Upaya Konservasi Kukang oleh IAR Indonesia
Kehidupan manusia sangat bergantung pada lingkungan. Namun, aktivitas manusia hampir selalu mempengaruhi kondisi lingkungan, dan tak jarang merusaknya. Kerusakan lingkungan menyebabkan kehidupan satwa liar dan habitatnya menjadi terancam, termasuk kukang, yang termasuk hewan dilindungi. Di Indonesia, ada berbagai upaya konservasi kukang, salah satunya dilakukan oleh Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi (IAR) Indonesia.
Kukang di Tengah Ancaman Kepunahan
Kukang adalah mamalia primata dari keluarga lorisidae yang memiliki kepala bulat, bertubuh kecil, dan berekor pendek. Ciri khas hewan nokturnal berwajah imut ini adalah pergerakannya yang lambat dan matanya yang besar dan berbinar. Selain itu, garis berwarna coklat atau abu pucat pada lingkar mata, kepala bagian atas, dan punggungnya yang kontras dengan warna bulu di bagian wajahnya juga menjadi ciri khas lain hewan yang dikenal pemalu ini.
Kukang berhabitat asli di kawasan hutan hijau dan hutan hujan tropis dan sebagian di hutan bambu dan hutan mangrove. Di seluruh dunia, terdapat sembilan jenis kukang (genus Nycticebus) yang telah tercatat. Tiga di antaranya yang hidup di Indonesia adalah Kukang Sumatera (Nycticebus coucang), Kukang Kalimantan (Nycticebus menagensis) dan Kukang Jawa (Nycticebus javanicus).
Dalam Daftar Merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN Red List), populasi ketiga jenis kukang di Indonesia mengalami tren penurunan. Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) bahkan masuk dalam klasifikasi Critically Endangered (Terancam punah), sedangkan Kukang Kalimantan (Nycticebus menagensis) dan Kukang Sumatera (Nycticebus coucang) masuk klasifikasi Endangered (Terancam). Sementara dalam status CITES (Convention on International Trade of Endangered Species), kukang masuk dalam Apendiks I (dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional).
Perburuan dan perdagangan kukang untuk dijadikan hewan peliharaan menjadi salah satu faktor utama penurunan populasi kukang, di samping perubahan iklim dan kerusakan habitat. Hewan yang memiliki bisa itu banyak diburu dan diperjualbelikan di berbagai tempat. Data Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi IAR Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2015, terdapat sekitar 200 kukang ditawarkan di tujuh pasar besar di empat kota besar di Indonesia. Sementara pada tahun 2016, sebanyak 625 kukang diperdagangkan oleh 50 grup jual beli hewan di media sosial Facebook, dengan harga rata-rata Rp350-500 ribu.
Upaya Konservasi Kukang oleh IAR Indonesia
Konservasi kukang oleh IAR Indonesia meliputi penyelamatan, perawatan medis, rehabilitasi, pelepasliaran, dan monitoring. IAR Indonesia adalah lembaga non-profit yang bergerak di bidang kesejahteraan, perlindungan dan pelestarian satwa liar di Indonesia. Sejak 2008, IAR berupaya melindungi kukang dari kepunahan dengan fokus merawat kukang yang menjadi korban perburuan, perdagangan, dan pemeliharaan. Dalam 12 belas tahun, IAR mengklaim telah menyelamatkan dan melepasliarkan lebih dari 3.000 kukang.
Sayangnya, banyak kukang yang diterima oleh IAR Indonesia berada dalam kondisi kesehatan yang buruk, seperti kerusakan gigi akibat dipotong paksa oleh manusia, malnutrisi, infeksi kulit, dan cacingan, sehingga tidak semuanya dapat diselamatkan. Menjadi hewan peliharaan dalam waktu yang lama membuat banyak kukang tidak dapat dipulangkan ke habitat asli karena telah kehilangan insting liarnya.
“Pembelian kukang untuk peliharaan membuat perdagangan tetap berlangsung. Itu akan menjadi contoh dan daya tarik bagi orang sekitarnya untuk melakukan hal yang sama. Bahkan dampak buruknya akan bertambah jika kukang peliharaan dipamerkan di media sosial, membuat orang yang melihat ingin ikut memelihara,” ujar Direktur Program IAR Indonesia, Karmele Llano Sanchez.
Selain konservasi kukang, IAR juga memiliki program konservasi orangutan; program edukasi yang meliputi kampanye konservasi, beasiswa, dan pelatihan siswa; serta program perlindungan habitat dan satwa liar.
Kukang Bukan untuk Dipelihara
Kita semua dapat berperan dan boleh jadi bertanggung jawab dalam upaya konservasi kukang untuk menyelamatkan hewan tersebut dari kepunahan. Satu langkah paling mudah adalah tidak menjadikannya hewan peliharaan. Menghentikan keinginan atau obsesi untuk memiliki kukang di rumah dapat sangat membantu memutus mata rantai perburuan dan perdagangan kukang. Di samping itu, langkah-langkah edukasi, penegakan hukum yang tegas, dan konservasi perlu ditingkatkan melalui kerjasama dan sinergi antarpemangku kepentingan, baik pemerintah maupun swasta.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.