Potensi dan Kekuatan Fandom K-pop sebagai Komunitas Global
Foto oleh Weverse.
Pembangunan berkelanjutan tumbuh subur dalam semangat kolaborasi. Setiap orang dari segala usia dari setiap lapisan masyarakat di setiap sudut dunia memiliki peran di dalamnya. Ada sekelompok orang dengan potensi kekuatan besar yang masih sering diabaikan, diremehkan, bahkan diabaikan. Mereka adalah fandom K-pop
Industri K-pop sendiri didesain agar berkembang dengan keterlibatan. Perusahaan hiburan Korea membuat artis K-pop, biasanya disebut idola, terlibat dengan penggemarnya melalui acara dan konten di luar musik.
Namun, interaksi idola-penggemar bukanlah satu-satunya hasil dari skenario ini. Interaksi dan keterlibatan di antara penggemar artis yang sama – yang disebut fandom – didorong dan berkembang. Dengan model ini, K-pop secara unik pas untuk melahirkan komunitas akar rumput. Fandom K-pop bersifat global, berbasis komunitas, dan sangat terikat.
Tampil dan Bergerak
Pada Juni 2020, Variety melaporkan bahwa BTS dan perusahaan manajemennya, BigHit Entertainment, mendonasikan $1 juta untuk Black Lives Matter. Dalam waktu kurang dari 24 jam, fandom BTS – ARMY – telah mengumpulkan, memobilisasi, dan menyamai donasi $1 Juta itu dengan gerakan dari 35.609 donor di seluruh dunia.
Proyek penting lainnya adalah oleh Bangtan India, basis penggemar BTS ARMY di India. Mereka mengorganisir donasi untuk COVID Relief India, mengumpulkan lebih dari 20 lakh INR (sekitar $29.200 pada saat itu) dalam satu hari.
Tidak hanya BTS dan BTS ARMY yang berskala besar, fandom yang lebih kecil dari grup yang lebih kecil juga mengambil bagian dalam proyek donasi. Misalnya, fandom Dreamcatcher – InSomnia – mendonasikan 460.000 KRW ($373) ke Korea Green Fund untuk merayakan ulang tahun ke-6 Dreamcatcher di tahun 2023. Proyek ini pas mengingat Dreamcatcher berada di tengah konsep apokaliptik yang meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim.
Ulang tahun idola K-pop juga menjadi kesempatan bagi penggemar untuk menyumbang atas nama idola mereka. Penggemar Irene dari grup Red Velvet mendonasikan lebih dari $1.300 kepada Korean Unwed Mothers’ Families Association (KUMFA) untuk ulang tahunnya pada tahun 2022. Ini adalah donasi kedua mereka ke KUMFA setelah donasi $2.000 untuk ulang tahun Irene pada tahun 2021.
Selain uang, penggemar K-pop juga menunjukkan potensi mereka dengan berkumpul, tampil, dan bergerak. Saat protes terjadi di seluruh AS untuk Black Lives Matter, penggemar K-pop membanjiri aplikasi yang dibuat untuk menerima laporan aktivitas protes di Dallas oleh Departemen Kepolisian Dallas. Pada tahun 2021, SDG Moment mencatat penayangan tertinggi dari sesi pembukaan di mana BTS berbicara dan tampil dengan 6,5 juta views.
Bukan Sarang
Fandom adalah komunitas, bukan sarang. Mereka berkumpul karena minat yang sama dalam musik, tetapi pada dasarnya, mereka adalah orang yang berbeda dengan ideologi dan opini yang berbeda. Namun, komunitas global ini telah berkali-kali membuktikan kekuatan mereka untuk bersatu demi tujuan yang baik. Secara keseluruhan, ada banyak hal yang harus dipelajari tentang bagaimana komunitas-komunitas ini bergerak dan, mungkin, juga banyak yang harus diajarkan untuk membuat gerakan mereka lebih berkelanjutan dan berdampak pada pembangunan dunia.
Artikel ini diterbitkan untuk merayakan Hari Keterikatan Komunitas Sedunia (Global Community Engagement Day) pada tanggal 28 Januari.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Join Membership Green Network Asia – Indonesia
Jika Anda menilai konten ini bermanfaat, dukung gerakan Green Network Asia untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia. Dapatkan manfaat khusus untuk pengembangan pribadi dan profesional.
Jadi Member SekarangNaz is the Manager of International Digital Publications at Green Network Asia. She is an experienced and passionate writer, editor, proofreader, translator, and creative designer with over a decade of portfolio. Her history of living in multiple areas across Southeast Asia and studying Urban and Regional Planning exposed her to diverse peoples and cultures, enriching her perspectives and sharpening her intersectionality mindset in her storytelling and advocacy on sustainability-related issues and sustainable development.

UU KUHAP 2025 dan Jalan Mundur Perlindungan Lingkungan
Wawancara dengan Eu Chin Fen, CEO Frasers Hospitality
Meningkatkan Akses terhadap Fasilitas Olahraga Publik di Tengah Tren Gaya Hidup Sedenter
Langkah Pemerintah Inggris dalam Mengatasi Pengangguran Kaum Muda
Mengarusutamakan Solusi Berbasis Alam untuk Reformasi Manajemen Risiko Bencana
Mengupayakan Sirkularitas Pusat Data melalui Pemulihan Panas Buangan