Menanti Pembangkit Listrik Bioenergi 600 MW pada 2030
Pemerintah Indonesia berencana menambah pembangkit listrik bioenergi hingga 600 megawatt (MW) dalam kurun waktu sembilan tahun ke depan. Kehadiran pembangkit listrik bioenergi ini penting untuk mendukung realisasi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan dan menggantikan pembangkit listrik konvensional berbahan bakar fosil yang merusak lingkungan.
Berdasarkan laporan Greenpeace yang merujuk pada Riset Dampak PLTU Batubara oleh Tim Peneliti Universitas Harvard, pembangkit listrik tenaga Batubara yang saat ini beroperasi menyebabkan sekitar 6.500 kematian dini di Indonesia setiap tahunnya. Dari waktu ke waktu PLTU-PLTU tersebut mengotori udara sekitar dengan polutan beracun, termasuk merkuri, timbal, arsenik, kadmiun dan partikel beracun, yang menyusup ke dalam paru-paru warga masyarakat.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa pembangkit listrik tenaga bioenergi mempunyai potensi besar untuk dikembangkan secara massal.
“Indonesia merupakan negara berbasis pertanian dengan tanah yang subur, sehingga bioenergi bisa dikembangkan menjadi pembangkit beban dasar yang bisa menghasilkan listrik secara terus menerus atau base load,” ujar Dadan, dalam keterangan yang disampaikan di Jakarta, Jumat (28/1/2022).
Menurut Dadan, pembangkit listrik bioenergi bisa dikembangkan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan data Kementerian ESDM, kapasitas terpasang listrik bioenergi di Indonesia mencapai 1.920 MW pada 2021. Sementara untuk pertumbuhan kapasitas pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT), hingga pertengahan tahun 2021, kapasitas pembangkit listrik berbasis energi bersih naik hingga 217 MW.
Chief Executive Asosiasi Biogas Dunia (WBA) Charlotte Morton mengatakan, optimalisasi bioenergi melalui biogas di Indonesia berpotensi menggantikan 68 persen permintaan gas alam dan menurunkan emisi karbon sebesar 12,1 persen. Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan penurunan emisi karbon pada sektor energi mencapai 314 juta ton CO2e hingga 398 juta ton CO2e pada 2030.
Selain itu, pengembangan biogas dari limbah organik juga akan berdampak baik terhadap perekonomian dalam negeri dengan membuka setidaknya 160.000 peluang kerja.
“Limbah organik yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sebuah masalah global. Sebaliknya, jika dikelola dengan optimal, limbah organik memiliki nilai ekonomi yang tinggi,” kata Charlotte.
Setrum bioenergi menduduki peringkat ketiga terbesar dalam daftar energi terbarukan di Indonesia setelah air dan panas bumi yang kapasitasnya masing-masing sebesar 6.601 MW dan 2.276 MW.
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Konservasi Alam, dan Keamanan Nuklir Pemerintah Jerman melalui Deutsche Gesselschaft für Internationalle Zusammenarbeit (GIZ) GmbH telah menyusun strategi untuk memfasilitasi pengembangan bioenergi, terutama dari limbah industri agro dan pengolahan kayu (agroindustri).
Editor: Marlis Afridah
Sumber: Antara
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.