Mengadaptasi Pengetahuan Adat untuk Jaga Kelestarian Lingkungan
Merujuk pada pengetahuan sejarah, pada mulanya semua manusia menjalani hidup dengan cara-cara “tradisional”, dalam artian dekat dan selaras dengan alam. Manusia memanfaatkan apa-apa yang ada di alam untuk makan, obat-obatan, membangun tempat bernaung, membuat pakaian, dan berbagai kebutuhan lainnya. Hari ini, cara-cara hidup demikian sering disebut sebagai “pengetahuan adat” dan komunitas yang menjalaninya biasanya merujuk pada masyarakat adat. Di tengah tantangan terkait lingkungan hidup yang semakin meningkat, mengadaptasi cara-cara hidup masyarakat adat dapat membantu kita untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Tantangan Lingkungan Hidup
Tak bisa disangkal, tantangan lingkungan hidup meningkat tajam dalam beberapa abad terakhir, yang ditandai salah satunya oleh Revolusi Industri dimana manusia mulai menggunakan mesin secara masif terutama dalam perekonomian. Untuk menggerakkan pabrik dan mempertahankan produksi, berbagai sumber daya alam (termasuk air, tanah, minyak bumi, mineral, satwa liar, dsb) diambil dan diolah, sehingga menyebabkan berkurangnya ketersediaan di alam yang berdampak terhadap keseimbangan ekosistem.
Kini, dunia menghadapi berbagai masalah lingkungan yang semakin meluas dan serius, mulai dari polusi, penurunan keanekaragaman hayati, kerusakan habitat spesies liar, kerawanan pangan dan krisis air bersih, hingga pemanasan global yang memicu perubahan iklim. Secara garis besar, seluruh masalah lingkungan tersebut dirangkum sebagai tiga krisis planet yang saat ini menjadi tanggung jawab negara-negara di dunia untuk mengatasinya. Jika tidak diatasi dengan serius, tiga krisis tersebut menyebabkan peningkatan risiko konflik serta memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi.
Pengetahuan Adat
Masyarakat adat di seluruh dunia memiliki pengetahuan adat yang sangat penting. Di Indonesia sendiri, diperkirakan terdapat sekitar 2.371 komunitas adat, dengan populasi sekitar 4,57 juta jiwa. Untuk melestarikan lingkungan hidup, kita dapat mengadopsi atau mengadaptasi cara-cara hidup masyarakat adat yang telah terbukti mampu menjawab berbagai tantangan terkait lingkungan. Berikut beberapa di antaranya:
- Menggunakan sumber daya dengan bijaksana. Masyarakat adat memanfaatkan sumber daya alam dengan tidak berlebihan, mulai dari tanaman hingga hewan. Itulah alasan utama mengapa mereka mampu menjaga 80% keanekaragaman hayati yang tersisa di Bumi meskipun populasi mereka hanya sekitar 5-6% secara global. Prinsip ini sangat relevan dan penting untuk diterapkan hari ini di tengah derasnya arus produksi dan konsumsi yang bahkan sebagiannya berakhir menjadi sampah. Prinsip ini juga penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang menjadi penopang kehidupan, baik daratan maupun lautan.
- Melakukan konservasi adalah pengetahuan adat berikutnya yang sangat penting untuk diterapkan hari ini untuk menjaga ketersediaan sumber daya alam. Melakukan larangan pemanfaatan sementara terhadap sumber daya tertentu untuk memulihkan dan menjaga populasi, seperti misalnya larangan penangkapan ikan selama periode tertentu dalam tradisi Sasi, merupakan salah satu contoh penting yang dapat ditiru.
- Menghormati dan menjaga hubungan yang harmonis dengan hutan merupakan pengetahuan adat lainnya yang sangat penting dan relevan untuk diadopsi hari ini, terutama ketika deforestasi terus merajalela dan bahkan cenderung “dilegalisasi” oleh pihak-pihak berwenang. Hutan merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi masyarakat adat dan spesies liar, tetapi juga bagi semua makhluk hidup, termasuk penduduk perkotaan. Di banyak tempat, masyarakat adat bahkan memperlakukan hutan layaknya “ibu”; mereka merawat dan melindungi hutan untuk menjaga keseimbangan alam. Tentunya, hal yang sama berlaku untuk bentang alam lain seperti sungai, danau, lautan, gunung, rawa, dan lainnya.
- Memanfaatkan dan mengelola lahan selaras dengan alam. Lahan adalah tempat menumbuhkan tanaman dan sumber utama makanan yang kita butuhkan. Oleh karena itu, lahan yang sehat akan mendukung penyediaan makanan yang sehat. Kini, saat praktik pertanian modern telah banyak terbukti menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, menerapkan kembali praktik pertanian yang selaras dengan alam dapat menjadi solusi berharga dan penting. Jika dikelola dan diterapkan dengan baik, metode pertanian tradisional ini bahkan dapat mendukung terciptanya kedaulatan pangan—tidak sekadar ketahanan pangan—seperti yang telah dipraktikkan oleh masyarakat adat Ciptagelar di Sukabumi.
Mengarusutamakan Pengetahuan Adat
Peran masyarakat adat dengan cara hidup dan pengetahuan mereka dalam menjaga lingkungan telah sering diakui oleh berbagai kalangan, termasuk para peneliti dan pemimpin negara. Namun, mengakui saja tidaklah cukup, begitu pula jika penerapannya hanya dilakukan oleh segelintir individu atau komunitas. Dibutuhkan sikap dan langkah yang lebih bermakna terkait pengakuan tersebut, semisal dengan mengarusutamakannya di tengah masyarakat modern. Jika mengadopsinya merupakan suatu yang hal sulit, mengadaptasinya mungkin dapat menjadi langkah yang lebih tepat—dan itu tidak mustahil untuk diwujudkan. Dalam hal ini, kemauan politik dari para pengambil kebijakan merupakan kuncinya.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.