Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • ESG
  • Muda
  • Dunia
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Degradasi Sungai dan Petaka Lain Akibat Mencairnya Permafrost

Mencairnya permafrost di Kutub Utara menimbulkan berbagai ancaman serius, termasuk degradasi sungai dan kenaikan suhu global.
Oleh Dinda Rahmania dan Nazalea Kusuma
3 Juni 2024
sungai yang mengering dengan bebatuan yang terlihat dengan latar belakang gunung

Foto: Angela Malagón di Unsplash.

Sepanjang sejarah kehidupan, sungai merupakan sumber daya penting, yang menyediakan air dan makanan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai juga merupakan rumah bagi berbagai spesies akuatik dan makhluk lain yang hidup di sepanjang tepi sungai. Namun, perubahan iklim telah menimbulkan ancaman serius terhadap sungai. Di Arktik, mencairnya permafrost menyebabkan degradasi sungai dan banyak dampak lainnya.

Permafrost dan Pemanasan Global

Permafrost (ibun abadi) adalah tanah dengan sedimen yang tetap membeku selama ratusan ribu tahun dan sebagian besar ditemukan di Belahan Bumi Utara. Ibun abadi terbentuk ketika air di dalam tanah berubah menjadi es dan memerangkap bahan organik dan gas. 

Tanah di wilayah ibun abadi utara mengandung sekitar 1.460-1.600 miliar metrik ton karbon organik. Jumlah tersebut sekitar dua kali lipat jumlah karbon yang ada di atmosfer saat ini. Ketika Arktik menghangat dan permafrost mencair, reservoir karbon yang sensitif terhadap iklim ini akan menjadi rentan. 

Arktik telah mengalami pemanasan empat kali lebih cepat dibandingkan wilayah lain di dunia, yang menyebabkan permafrost mencair dengan cepat. Mencairnya permafrost akan menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan, salah satuanya pelepasan karbon dari bahan organik yang sebelumnya membeku. Ketika terkena suhu yang lebih hangat, bahan organik tersebut akan terurai. Dalam prosesnya, karbon dioksida dan metana akan dilepaskan, yang merupakan gas rumah kaca kuat yang mempercepat pemanasan global. 

Mencairnya Permafrost dan Degradasi Sungai

sungai yang mengalir melalui hutan hijau subur
Foto: Grace Simoneau di Unsplash.

Selain itu, pencairan lapisan es meningkatkan aliran air melalui tanah. Akibatnya, bahan kimia dan logam yang tersimpan di dalam tanah terbawa oleh air, sehingga mengubah kualitas air sungai dan berpotensi berdampak pada ekosistem dan pasokan air.

Di Alaska, para peneliti telah mengamati melalui citra satelit keberadaan sungai berwarna karat. Fenomena ini pertama kali tercatat pada tahun 2018 dan dikaitkan dengan mencairnya permafrost. Hingga Mei 2024, para peneliti telah mengidentifikasi 75 sungai dan aliran sungai yang berubah warna menjadi oranye. Beberapa di antaranya telah ternoda begitu dalam sehingga tampilan barunya yang berkarat terlihat bahkan dalam gambar yang diambil dari luar angkasa.

Permafrost yang mencair akan melepaskan asam dan logam seperti nikel, tembaga, dan besi ke dalam air dan udara. Logam-logam ini, terutama besi, mengalami proses karatan bila terkena air dan oksigen sehingga membuat sungai berwarna oranye kecoklatan dan berlumpur. 

Kehadiran asam sulfat dan logam dapat mengubah air tawar menjadi asam seperti cuka. Keadaan air seperti ini dapat menyebabkan kematian pada tumbuhan, hewan, dan manusia bila dikonsumsi atau disentuh berulang kali. Sungai-sungai, yang kini lebih asam dan mengandung logam, menimbulkan ancaman fatal bagi satwa liar dan masyarakat lokal. 

Mendorong Aksi

Jon O’Donnell, ahli ekologi terkemuka dalam penelitian sungai Alaska, menyatakan bahwa kejadian ini berpotensi meluas. Ia menjelaskan, “Seiring dengan pemanasan iklim, kami mengantisipasi pencairan permafrost akan terus berlanjut, yang berarti di mana pun mineral-mineral ini berada, ada kemungkinan aliran sungai akan berubah warna menjadi oranye dan terdegradasi.” 

Selain degradasi sungai, mencairnya permafrost juga menyebabkan banjir, krisis air, dan pelepasan gas rumah kaca yang sebelumnya membeku serta patogen yang berpotensi berbahaya. Dampak yang terus berlanjut ini menimbulkan ancaman serius terhadap keberlangsungan hidup dan kesejahteraan manusia, keanekaragaman hayati, dan bahkan Bumi. 

Dengan situasi ini, membatasi kenaikan suhu global tetap 1,5°C mesti menjadi prioritas karena setiap peningkatan yang sangat kecil dapat mengakibatkan kerusakan seperti yang disebabkan oleh mencairnya permafrost di Arktik. Selain dekarbonisasi sebagai langkah utama, langkah-langkah pencegahan untuk menahan pencairan permafrost dan melestarikan sungai juga harus dilakukan. Tak hanya itu, penting juga membangun sistem untuk melindungi komunitas lokal dan satwa liar yang hidup di dalam dan sekitar ekosistem sungai. Terakhir, penelitian dan intervensi kebijakan yang berkelanjutan sangat penting untuk mengatasi masalah ini secara efektif demi keberlanjutan permafrost, sungai, dan semua yang bergantung padanya. 

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan GNA Indonesia.

Langganan Anda akan memberikan akses ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, memperkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda sekaligus mendukung kapasitas finansial Green Network Asia untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.

Pilih Paket Langganan

Dinda Rahmania
Reporter at Green Network Asia | Website |  + posts Bio

Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis seputar isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.

  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Mengurangi Limbah Elektronik dengan Material yang Dapat Didaur Ulang dan Diperbaiki
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Singapura Luncurkan Alat Pelaporan ESG Otomatis
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    PUA-DEM: Model Komputer yang Lebih Akurat untuk Prediksi Longsor
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Memahami Prinsip Bisnis dan HAM (BHR) untuk Keseimbangan HAM dan Keuntungan
Nazalea Kusuma
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + posts Bio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengatasi Tantangan dalam Implementasi Adaptasi Berbasis Ekosistem (EbA)
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Polusi Cahaya dan Dampaknya terhadap Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Menurunnya Keterampilan Literasi Orang Dewasa di Seluruh Dunia

Continue Reading

Sebelumnya: Mengurangi Risiko Bencana dengan Sistem Peringatan Dini Berbasis Komunitas
Berikutnya: Urgensi untuk Mengakhiri Kekerasan di Lingkungan Pendidikan

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

Sekelompok laki-laki muda berfoto bersama seorang ibu di depan sebuah rumah. Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh

Oleh Naufal Akram
25 Agustus 2025
buku terbuka Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan
  • Kolom IS2P
  • Opini
  • Partner
  • Unggulan

Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan

Oleh Yanto Pratiknyo
25 Agustus 2025
kubus kayu warna-warni di atas jungkat-jungkit kayu Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama

Oleh Abul Muamar
22 Agustus 2025
penggiling daging di peternakan Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan

Oleh Brian Cook
22 Agustus 2025
dua orang sedang menandatangani dokumen di atas meja Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030

Oleh Abul Muamar
21 Agustus 2025
sekelompok perempuan dan dua laki-laki berfoto bersama. Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor

Oleh Sahal Mahfudz
21 Agustus 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia