Pemimpin Muslim dan Hindu Serukan Gerakan Ekologi Spiritual dalam Forum R20
Wacana lingkungan dan diskusi menyangkut Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) bukan hanya milik pihak-pihak tertentu. Misi untuk menciptakan dunia yang lebih baik membutuhkan peran semua pihak, tidak terkecuali para pemimpin dan umat agama-agama di dunia. Untuk itu, kini adalah saatnya bagi para pemuka dan umat beragama untuk ambil bagian dalam tugas bersama ini.
Ekologi Spiritual
Pada Senin, 31 Oktober 2022, pemimpin Islam dan Hindu bertemu di kompleks Puja Mandala (pusat peribadatan di mana rumah ibadah dari lima agama berbeda berdiri berdampingan), Nusa Dua, Bali, dalam rangka peluncuran Gerakan Ekologi Spiritual global pada Forum Agama G20 atau Religion of Twenty (R20). Dengan penanaman 20 pohon, momentum bersejarah ini bertujuan untuk menyerukan keseimbangan alam dan manusia. Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Syekh Mohammed Al-Issa dan pemuka agama Hindu dari lembaga Bochasanwasi Akshar Purushottam Swaminarayan Sanstha (BAPS), Swami Bhadreshdas, hadir sebagai figur utama dalam acara ini.
Pertemuan dimulai dengan ritual upacara penyucian dan persembahan oleh para pendeta Hindu Bali, sebelum dilanjutkan dengan penanaman 20 pohon yang dianggap suci dalam kosmologi Hindu. Penanaman pohon ini diyakini dapat menghidupkan kesatuan spiritual yang menghubungkan semua makhluk ciptaan, dan menjaga harmoni dan keseimbangan antara dunia yang tampak dan yang tidak tampak.
“Dharma dan ekologi adalah dua anasir yang tidak terpisahkan, dan membentuk semacam ‘ekologi dharma’. Keberlanjutan kehidupan di Bumi dapat terwujud bila kita menerima kesucian alam dan hubungannya dengan kemanusiaan,” kata Swami Bhadreshdas.
Setelah upacara Hindu, Syekh Al-Issa yang datang bersama rombongan, memulai penanaman pohon. Mula-mula, ia menanam satu pohon di halaman Masjid Ibnu Batutah. Kemudian, setelah berkeliling kompleks Puja Mandala sejenak, ia masuk ke Pura Jagatnatha untuk menyambut para pendeta Hindu Bali. Bergandengan tangan dengan Swami Bhadreshdas, dengan penuh semangat dan tanpa canggung, Syekh Al-Issa menanam satu pohon lainnya di area pura, diiringi doa dalam bahasa Sansekerta oleh pemimpin Hindu India.
Perdamaian Dunia
Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU Kiai Haji Jadul Maula yang menjadi penanggung jawab acara, mengatakan bahwa penanaman pohon ini merupakan upaya untuk melanjutkan kebiasaan para wali. Jenis pohon yang ditanam antara lain Dewandaru, Tunjuk Langit, Kasiwa, dan Pusaka. Jumlah 20 pohon ditentukan sebagai simbol pelaksanaan R20.
“Pohon ini seperti pertapa, ia tenang dalam posisinya, mencari makannya tidak lari-lari, tetapi memberikan manfaat kepada semuanya. Batangnya, rantingnya, daunnya, buahnya, dan yang paling pokok dia menghasilkan oksigen. Dan oksigen untuk semua kehidupan,” kata Kiai Jadul.
Pemangku Pura Jagatnatha I Ketut Sudiarta menyebut bahwa pohon Pusaka yang ditanam oleh Syekh Al-Issa di dalam pura termasuk jenis pohon yang sakral dalam kepercayaan Hindu. “Mudah-mudahan dengan penanaman pohon ini, dengan niat yang suci, yang abadi dari beliau dan kita semua, timbul kedamaian di seluruh jagat raya ini,” katanya.
Kemajuan Penting
Wakil Ketua dan CEO Center for Shared Civilizational Values (CSCV) C. Holland Taylor menyebut kehadiran Syekh Al-Issa dan Swami Bhadreshdas dalam acara ini sebagai kemajuan penting dalam hubungan Islam-Hindu, sekaligus membuka pintu untuk kerjasama lebih lanjut antara dua komunitas agama besar dunia. Lebih dari itu, gerakan ekologi spiritual ini diharapkan dapat menjadi tonggak baru dalam upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), seperti mengatasi tantangan krisis iklim dan menciptakan perdamaian dunia, yang melibatkan para pemimpin dan umat seluruh agama yang mendominasi populasi Bumi.
“Pada saat wacana lingkungan dan diskusi kebijakan terkait didominasi oleh perspektif yang sangat sekuler, sangat penting bahwa forum internasional seperti G20 terbuka bagi suara para pemimpin dan umat beragama, yang membentuk sekitar 85% populasi dunia. Ini menunjukkan bahwa agama-agama besar dunia memiliki potensi dan kehendak untuk bekerja sama dalam merevitalisasi tradisi ekologi spiritual, yang dapat membantu memulihkan keseimbangan alam dan manusia di seluruh dunia,” kata Taylor.
Editor: Marlis Afridah
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.