Suara Anak Indonesia: Mendorong Pemenuhan Hak Partisipasi Anak dalam Pembangunan
Anak-anak punya potensi besar dalam mendorong perubahan menuju kehidupan yang lebih baik. Sayangnya, selama ini anak-anak kerap diposisikan sekadar sebagai objek dalam pembangunan. Hak partisipasi dan suara mereka kerap diabaikan dalam perumusan kebijakan dan program. Menyadari hal ini, pemerintah menjadikan Hari Anak Nasional 2023 sebagai momentum untuk penyusunan Suara Anak Indonesia yang akan diserahkan kepada Presiden untuk ditindaklanjuti dan diintegrasikan ke dalam kebijakan pembangunan.
Hak Partisipasi Anak
Menurut hasil Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023, jumlah penduduk usia anak (0-17 tahun) di Indonesia pada tahun 2021 sebanyak 79.486.424 jiwa (29,15%) dari total penduduk. Sayangnya, pemenuhan hak partisipasi anak dalam pembangunan selama ini masih rendah, termasuk pada aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan kepentingan anak. Padahal, hak partisipasi anak, termasuk untuk menyatakan pendapat, telah diatur dalam UU Nomor 35 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Nomor 1 tahun 2022.
Sejauh ini, Pemerintah memang telah berupaya untuk mengakomodir hak partisipasi anak melalui sejumlah kebijakan, antara lain dengan membentuk Forum Anak hingga ke tingkat desa/kelurahan dan mengundang anak-anak dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Akan tetapi, sejauh ini, langkah tersebut belum berarti banyak.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan rendahnya pemenuhan hak partisipasi anak adalah persepsi orang dewasa, terutama para pengambil kebijakan, terhadap anak yang menganggap anak sebagai manusia yang belum memiliki pemikiran yang matang. “Orang dewasa kerap kurang percaya pada kemampuan anak, seperti pada saat Musyawarah Perencanaan Pembangunan. Anak tidak diberi kesempatan untuk bicara, walaupun diundang. Hal ini pun dapat menyebabkan anak kurang percaya diri,” kata Endah Sri Rejeki, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Sipil, Informasi, dan Partisipasi Anak KemenPPPA.
Hal ini perlu menjadi perhatian bersama para pengambil kebijakan mengingat ada begitu banyak tantangan menyangkut kehidupan anak, di antaranya terkait kesehatan (stunting dsb), pendidikan, lingkungan hidup, pekerja anak, perkawinan anak, kekerasan (fisik, mental, dan seksual), perundungan, hingga ekonomi.
Suara Anak Indonesia 2023
Peringatan Hari Anak Nasional 2023 digelar secara terpusat di Kota Semarang, Jawa Tengah, pada 20-23 Juli. Sebanyak 644 anak perwakilan Forum Anak Nasional dan Daerah dari 38 provinsi hadir dalam acara ini. Selama 4 hari, mereka berdiskusi untuk menyusun Suara Anak Indonesia (SAI) 2023 yang kemudian disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.
Suara Anak Indonesia (SAI) merupakan representasi aspirasi seluruh anak Indonesia kepada pemerintah. Penyampaian SAI bertujuan untuk mewujudkan kebijakan yang lebih berpihak kepada pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak, agar pembangunan dapat dirasakan dan dinikmati oleh seluruh anak Indonesia tanpa terkecuali.
”Masih banyak elemen masyarakat yang menyepelekan suara anak. Padahal, perlu diingat ke depan kami yang akan menjadi lakon dari narasi yang dibuat saat ini,” kata Muhammad Ali Akbar, salah satu perwakilan anak dari Maluku Utara, saat pembukaan acara Hari Anak Nasional 2023.
Anak sebagai Subjek Pembangunan
Pemenuhan hak partisipasi anak sangat penting bagi upaya pencapaian berbagai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Mengingat populasi anak Indonesia yang cukup signifikan, mendengarkan pandangan anak dapat berkontribusi untuk menghasilkan kebijakan, program, dan kegiatan pemerintah yang lebih tepat sasaran.
“Partisipasi anak juga berkontribusi positif pada tumbuh kembang anak karena dapat meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional, dan sosial anak, serta dapat membuat anak lebih percaya diri. Tentunya, hal ini akan bermanfaat bagi anak itu sendiri dan juga bagi kita sebagai bangsa dalam mendukung tercapainya Indonesia Emas 2045,” kata Agustina Erni, Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KemenPPPA.
Untuk itu, seluruh pihak perlu menyamakan persepsi terkait partisipasi anak dalam pembangunan. Dalam hal ini, anak-anak mesti dipandang bukan lagi sebagai objek pembangunan yang pasif, tetapi sebagai subjek pembangunan yang dapat berperan dan berkontribusi dalam menciptakan solusi dan inovasi bagi berbagai tantangan dalam kehidupan.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.