Menengok Program Makanan Sekolah dari WFP untuk Anak-Anak di Kamboja
Bagi anak sekolah, makanan yang cukup dan bernutrisi akan membantu mereka dalam berkonsentrasi dan belajar. Sayangnya, masih banyak anak yang berangkat ke sekolah dengan perut kosong, termasuk di Kamboja. Atas persoalan tersebut, World Food Programme (WFP) telah mengadakan program makanan sekolah bagi anak-anak di Kamboja, bekerja sama dengan pemerintah negara setempat. Berjalan sejak 1999, bagaimana hasil dari program tersebut?
Malnutrisi di Kamboja
Malnutrisi pada anak-anak masih menjadi tantangan di Kamboja. UNICEF menyatakan bahwa 32% anak Kamboja di bawah usia 5 tahun mengalami stunting, dan 10% tidak memiliki berat badan yang sesuai dengan tinggi badan mereka. Kekurangan makanan, nutrisi, air, dan sanitasi yang layak berkontribusi terhadap kondisi ini.
Celakanya, darurat nutrisi di Kamboja berkaitan erat dengan kasus putus sekolah dan ketimpangan gender. Banyak anak yang berangkat ke sekolah dalam keadaan lapar, sehingga mengakibatkan rendahnya konsentrasi dan produktivitas mereka di sekolah. Selain itu, banyak anak, terutama anak perempuan, seringkali terpaksa putus sekolah untuk membantu perekonomian keluarga atau melakukan tugas-tugas rumah tangga.
WFP memandang bahwa untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan program sekolah multi-sektoral. WFP telah aktif di Kamboja sejak tahun 1979, memberikan bantuan dalam keadaan darurat berupa makanan dan nutrisi. Salah satunya dengan menerapkan program makanan sekolah.
Program Makanan Sekolah
Program makanan sekolah di Kamboja dimulai pada tahun 1999. WFP bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kamboja serta Dewan Perlindungan Sosial Nasional Kamboja dalam menyediakan makanan untuk anak-anak pra-sekolah dasar dan sekolah dasar. Selain memenuhi kebutuhan nutrisi mereka, makanan ini juga bertujuan untuk memberikan insentif kepada orang tua agar menyekolahkan anak mereka.
“Makanan meningkatkan kepercayaan mereka terhadap sekolah,” kata Eam Sokhan, kepala Sekolah Dasar Doun Aov di Distrik Angkor Thom, Provinsi Siem Reap. “Mereka menaruh kepercayaan pada kami, dan kami merasa sangat termotivasi.”
Pada tahun 2014, program ini dikembangkan dengan memasukkan bahan-bahan lokal untuk makanan, meningkatkan perekonomian lokal, mendorong kepemilikan masyarakat, dan menciptakan lapangan kerja.
Pada tahun 2022, program ini telah menyediakan makanan hangat setiap pagi kepada 215.300 anak sekolah di Kamboja. Selain itu, 70% sekolah di Kamboja mendapatkan bahan-bahannya dari petani lokal dan petani kecil. Program ini juga memfasilitasi sekolah dengan rehabilitasi infrastruktur sanitasi, dan membekali tenaga pendidikan dan otoritas sekolah dengan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola program.
Pendekatan Multisektoral
Tantangan yang dihadapi Kamboja di bidang pendidikan, nutrisi, dan ketimpangan gender menggambarkan bagaimana isu-isu pembangunan berkelanjutan saling terkait. Program makanan sekolah yang dilakukan oleh WFP dan pemerintah Kamboja menunjukkan betapa pentingnya pendekatan multi-sektoral dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut dengan tidak meninggalkan siapa pun.
“Makanan di sekolah berkontribusi terhadap pengembangan sumber daya manusia di Kamboja, terutama anak-anak dari keluarga termiskin. Memiliki akses pendidikan akan membantu mereka memutus siklus kemiskinan dari generasi ke generasi,” kata Narith Chan, Sekretaris Jenderal Dewan Perlindungan Sosial Nasional Kamboja.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.