5 Aktor Sistem Pangan Yang Mengambil Ikrar 123 untuk Mengurangi Kehilangan & Pemborosan Makanan
 
                Foto oleh Marco Verch di Flickr.
Bahwa kita semua membutuhkan makanan, itu sederhana. Yang rumit adalah sistem pangannya. Perubahan iklim dan krisis ekonomi di seluruh dunia terus mengancam ketahanan pangan dan gizi. Di sisi lain, produksi pangan merusak lingkungan, dan kehilangan & pemborosan makanan berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca empat kali lebih besar dari penerbangan tahunan.
Menurut Liz Goodwin dari World Resources Institute, “Kehilangan dan pemborosan pangan mendorong hingga 10% emisi gas rumah kaca yang memanaskan Bumi, namun hanya segelintir negara yang menyebutnya dalam rencana iklim nasional mereka. Tak satu pun dari penyumbang emisi terbesar di dunia ada dalam daftar itu.”
Di tengah situasi itu, beberapa aktor dalam sistem pangan telah mengambil Ikrar 123 untuk mengurangi kehilangan dan pemborosan pangan (Food Loss and Waste/FLW).
Ikrar 123
Ikrar 123 berfokus pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 12 Target 3 terkait pengurangan separuh limbah makanan dan kehilangan makanan untuk Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab. Merupakan tantangan bagi pemerintah, bisnis, institusi, dan aktor lainnya dalam sistem pangan untuk melawan kehilangan dan pemborosan makanan dengan melakukan langkah-langkah nyata.
Ajakan ini dikoordinasikan oleh Champions 12.3, Program Lingkungan PBB (UNEP), dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Ada persyaratan ketat untuk memastikan dampak, kemajuan, dan transparansi. Selain itu, komitmen harus baru, terukur, terikat waktu, dan menyertakan sudut iklim.
Ragam Pemangku Kepentingan dalam Sistem Pangan
Organisasi dan individu yang telah mengambil Ikrar 123 berasal dari berbagai kelompok pemangku kepentingan. Mulai dari perusahaan rintisan (startup) hingga pemerintah, berikut adalah beberapa aktor dalam sistem pangan dan komitmen Ikrar 123 mereka:
- World Resources Institute – Bekerja melalui Champions 12.3 dengan perusahaan yang berhubungan dengan petani untuk membantu 200.000 petani kecil mulai mengatasi kehilangan pangan di lahan pertanian dan dekat lahan pertanian pada akhir tahun 2024. Pada tahun 2030, tujuannya adalah agar petani tersebut mengurangi separuh lahan pertanian dan kerugian pertanian.
- Pemerintah Belanda – Membuat Strategi Farm to Fork lebih ambisius di tingkat Uni Eropa, yang mencakup seluruh rantai makanan.
- Too Good to Go – Mendorong dan mendukung pemerintah di 10 negara untuk membentuk dan meningkatkan langkah-langkah kebijakan terkait limbah makanan melalui keterlibatan public affair; menyelamatkan 1 miliar kantong makanan berlebih melalui aplikasi seluler; dan meningkatkan kesadaran akan limbah makanan dengan 250 juta konsumen melalui kampanye kesadaran.
- GreenPod Labs – Mengawetkan 10 juta ton buah dan sayuran di India pada tahun 2027. Organisasi ini menggunakan ekstrak tumbuhan alami untuk mengaktifkan mekanisme pengawetan, yang memperlambat pematangan dan meminimalkan pertumbuhan mikroba.
- Steven M. Finn dari LeanPath – Mengembangkan kursus tingkat pascasarjana dan konten webinar/blog untuk meningkatkan kesadaran dan mendidik warga secara langsung tentang ruang lingkup dan skala tantangan limbah makanan, urgensinya, serta inisiatif solusi & perubahan.
“Komitmen dari semua pemangku kepentingan – mulai dari pemerintah, perusahaan sektor swasta, produsen kecil, dan masyarakat sipil hingga konsumen – akan diperlukan jika kita ingin mengatasi masalah FLW dan mencapai aspirasi Agenda 2030,” kata Máximo Torero Cullen dari FAO.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
 
  Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Jadi Member SekarangNaz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

 
                        
 Menjadi Jembatan Keberlanjutan: Strategi Manajer Madya di Tengah Kelembaman dan Desakan Perubahan
                                    Menjadi Jembatan Keberlanjutan: Strategi Manajer Madya di Tengah Kelembaman dan Desakan Perubahan                                 Bagaimana Mineral Kritis Dapat Mendukung Transisi Energi Berkeadilan di Global South
                                    Bagaimana Mineral Kritis Dapat Mendukung Transisi Energi Berkeadilan di Global South                                 Mengulik Isu Penurunan Muka Tanah Pesisir Jawa
                                    Mengulik Isu Penurunan Muka Tanah Pesisir Jawa                                 Kebangkitan Pertanian Permakultur Lokal di India
                                    Kebangkitan Pertanian Permakultur Lokal di India                                 Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi
                                    Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi                                 Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan
                                    Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan