Menciptakan Kesejahteraan Bersama dengan Berbagi Makanan

Foto: Dan DeAlmeida di Unsplash.
Orang-orang di sekitar kita, lingkungan tempat kita tinggal, serta informasi yang kita terima memiliki dampak besar terhadap kesehatan fisik dan mental kita. Di tengah dunia yang seolah tak pernah lepas dari krisis, muncul pertanyaan tentang bagaimana kita bisa membangun masyarakat yang saling peduli dan mendukung. Salah satu langkah awal yang dapat kita ambil adalah dengan berbagi makanan.
Dunia di Masa Krisis
Dunia menghadapi tantangan baru setiap harinya. Pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan meningkatnya biaya hidup membuat sebagian besar orang hampir selalu kekurangan uang. Laporan Bank Dunia menyatakan bahwa hampir 700 juta orang hidup dalam kemiskinan ekstrem, yang berarti mereka menghabiskan kurang dari $2,15 (sekitar Rp 40 ribu) per hari.
Pada saat yang sama, Bumi semakin panas. Tahun 2023 dan 2024 secara berturut memecahkan rekor tahun terpanas, diiringi dampak bencana yang muncul setelahnya. Pada tahun 2023, lapisan es di Greenland kehilangan sekitar 2,5 juta liter air tawar/detik, yang mengakibatkan kenaikan permukaan air laut sebesar 0,2 mm. Sementara itu, penggunaan bahan bakar fosil tetap tinggi dan deforestasi terus berlanjut.
Di Palestina, Sudan, dan banyak wilayah lainnya, orang-orang hidup dalam bahaya dan menghadapi pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan akibat pendudukan, eksploitasi, dan konflik. Masyarakat mengalami kemunduran yang mengkhawatirkan, dan menyaksikan kondisi tersebut dapat melelahkan mental dan fisik kita. Lalu, bagaimana kita dapat mengatasinya?
Berbagi Makanan untuk Kesejahteraan Bersama
Masyarakat yang saling peduli dan mendukung memiliki peran penting dalam menghadapi masa-masa sulit. Salah satu cara paling sederhana yang dapat dilakukan adalah berbagi makanan dengan sesama.
Pada tahun 2025, Laporan Kebahagiaan Dunia (WHR) mencatat peran berbagi makanan sebagai indikator kesejahteraan. Laporan ini diterbitkan oleh Wellbeing Research Centre di Universitas Oxford, bekerja sama dengan Gallup, Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan PBB, dan Dewan Editorial WHR.
Bab 3 dari laporan tersebut disusun berdasarkan survei yang dilakukan oleh Gallup terhadap lebih dari 150.000 orang di seluruh dunia. Berdasarkan pengalaman responden selama tujuh hari terakhir, ada dua pertanyaan yang diajukan: “(i) Berapa hari Anda makan siang bersama seseorang yang Anda kenal? (ii) Berapa hari Anda makan malam bersama seseorang yang Anda kenal?”
Laporan tersebut menunjukan adanya hubungan positif antara berbagi makanan dan kesejahteraan subjektif seseorang. Rata-rata, orang yang berbagi makanan setidaknya satu kali setiap minggu cenderung memiliki evaluasi hidup yang lebih tinggi, dengan peningkatan sebesar 0,2 poin pada skala 0 hingga 10.
“Perbedaan ini signifikan secara statistik dan bermakna secara praktis. Perbedaan 0,2 poin secara kasar setara dengan perbedaan lima peringkat dalam ranking kebahagiaan global yang disajikan dalam Bab 2,” kata para penulis laporan tersebut. Peringkat tersebut menggambarkan evaluasi kehidupan rata-rata penduduk suatu negara berdasarkan berbagai faktor kehidupan.
Peningkatan berbagi makanan juga berkorelasi dengan peningkatan evaluasi hidup, meskipun efeknya bersifat halus dan tidak merata. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa berbagi makanan dapat meningkatkan hubungan sosial. Sebagai contoh, negara yang memiliki frekuensi berbagi makanan yang lebih tinggi cenderung menunjukkan tingkat dukungan sosial yang lebih baik, timbal balik yang positif, serta tingkat kesepian yang lebih rendah.
Mencari Kenyamanan dalam Masyarakat
Meskipun temuan saat ini menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagi makanan, kesejahteraan, dan hubungan sosial, masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengeksplorasi lebih jauh berbagai faktor yang mempengaruhi aspek-aspek tersebut serta kebijakan yang dapat diterapkan.
Bagaimanapun juga, jika memungkinkan, melebur dengan masyarakat untuk mencari penghiburan dan kenyamanan selama masa-masa sulit dapat membantu kita menghalau kesepian. Sementara itu, para pemimpin dunia, pemerintah, dan aktor-aktor penting lainnya di seluruh dunia harus bertanggung jawab serta mengambil tindakan nyata untuk mengakhiri krisis dan menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih aman untuk semua.
Penerjemah: Kesya Arla
Editor: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Terima kasih telah membaca!
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia. Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional sekaligus mendukung keberlanjutan finansial Green Network Asia untuk terus memproduksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.