NTTI Kembangkan Program Pendidikan Lingkungan di Pulau Bangka, Sulawesi Utara
Setiap hari, manusia memproduksi sampah dari berbagai aktivitas yang dilakukan. Sayangnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan tidak terkelola dan berakhir di laut. Di Sulawesi Utara, seperti halnya di banyak tempat lain, sampah laut merupakan ancaman serius yang membutuhkan penanganan komprehensif, mulai dari edukasi hingga pengelolaan yang tepat. No-Trash Triangle Initiative berupaya mengatasi persoalan sampah laut melalui program pendidikan lingkungan di Pulau Bangka, Sulawesi Utara, yang merupakan jantung Segitiga Terumbu Karang.
Sampah Laut dan Dampaknya
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), total sampah di lautan Indonesia diperkirakan mencapai 5,75 juta ton. Dari berbagai jenis sampah yang masuk ke laut, sampah plastik merupakan yang paling dominan. Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) mencatat kebocoran sampah plastik di laut pada tahun 2022 mencapai 398 ribu ton, yang sebagian besar berasal dari daratan.
Di Sulawesi Utara, timbulan sampah tahunan mencapai 485,946 ton pada tahun 2022. Sebagian besar sampah tersebut terbuang ke lautan hingga menimbulkan polusi yang mengancam ekosistem laut dan keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya. Selain itu, bahan-bahan kimia yang terkandung di dalam sampah serta mikro plastik yang ditelan oleh ikan-ikan di laut pada gilirannya juga akan berdampak buruk terhadap ketahanan pangan dan kesehatan manusia.
Program Pendidikan Lingkungan dari NTTI
No-Trash Triangle Initiative (NTTI/Yayasan Segitiga Non-Sampah) merupakan sebuah inisiatif yang bertujuan untuk mengembangkan pengelolaan sampah laut untuk melindungi Segitiga Terumbu Karang, ekosistem laut yang memiliki keanekaragaman karang yang kaya.
NTTI berfokus pada bidang pendidikan dengan mengembangkan pendidikan lingkungan di sekolah-sekolah yang ada di Pulau Bangka, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, untuk mendorong generasi muda agar paham dan peduli terhadap persoalan lingkungan, khususnya laut.
Pada awal Oktober 2023, NTTI menggelar program pendidikan lingkungan di Pulau Bangka, yang diikuti oleh 30 anak SD dan SMP, dengan dukungan dari Raiffeisen Capital Management. Program ini merupakan yang ketiga sejak diluncurkan pertama kali pada tahun 2019, bekerja sama dengan Seasoldier.
Program bertajuk “School on the Beach” ini dirancang untuk mendidik generasi muda tentang pentingnya menjaga lautan. Para siswa diajarkan tentang berbagai habitat laut seperti hutan bakau, padang lamun, dan terumbu karang, dan bagaimana melestarikannya. Selain mendorong para peserta untuk menjadi “Duta Laut” dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari, program ini juga bertujuan untuk menciptakan model yang dapat diduplikasi dan diterapkan di sekolah-sekolah lain di Sulawesi Utara.
“Saya ingin tahu lebih banyak lagi tentang berbagai ekosistem laut dan saya ingin melindungi lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan plastik, dan mendaur ulang sampah,” kata Puja, salah satu peserta School on the Beach.
Selain pendidikan, NTTI juga mendukung inovasi dan penelitian ilmiah di bidang pengelolaan sampah. Bermitra dengan CleanHub dan Plastic Recovery: Land & Sea (PRLS), NTTI mengeksplorasi pengolahan sampah untuk mengurangi jumlah plastik yang dikirim ke TPA. Sampah-sampah yang tidak dapat didaur ulang setelah dilakukan pemilahan, akan dikirim ke pabrik pengolahan untuk diubah menjadi bahan bakar dan bahan baku alternatif (AFR) yang akan digunakan dalam industri semen.
Meningkatkan Kerja Sama
Lebih dari sekadar soal lingkungan dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati, melestarikan laut juga merupakan urusan kesejahteraan manusia. Laut yang tercemar merupakan ancaman bagi ketahanan pangan dan akan mengganggu perekonomian.
Namun, melindungi dan melestarikan laut membutuhkan peran semua pihak, yang tidak terbatas pada pemerintah, bisnis, dan organisasi masyarakat sipil. Di tengah meningkatnya ancaman kerusakan lingkungan akibat perubahan iklim, tindakan yang diperlukan untuk menyelamatkan laut mesti diperluas dalam skala yang lebih besar daripada yang sebelumnya. Untuk itu, kerja sama antara semua pemangku kepentingan, termasuk berupa kemitraan publik-swasta, perlu untuk terus ditingkatkan.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.