbuhan & Disparitas Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Jepang yang didorong oleh ekspor berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Asia-Pasifik. Model ini kemudian menyebar ke seluruh Asia-Pasifik, membuat kawasan ini bertanggung jawab atas sepertiga produksi global saat ini.
Kawasan Asia-Pasifik juga telah menciptakan pendekatan baru terhadap pembangunan manusia. Beberapa contohnya adalah proyek perumahan rakyat di Singapura, mobile banking di Indonesia dan Filipina, dan keuangan mikro di Bangladesh. Pendekatan-pendekatan ini membantu mengangkat lebih dari 1,5 miliar orang keluar dari kemiskinan ekstrem dalam beberapa generasi.
Namun kesenjangan masih terjadi di kawasan ini. Misalnya, 10% orang terkaya secara konsisten menguasai setengah dari total pendapatan Asia-Pasifik. Hal ini menggambarkan bahwa manfaat pertumbuhan ekonomi tidak dapat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat dan tidak menjamin keadilan secara merata. Intinya, pertumbuhan ekonomi saja tidak menjamin kehidupan yang lebih baik dimana tidak ada seorangpun yang tertinggal.
Risiko Utama
Pada November 2023, Program Pembangunan PBB (UNDP) merilis Laporan Pembangunan Manusia Asia-Pasifik 2024 untuk mengeksplorasi masalah ini. Laporan tersebut berpendapat bahwa diperlukan perubahan mendesak dalam pembangunan manusia karena “aspirasi yang tidak terpenuhi, meningkatnya kerentanan manusia, dan potensi masa depan yang semakin bergejolak.”
“Laporan ini memaparkan risiko-risiko dan ketidakpastian di masa depan, menggambarkan struktur terhadap risiko-risiko tersebut, dan mengartikulasikan arah yang luas untuk tindakan yang tegas untuk mendorong perubahan,” kata Administrator UNDP Achim Steiner.
Laporan tersebut mengidentifikasi tiga kelompok risiko utama di kawasan Asia-Pasifik:
- Ancaman eksistensial akibat perubahan iklim dan pandemi.
- Gangguan dalam sektor ekonomi dan lapangan kerja akibat perubahan demografi dan teknologi yang intens.
- Kemunduran demokrasi, meningkatnya populisme, dan polarisasi.
Pembangunan Manusia di Asia-Pasifik
Ekonom Pakistan Mahbub ul-Haq memperkenalkan pendekatan pembangunan manusia pada tahun 1990. Perspektif ini berpusat pada manusia, menekankan kedalaman dan kualitas pengalaman manusia, termasuk hak pilihan dan kebebasan. Sejak saat itu, paradigma tersebut telah berkembang dan mencakup perlindungan lingkungan. Pendekatan pembangunan manusia kini mengutamakan kesetaraan, inovasi, dan pengelolaan alam.
Laporan tersebut menyatakan bahwa mengupayakan pembangunan manusia di Asia-Pasifik berarti “mempertahankan pertumbuhan ekonomi sembari melakukan upaya yang gigih untuk memerangi kesenjangan antara kelompok yang berbeda, berdasarkan pendapatan rumah tangga, misalnya, jenis kelamin, usia, etnis atau tempat tinggal, dan untuk memulihkan martabat manusia.”
Upaya ini harus lebih dari sekadar melakukan penyesuaian di sana-sini. Perubahan yang berarti dalam pembangunan manusia memerlukan transformasi sistemik yang mencakup kerangka kebijakan baru, adil, inklusif, dan berkelanjutan. Laporan tersebut menyebutnya sebagai “kontrak eko-sosial baru antara pemerintah dan warga negara”.
Pengarusutamaan Pembangunan Manusia
Perubahan struktural memang rumit namun bukan hal yang mustahil. Laporan Pembangunan Manusia Asia-Pasifik 2024 membagi tiga bidang utama yang menjadi fokus kebijakan:
- Memperluas pilihan masyarakat
Hal ini melibatkan penanganan pengecualian struktural dan peningkatan kemampuan manusia. Mengatasi eksklusi struktural memerlukan pencabutan undang-undang yang diskriminatif, penambahan undang-undang perlindungan, membongkar ketidakadilan historis, melawan norma, praktik, dan bias masyarakat yang merugikan, serta menangani beragam kebutuhan kelompok rentan. Selanjutnya, meningkatkan kemampuan manusia berkaitan dengan akses universal terhadap layanan dasar yang berkualitas sebagai landasan untuk berkembang dalam dunia yang kompetitif dan penuh gejolak. Hal ini mencakup akses terhadap kesehatan, pendidikan, keterampilan, dan dunia digital.
- Keamanan manusia di dunia yang lebih bergejolak
Setiap orang membutuhkan lingkungan yang aman dan stabil untuk berkembang. Untuk mencapai hal ini, diperlukan pendekatan holistik, terutama dalam empat bidang: penerapan skema perlindungan sosial, menjamin keamanan kesehatan, manajemen risiko bencana yang proaktif dan pembangunan berbasis informasi risiko, dan menjamin ketahanan pangan.
- Kewajiban terhadap generasi mendatang
Hal ini berarti mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan sosial. Para pengambil kebijakan harus fokus pada percepatan transisi energi yang adil dan mencapai net zero, berinvestasi dalam pembangunan yang berketahanan iklim, dan melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem sekaligus mengelola keuangan publik dengan lebih bertanggung jawab.
Pedoman ini merupakan gambaran umum tentang bagaimana meningkatkan pembangunan manusia di Asia-Pasifik. Namun, masih banyak strategi dan kekhususan yang perlu dieksplorasi dan diterapkan untuk menjadikan Asia dan Pasifik sebagai kawasan dengan pertumbuhan berkelanjutan bagi manusia dan planet Bumi.
“Setiap negara akan mempunyai strateginya masing-masing yang disesuaikan dengan keadaan nasional dan lokal, namun semua negara akan mendapatkan keuntungan dari pendekatan yang lebih terintegrasi yang mengutamakan masyarakat, memberikan pertumbuhan yang cerdas dan secara efektif mendorong perubahan.”
Baca laporan selengkapnya di sini.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.