The Power of Mama: Peran Perempuan Desa dalam Menjaga Hutan dan Lahan di Ketapang
Hutan dan lahan adalah sumber kehidupan bagi kita semua. Namun, hutan dan lahan di berbagai tempat semakin terancam oleh berbagai kepentingan manusia, termasuk di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Kebakaran, kerusakan lahan gambut dan hutan mangrove, penebangan pohon, hingga aktivitas bisnis atau industri merupakan sederet ancaman yang mengepung hutan dan lahan di Ketapang. Akibatnya, kehidupan masyarakat lokal, terutama masyarakat yang tinggal di dekat area hutan, menjadi terancam.
Sebagai kelompok rentan, perempuan menjadi pihak yang paling dirugikan. Rusaknya hutan dan degradasi lahan mengancam ketahanan pangan dan sumber kebutuhan lainnya yang dibutuhkan perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Berangkat dari persoalan itu, lahirlah komunitas The Power of Mama yang beranggotakan para perempuan dari beberapa desa di Ketapang. Mereka berupaya untuk menjaga hutan dan lahan di Ketapang dari kerusakan lebih lanjut.
Komunitas ini dibentuk oleh Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) pada 8 Juni 2022. Apa saja yang dilakukan oleh para perempuan yang tergabung dalam The Power of Mama? Berikut wawancara Green Network Asia dengan Spynoza Maizar, Koordinator Program The Power of Mama pada Jumat, 4 Agustus 2023.
Bisa diceritakan apa masalah utama di wilayah Ketapang?
Beberapa tahun terakhir, bencana alam berupa kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menjadi salah satu masalah utama di Kalimantan, termasuk di Ketapang. Masalah ini tentu bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga berdampak pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat lokal, terutama kelompok perempuan. Masalah ini juga berdampak terhadap keanekaragaman hayati dan negara juga ikut dirugikan.
Kehilangan jejak hutan yang luas selama kebakaran menjadi perhatian utama konservasi. Lantas bagaimana para pelaku konservasi di lapangan bisa optimal dan dapat secara efektif mengalokasikan sumber daya yang terbatas?
Pilihan mesti dibuat pada berbagai skala spasial yang melibatkan berbagai target konservasi. Strategi alokasi berkisar dari pemadaman kebakaran—memprioritaskan area berisiko tinggi kehilangan habitat lebih lanjut—hingga pendekatan pencegahan kebakaran, pendidikan kebakaran, dan penjangkauan dengan memprioritaskan habitat utuh sebelum menjadi terancam.
Selama industri pertanian terus membuka hutan dan mengeringkan lahan gambut basah yang menyimpan karbon dalam jumlah besar, rakyat yang hidup berdampingan dengan lokasi Karhutla terpaksa menghadapi dampak yang paling buruk. Oleh karena itu, YIARI ingin memberdayakan perempuan lokal untuk mengambil kendali, bersama dengan petugas pemadam kebakaran pemerintah dan anggota masyarakat lainnya, untuk melindungi lingkungan mereka, udara yang mereka hirup, dan satwa liar yang tinggal di dalamnya. Maka, terbentuklah The Power of Mama.
Apa itu The Power of Mama?
The Power of Mama (PoM) adalah komunitas perempuan lintas-generasi di kawasan desa di Ketapang, Kalimantan Barat. Sesuai namanya, sebagian besar anggota komunitas ini berstatus sebagai ibu. Komunitas ini berfokus di seputar isu lingkungan dan gender, memberikan kesempatan kepada perempuan untuk terlibat secara langsung dalam penyelamatan lingkungan.
Komunitas ini mendorong kemandirian dan kekuatan para perempuan. Para anggotanya memiliki kesempatan untuk mengartikulasikan pandangan dan sikap mereka terkait pengelolaan lingkungan hidup. Kami menjadikan kaum perempuan dan para ibu sebagai pelopor dalam menggerakkan kesadaran masyarakat di desa tempat mereka tinggal untuk peduli terhadap lingkungan, terutama dalam kegiatan-kegiatan pelestarian alam.
Terbentuknya komunitas ini berangkat dari inisiatif dua tokoh perempuan di dua desa di Ketapang, yaitu Bu Siti dari Desa Pematang Gadung dan Bu Maimun dari Desa Sukamaju, yang melakukan sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan. Di antaranya, mereka membuat pertanian organik dan berkeliling desa untuk mengecek kondisi alam di sekitar mereka terutama dari risiko kebakaran.
Sebagai lembaga yang bergerak di bidang konservasi, YIARI mengupayakan ruang bagi tumbuhnya komunitas-komunitas yang berangkat dari inisiatif positif untuk merawat alam. Untuk itulah, YIARI kemudian membentuk The Power of Mama (PoM) pada 8 Juni 2022. PoM bergerak di enam kawasan hutan yang rawan kebakaran, yaitu Desa Pematang Gadung, Sungai Besar, Sungai Awan Kiri, Sungai Putri, Sukamaju, dan Tanjung Pura.
Setelah satu tahun, sekarang PoM sudah beranggotakan 88 perempuan dan masih ada banyak lagi yang menunggu untuk bergabung.
Apa saja kegiatan The Power of Mama dan dimana saja lokasinya?
Kegiatan PoM meliputi patroli dan sosialisasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup di desa mereka masing-masing dan terlibat dalam membantu pemadaman kebakaran lingkungan bersama pihak yang berwenang, seperti Manggala Agni dan beberapa instansi terkait. Sosialisasi yang dilakukan meliputi tata cara Pemanfaatan Lahan Tanpa Bakar kepada masyarakat, kegiatan pertanian, pendampingan pembibitan mangrove, edukasi kepada anak-anak tentang arti penting menjaga lingkungan untuk keberlangsungan hidup manusia dan keanekaragaman hayati.
Semua anggota PoM berperan aktif dalam pencegahan dan penanggulangan Karhutla dengan melakukan patroli, sosialisasi, hingga pemadaman. Setiap harinya, PoM berpatroli di kawasan hutan masing-masing yang rawan kebakaran, mencatat dan menangani konversi lahan ilegal menggunakan metode tebang-dan-bakar, mencatat titik api secara geografis, mendidik petani tentang metode pembukaan lahan alternatif, dan memastikan hutan mereka tetap utuh. Semuanya atas nama konservasi satwa liar. Pekerjaan mereka sangat penting, tetapi itu tidak mudah.
Saat ini PoM berada di tiga kecamatan yang terbagi dalam dua wilayah, yaitu wilayah utara dan selatan di Kabupaten Ketapang. Wilayah utara berada di Desa Suka Maju, Sungai Awan Kiri, Kuala Tolak dan Sungai Putri; sedangkan wilayah selatan berada di Desa Pematang Gadung dan Sungai Besar.
Apa tujuan dan komitmen komunitas ini?
Semua anggota PoM berkomitmen untuk berperan secara aktif dalam menjaga lingkungan serta memberikan edukasi kepada masyarakat luas.
Apa tantangan yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan komitmen tersebut?
Tantangan terbesar kami adalah stigma masyarakat tentang peran perempuan. Masih banyak yang berpandangan bahwa perempuan tidak seharusnya melakukan kegiatan-kegiatan fisik di luar rumah seperti patroli dan terlibat dalam pemadaman kebakaran.
Di sisi lain, sebagian masyarakat juga secara cepat menilai bahwa PoM hanya perempuan-perempuan biasa yang bertugas sebagai pihak atau kelompok yang berkewajiban untuk memadamkan kebakaran. Padahal pada prinsipnya PoM bukan petugas pemadaman kebakaran. Patroli yang dilakukan oleh PoMs (sebutan untuk para perempuan anggota The Power of Mama) adalah upaya preventif supaya tidak terjadi kerusakan lingkungan di mana salah satunya adalah bencana api.
Karena itu, peran aktif mereka di lapangan ini terus kami gaungkan supaya tidak ada salah persepsi mengenai peran dan fungsi dari komunitas The Power of Mama ini.
Di luar tantangan dari stigma masyarakat, terdapat juga tantangan teknis di lapangan seperti cara berbicara dengan masyarakat, pengetahuan tentang alam, hingga pengetahuan akan teknologi. Untungnya, PoMs memiliki semangat belajar yang tinggi, dan kini mereka telah berhasil meningkatkan kapasitas seperti belajar menerbangkan drone, mempelajari GPS, dan belajar mengenai public speaking yang berguna untuk mempermudah mereka dalam berkegiatan.
Sebagian besar perempuan inspiratif ini telah mengatasi keterpurukan, kemiskinan, dan marginalisasi. Peran mereka dalam melindungi hutan dan lahan telah dan akan terus memberdayakan mereka, memungkinkan mereka mencari nafkah dan memberi mereka kesempatan untuk bersuara.
Seperti apa lanskap pelestarian alam di Ketapang? Apa tantangan dan peluangnya?
Ketapang merupakan salah satu wilayah yang banyak memiliki hutan sebagai habitat satwa liar yang dilindungi, salah satunya adalah orangutan. Tantangannya bagaimana kolaborasi para pihak dapat bekerja bersama dalam pelestarian lingkungan, serta bagaimana cara yang tepat dan sesuai dalam hal pengelolaan terutama dalam ruang lingkup peraturan atau kebijakan-kebijakan yang ada.
Dalam hal ini, peluang untuk mempertahankan kelestarian alam di Kabupaten Ketapang sangatlah tinggi apabila semua pihak berkolaborasi dan berperan aktif dalam pemanfaatan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam yang ada dengan cara-cara yang bertanggung jawab dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip keberlanjutan. Selain itu, juga perlu ketaatan semua pihak pada setiap peraturan dan kebijakan-kebijakan pemerintah baik di tingkat daerah, nasional dan internasional mengenai pengelolaan dan perlindungan lingkungan.
Apa saja langkah yang telah dilakukan oleh The Power of Mama dalam membantu pelestarian lingkungan di Ketapang?
Saat ini langkah yang sudah diambil oleh PoMs dalam membantu pelestarian alam di Kabupaten Ketapang masih dalam tema Karhutla dengan memberikan solusi berupa penyadartahuan melalui sosialisasi aktif-edukatif yang efektif kepada masyarakat umum, terutama pemilik lahan dan masyarakat yang berkegiatan dekat atau dalam hutan. Ini bertujuan agar segala kemungkinan atau penyebab terjadinya kebakaran dan bahaya alam lainnya dapat diminimalisir.
PoMs juga memantau kondisi lahan yang berada di wilayah pemukiman mereka dan mengedukasi masyarakat di desa mereka mengenai tata cara Pemanfaatan Lahan Tanpa Bakar, terlibat dalam kegiatan pertanian, pendampingan pembibitan mangrove, serta ikut berperan aktif dalam hal pendidikan dan kesehatan anak dan perempuan.
Dukungan apa yang dibutuhkan oleh komunitas ini?
PoMs memahami bahwa tidak hanya dukungan spasial berupa moril dan informasi yang dibutuhkan untuk penyadaran masyarakat, namun juga harus disertai solusi aktif bagi banyak manusia yang hidup dari memanfaatkan lingkungan alam.
Untuk itu, PoMs memerlukan dukungan berbagai pihak dalam melakukan inisiatif-inisiatif perempuan yang bertujuan untuk memunculkan kemandirian dan potensi-potensi para perempuan dalam menjaga masa depan alam. Dukungan ini tentu saja bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik itu berupa pelatihan-pelatihan yang diperlukan bagi para anggota PoM, kesempatan-kesempatan untuk berjejaring lebih luas, hingga bantuan-bantuan dana dan peralatan bagi kegiatan-kegiatan lapangan para anggota PoM.
Kebijakan apa yang masih lemah atau kurang tepat terkait pelestarian lingkungan di Ketapang? Lalu, menurut pengalaman The Power of Mama selama ini, bagaimana seharusnya?
Di Indonesia sebenarnya sudah banyak peraturan maupun kebijakan menyangkut pelestarian lingkungan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Namun, semua peraturan yang ada mestinya mendukung upaya pelestarian lingkungan secara adaptif dan komprehensif. Menurut pengalaman PoMs selama ini, yang dibutuhkan adalah penerapan nyata atas peraturan-peraturan yang ada dan keterlibatan semua pihak, baik dalam aspek pencegahan hingga penanggulangan kerusakan lingkungan.
Selain itu, penting juga untuk mewujudkan kepatuhan semua pihak terhadap kebijakan dan peraturan yang ada.
Berdasarkan pengalaman The Power of Mama, wawasan apa yang dapat dibagikan terkait upaya bersama kita dalam menyelamatkan lingkungan? Adakah pesan dan saran yang ingin disampaikan?
The Power of Mama bekerja dalam filosofi butterfly effect. Tindakan sekecil apapun, meski hanya dilakukan di tingkat desa, jika dilakukan dengan nyata, tulus, dan terus menerus, akan memberikan dampak yang signifikan bagi hari ini dan masa depan.
Pesan dan saran dari PoM untuk para stakeholder terkait masalah lingkungan yang ada: Mari bersama-sama menjaga Bumi tempat tinggal kita dan gunakan kekayaan alam secara bijak dan berpegang pada prinsip-prinsip keberlanjutan. Keberadaan peraturan dan perundang-undangan yang telah disusun dan dibuat oleh negara, terutama dalam hal kelestarian alam, sebaiknya betul-betul dijalankan dan diterapkan secara adil dan nyata.
Aktivitas The Power of Mama dapat diikuti melalui akun Instagram @powerofmama2022.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.