Parade untuk Mendorong Fesyen Berkelanjutan dengan Kain Berpewarna Alami
Manusia membutuhkan pakaian untuk berbagai tujuan; mulai dari menutupi tubuh, memperindah penampilan, hingga sebagai identitas budaya. Namun, industri pakaian berkontribusi signifikan terhadap perubahan iklim dan polusi mikroplastik dunia. Merespons persoalan itu, Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) berkolaborasi dengan Hutan Itu Indonesia menggelar parade #BanggaBuatanIndonesia untuk mendorong fesyen berkelanjutan (eco-fashion) dengan menormalkan penggunaan kain nusantara berbasis alam serta mendukung pemberdayaan UMKM daerah.
Dampak Lingkungan Industri Fesyen
Industri fesyen bertanggung jawab terhadap sekitar 8-10% dari total emisi karbon dunia, lebih besar dibanding gabungan seluruh emisi yang dihasilkan dari penerbangan internasional dan pelayaran maritim. Bahkan, emisi karbon dari industri pakaian diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga 50% pada tahun 2030 jika tidak ada perbaikan dalam proses produksinya.
Selain itu, penelitian menemukan bahwa produksi pakaian dunia menghasilkan sekitar 20% air limbah di seluruh dunia dari pewarnaan dan pengolahan kain. Dan setiap tahunnya, setengah juta ton serat mikro plastik dibuang ke laut, setara dengan 50 miliar botol plastik.
Dampak lingkungan dari industri fesyen semakin menjadi-jadi semenjak munculnya tren fast fashion, di mana banyak toko pakaian murah yang menawarkan model baru dalam periode yang singkat. Ironisnya, di tengah konsumsi yang meningkat, jumlah pakaian yang didaur ulang tak sampai 1%, dan banyak pakaian yang berakhir di tempat pembuangan sampah.
Di tengah kondisi tersebut, muncul gerakan untuk mendukung dan mengarusutamakan fesyen berkelanjutan. Tak hanya tentang bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan, fesyen berkelanjutan juga mensyaratkan seluruh rantai nilai selaras dengan aspek Keberlanjutan, termasuk pemberian upah yang layak untuk para pekerja dan bayaran yang adil untuk para pemasok bahan baku.
Kolaborasi LTKL dan Hutan Itu Indonesia
Dalam parade yang digelar di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, pada 8 Oktober 2023, LTKL dan anak-anak muda dari gerakan Hutan Itu Indonesia menyerukan dukungan terhadap produk lokal lestari serta mengajak masyarakat untuk menormalkan pemakaian produk lokal, termasuk kain berbahan alam dalam keseharian.
Kain berbahan alami dapat menjadi salah satu solusi untuk menggantikan penggunaan kain berbahan kimia. Di Kabupaten Musi Banyuasin, misalnya, terdapat produksi kain Gambo Muba yang memanfaatkan getah gambir sebagai pewarna alami kain. Sementara di Sintang, ada Kain Tenun Ikat warisan Suku Dayak, yang menggunakan pewarna alam dari berbagai tumbuhan hutan seperti jengkol, daun dan buah kemunting, akar mengkudu, kunyit, manggis, dan banyak lainnya.
“Parade ini adalah sebuah inisiatif orang muda untuk menggaungkan semangat dukungan terhadap produk lokal dan eco-fashion. Parade ini bertujuan untuk mengkampanyekan wastra nusantara dan produk lokal lestari. Produk lokal seperti Gambo Muba tidak hanya jadi salah satu eco-fashion terbaik asli Indonesia, tapi juga sekaligus menjadi jawaban atas masalah limbah dari pewarna kimia di industri tekstil,” ujar Ristika Putri Istanti, Kepala Sekretariat Interim LTKL.
Di luar parade itu, LTKL akan terus mendampingi usaha lestari di beberapa kabupaten anggota, termasuk memastikan berbagai insentif dan kebijakan di tingkat nasional terkoneksi dengan mereka.
Mendukung Fesyen Berkelanjutan dengan Kain Pewarna Alami
Di berbagai daerah di Indonesia, masyarakat pada zaman dulu banyak memproduksi dan menggunakan kain dengan pewarna alami. Sayangnya, seiring perkembangan zaman dan dominasi produk kain buatan pabrik, produksi kain pewarna alam mulai ditinggalkan. Namun, di tengah dampak perubahan iklim yang kian nyata, membangkitkan kembali tradisi penggunaan kain dengan pewarna alam merupakan hal yang krusial dalam dunia fesyen. Semua pemangku kepentingan dalam dunia fesyen mesti bersama-sama mendukung tujuan ini.
“Mendukung kain Indonesia kembali menggunakan pewarna alam dari berbagai daerah di Indonesia sama dengan mendukung industri fesyen bisa lebih ramah lingkungan dan ramah sosial,” kata Gita Syahrani, Dewan Pengurus Koalisi Ekonomi Membumi.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.