ARMY dan KPOP4PLANET Desak Hyundai Mundur dari Kemitraan dengan Adaro
Komunitas terbangun dan bergerak atas dasar keterikatan. Dasar itu memungkinkan komunitas untuk memperhatikan, mengawasi, hingga mengkritik suatu hal yang berkaitan dengan entitas yang menyatukan mereka.
Baru-baru ini, komunitas penggemar BTS di Indonesia (ARMY Indonesia) bersama platform KPOP4PLANET melayangkan surat terbuka kepada Hyundai Motor Company, produsen otomotif asal Korea Selatan. Surat terbuka itu berisi desakan kepada Hyundai untuk mundur dari kemitraan dengan perusahaan pertambangan PT Adaro Minerals Indonesia yang berencana membangun PLTU batu bara berkapasitas 1,1 GW di Kalimantan Utara. PLTU batu bara itu akan menjadi sumber energi untuk memproduksi aluminium yang dibutuhkan oleh Hyundai.
Kemitraan Hyundai dengan Adaro
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan permintaan aluminium di antara para produsen otomotif global seiring meningkatnya tren kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Tidak ingin tertinggal dalam ceruk bisnis yang satu ini, Hyundai pun ingin memastikan pasokan aluminium untuk produksi kendaraan mereka terjaga.
Pada November 2022 di sela-sela pertemuan B20 di Bali, Hyundai menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Adaro untuk menjamin pasokan aluminium yang stabil. Dalam MoU tersebut, Hyundai dapat membeli aluminium dari Adaro dengan jumlah maksimum 100.000 ton per tahun. Adaro akan memproduksi dan memasok aluminium untuk Hyundai melalui perusahaan anaknya, PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI). Ada juga negosiasi pertama mengenai pembelian aluminium rendah karbon yang diproduksi KAI di masa mendatang.
Hyundai berencana menggunakan alumunium dari smelter Adaro untuk produksi mobilnya, di mana mereka mengklaim smelter tersebut “ramah lingkungan” karena akan ditenagai oleh PLTA dari Sungai Kayan. Namun, dari perencanaan dan jadwal proyeknya, PLTA tersebut baru akan tersedia pada tahun 2029. Sementara pada tahap pertama, smelter Adaro masih bergantung pada energi batu bara.
Reaksi Penggemar K-Pop
Kerja sama tersebut bertolak belakang dengan pengumuman Hyundai pada Juli 2021, di mana perusahaan Korea Selatan itu berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon dalam operasi globalnya dan menjadi bagian dari RE100. Hyundai menyatakan rencana mereka untuk beralih dari energi fosil dan menggunakan energi terbarukan seperti energi matahari dan angin untuk mencapai target karbon netral pada 2045.
Hal inilah yang menjadi sorotan ARMY Indonesia dan KPOP4PLANET. Melalui surat terbuka, mereka mendesak Hyundai, yang menggandeng BTS sebagai brand ambassador mobil listrik Ioniq EV, untuk mundur dari kerja sama tersebut. Surat terbuka dilengkapi dengan petisi yang meminta perusahaan untuk mengungkapkan sumber energi produksinya. Surat terbuka dan petisi ini merupakan bagian dari kampanye KPOP4PLANET ‘Hyundai, Drop Coal’ yang terinspirasi dari lagu ’Mic Drop’.
“Hyundai adalah salah satu merek yang kita pikirkan ketika mendengar kalimat ‘kendaraan ramah lingkungan’, terutama setelah idola kami menjadi representasi dan secara aktif membicarakan merek tersebut. Itulah mengapa kami mendorong Hyundai untuk menjalankan prinsip mereka dan mundur dari proyek yang tidak hanya membahayakan lingkungan tetapi juga merugikan masyarakat lokal,” kata Nurul Sarifah, aktivis KPOP4PLANET.
Beberapa penggemar K-Pop juga turut bereaksi atas kerja sama Hyundai dengan Adora ini. Inez, seorang SONE–sebutan untuk penggemar dari Girls’ Generation–mengatakan, “Saya selalu mengira Hyundai adalah merek yang peduli dengan lingkungan tapi saya terkejut dan kecewa ketika melihat berita tersebut.”
Sharon, organizer dari BTS ARMY Help Center Indonesia, berujar, “Kami telah melihat dan mengalami sendiri dampak dari bencana iklim. Mulai dari banjir, polusi udara, kekeringan, dan banyak lagi. Kami tidak ingin PLTU baru nantinya menambah runtutan panjang bencana ini. Kami ingin hidup di bumi yang sehat, dan seperti kata idola kami, kami ingin menjadi welcome generation.”
Perlu Konsistensi Komitmen
Kepedulian terhadap keberlangsungan Bumi dan komitmen keberlanjutan memerlukan konsistensi dalam setiap kebijakan, tindakan, dan langkah yang diambil. Tanpanya, komitmen yang diumbar hanya akan jatuh pada jurang greenwashing yang akan membahayakan dan merugikan banyak pihak, termasuk institusi/organisasi atau perusahaan yang mengusung komitmen itu sendiri.
“Hipokrit bagi Hyundai untuk mengklaim dirinya sebagai pemimpin dalam memasok mobil listrik tapi di saat yang bersamaan membeli aluminium yang diproduksi oleh energi kotor. Rencana Hyundai untuk membeli aluminium Adaro yang diproduksi PLTU baru adalah sebuah bencana bagi iklim dan dapat melemahkan komitmen perusahaan untuk mencapai karbon netral di 2045,” kata Nabilla Gunawan, Juru Kampanye Market Forces.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.