Perjalanan Pertamina Menuju Energi Hijau untuk Indonesia 4.0
Dari hari ke hari, ajakan untuk beralih ke energi hijau semakin sering terdengar. Perubahan gaya hidup menuju energi hijau untuk mendukung keberlanjutan atau “sustainability” tentu akan turut mempengaruhi permintaan pasar akan minyak dan gas (migas). Pertamina menyadari bahwa hal ini akan membuka peluang pengembangan bisnis di masa depan; Pertamina menuju energi hijau.
PT Pertamina adalah BUMN yang bisnis utamanya saat ini masih berada di bidang migas. Perusahaan ini menjadi satu dari 156 perusahaan Indonesia yang terpilih untuk mengikuti pameran di Hannover Messe 2021 April lalu, dan memamerkan produk yang menunjukkan upaya adaptasi menuju energi hijau.
Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
Hannover Messe merupakan salah satu pameran dagang terbesar di dunia yang diadakan di Hannover, Jerman. Namun, kali ini perhelatan tersebut musti dilakukan secara digital karena Indonesia sebagai Negara Mitra Resmi masih bergelut menghadapi COVID-19. Dengan mengusung “Making Indonesia 4.0” sebagai tema, Indonesia mempersembahkan sepuluh inisiatif nasional lintas sektor, dan salah satunya mengakomodasi standar keberlanjutan.
Produk Pertamina yang ditampilkan pada Hannover Messe 2021 menunjukkan upaya inovatif dan adaptif dari perusahaan untuk mendukung pembangunan New, Renewable Energy and Energy Conservation (NREEC)—Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi. Pertamina memiliki potensi dalam pembangunan berkelanjutan, terutama untuk pengadaan energi ramah lingkungan.
Di antara progres yang telah dibuat, Pertamina telah menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 27,08 persen pada 2020. Selain itu, pemasangan pembangkit listrik tenaga surya di 63 SPBU Pertamina, pembangkit listrik tenaga surya dan angin di Cilacap, serta Sistem Rumah Tenaga Surya untuk 500 rumah tangga di Dusun Tepian Tarakan juga menjadi langkah paling nyata yang telah dilakukan Pertamina.
Menuju Energi Hijau
Potensi Pertamina untuk mengembangkan energi terbarukan mencakup proyek peningkatan energi hingga 23% di Indonesia pada 2026. Proyek ini terdiri dari 5,7 GW pembangkit listrik tenaga gas; 1,1 GW energi geotermal; 3,4 GW pembangkit listrik tenaga surya, bioenergi, air, dan angin; dan 30,2 GWh baterai kendaraan listrik. Pertamina telah menyediakan pendanaan sekitar 6,96 miliar dolar Amerika.
“Penerapan ESG (Environmental, Social, and Governance) pada semua lini bisnis akan mendorong keseimbangan dan pelestarian alam (Environmental), berkontribusi dalam menyediakan akses energi dan pemberdayaan masyarakat (Social), sebagaimana menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (Governance). Penerapan ESG juga akan menciptakan nilai keberlanjutan jangka panjang dan berdampak secara positif terhadap perusahaan, masyarakat, dan dunia,” kata Emma Sri Martini, Direktur Keuangan Pertamina dan salah satu ESG Implementation Team Leaders di Hannover Messe 2021.
Editor dan Penerjemah: Marlis Afridah
Sumber: Laporan Keberlanjutan “Sustainability Report” Pertamina 2020
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten ini bermanfaat, pertimbangkan join “Membership Individu Tahunan Green Network Asia – Indonesia” untuk mendapatkan akses online tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang menampilkan wawasan seputar pembangunan berkelanjutan dari multi-stakeholder di pemerintahan, bisnis, dan masyarakat sipil di Indonesia dan dunia.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Ia adalah seorang penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif berpengalaman dengan portofolio selama hampir satu dekade.